Setiap orang pernah melakukan kesalahan, belajar dari kesalahan, dan tidak mengulangi kesalahan. - Ingenious
•
Dua tahun lalu, Lea merasa dunianya tidak lagi berarti apa-apa. Ralat, hampir tiga tahun lalu. Sebelum kedatangan bantuan kakek yang tidak diprediksi. Kakek yang memberikan secercah harapan untuknya bangkit sekali lagi. Kakek yang masih dihormati Lea meskipun dirinya sempat tak dihargai sedikit pun sebagai seorang cucu.
"Saya tetap harus memberitahu kakek soal masalah waktu lalu." Kata Melati saat ditanya Lea di dalam mobil. Pantas saja kemarin di rumah kakek ada senyum misteriusnya.
"Padahal, setelah wali murid di panggil ke sekolah. Saya kan udah minta Kak Melati nggak usah kasih tahu kakek. Jadi, sekarang kakek sudah tahu kalau saya pernah terlibat beli kunci jawaban soal ulangan dan ujian akhir semester ke teman?"
"Iya, tapi Nona tidak usah khawatir. Kakek bisa mengerti setelah saya menjelaskan semuanya. Nona juga sudah mau belajar dari kesalahan dan tidak mengulanginya. Nona mau ulangan ulang dengan bilang ke guru dan mengerjakan ujian kemarin dengan jujur. Nona Lea sudah berusaha."
Perjalanan di semester dua kemarin hingga hari ini memang tidak mudah. Lea mengaku tenaganya terkuras banyak akibat kesalahannya sendiri. Mencari partner belajar di kelas X-1. Melawan keraguan demi nilai rapor. Bertemu teman-teman ambis yang mungkin beberapa di antara mereka tidak bisa dianggap teman. Belajar, bimbel, dan begadang sampai jatuh sakit di hari terakhir ujian.
"Congrats, Lea."
Mengulurkan tangan kanan sebagai bentuk apresiasi. Yang diberi uluran tangan terdiam. Dua orang perempuan saling berhadapan di depan mading sekolah.
"Gue kagum sama pencapaian lo," ucap Manda tersenyum.
Siapa yang bisa melupakan mantan teman bimbel Lea satu ini. Perempuan dengan wajah khasnya yang imut, karena kedua pipinya yang chubby.
"Nggak nyangka aja, lo peringkat empat dengan rata-rata nilai 87 hampir 88."
Lea ingin menolak uluran tangannya, tetapi tidak bisa. "Thanks."
Manda menipiskan bibir. "Lo pasti udah berusaha belajar lebih keras dari gue."
Di mana sisi heboh seorang Amanda? Pertanyaan itu terlintas di benak. Lea seakan sedang berbicara dengan orang baru.
Tidak dapat berbohong. Lea sedikit merindukan sosok tersebut. Ya, bagaimana pun juga mereka pernah punya kenangan bersama.
"Lea, lo masih marah?"
~
Salah satu hal paling berkesan. Lea tidak menyangka bisa bertemu dan kenal dengan partner sejarah. Lelaki itu terlalu sabar untuknya yang kurang baik dalam hal sikap dimana lebih senang seenaknya.
Tetapi, Lea tidak menyesal karena ia sendiri tak pernah meminta Rafael untuk hadir di dalam hidupnya. Lea masih ingat waktu Rafael mendatangi dirinya dan bertanya kondisinya di bulan Januari.
Rafael yang melihatnya memakai seragam kotor karena tepung terigu. Mengingat hal konyol itu Lea ingin tertawa. Benar-benar menyebalkan. Mimpi apa bisa jadi korban bullying, tapi kalau ia membalasnya apa masih layak disebut korban?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ingenious
Teen FictionBukan yang pertama tetapi terakhir seakan tidak punya tujuan hidup. Lea peringkat terakhir paralel dituntut ambisius dan harus mencari partner belajar (sejarah, matematika, biologi) supaya nilai rapornya tidak merah lagi. Kelompok murid ambis terga...