Hai!
Ada yang kangen Ingenious update?
Yuk bisa yuk vote 🌟
Selamat membaca 🔥
•
Melepas helm dan turun dari motor. Rafael tidak akan melakukan itu kalau saja Lea tak membuatnya khawatir. Celingukan ke kanan dan kiri sampai sekilas bayangan di depan sana menuntunnya untuk berlari.
Berlari sejauh mungkin di jalan belakang bangunan sekolah. Lelah melawan arus angin dan hujan. Sepatu menapak genangan air dan sepi menemani sore hari. "Lea! Lo mau pergi ke mana?"
Lantang suara Rafael menghentikan langkah kaki Lea, dimana perlahan membalikkan badan. Lima meter jarak mereka dan sama-sama mengenakan seragam sekolah.
"Gue mau pergi jauh, Partner!"
"Ini, hujan! Gue antar pulang, ya!"
Lea menggeleng dan tersenyum manis. Manis sekali sambil melambaikan tangan kanan setinggi mungkin. "Tetap jadi orang baik, Partner! Gue senang lihatnya!"
Jantung Rafael berdetak kencang mendengar permintaan apalagi melihat Lea kembali balik badan dan berlari. Rafael pun mengejarnya, tetapi semakin dia berlari justru Lea kian jauh dan menghilang seakan ditelan hujan.
Rafael berhenti dan memutar badan kebingungan. Mencari keberadaan Lea yang benar-benar hilang sampai datang suara petir bergemuruh keras di langit yang sukses mengagetkan gendang telinganya.
Duarr!
Rafael terbangun dari tidurnya berbarengan dengan suara alarm ponsel di atas nakas pada pukul tiga pagi. Ia belum sepenuhnya sadar, masih terbawa suasana mimpi baru saja. Mimpi yang seakan nyata.
Rafael mengacak rambut, beralih memejamkan mata sambil mengusap wajah yang masih ingin tidur. "Astagfirullahaladzim."
Ternyata cuma mimpi.
~
Menghirup udara dalam-dalam. Terlepas dari berbagai kerumitan beberapa hari lalu. Lea yakin hari ini dia akan mengerjakan ujian dengan maksimal. Semalam sudah belajar, mengulang materi dan memahami bagian yang penting-penting saja hingga ketiduran di atas meja.
"Lea!"
Yang dipanggil sedikit kaget. Melihat Rafael antusias menghampiri dirinya di halaman depan sekolah. "Kenapa partner? Lo kayak lari dikejar hantu aja."
"Gapapa." Rafael menghela napas. "Kebetulan aja tadi lihat lo." Berusaha rileks. "Lo baik-baik aja, kan?"
"Hah?" heran Lea mendapat pertanyaan yang menurutnya agak aneh, meskipun begitu ia tetap santai. "Iya, gue baik-baik aja. Sangat baik malah. Kenapa lo tanya?"
Lea bisa merasakan kalau Rafael terlihat lega mendengar kabar darinya. Di tambah senyum di wajah semakin meyakinkan.
"Nggak ...." Rafael menggaruk tengkuk tak gatal. "Ya udah, kalau gitu gue duluan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Ingenious
Fiksi RemajaBukan yang pertama tetapi terakhir seakan tidak punya tujuan hidup. Lea peringkat terakhir paralel dituntut ambisius dan harus mencari partner belajar (sejarah, matematika, biologi) supaya nilai rapornya tidak merah lagi. Kelompok murid ambis terga...