38× + 10 = 86

1.7K 235 6
                                    

H-3 UAS

"Lo yakin kita lewat sini?"

Kepala menengok ke atas-tembok besar dan cukup tinggi belakang sekolah menjadi penghalang lewat dua orang perempuan yang saat ini berdiri di bawah. Yang satu percaya diri, satunya lagi ragu-ragu.

"Buruan naik! Lemot banget lo, ntar gue nyusul."

Lea diminta Rika menaiki pohon mangga yang sangat diyakini berusia tua, tetapi kokoh juga tinggi. Tumbuh besar di dekat tembok.

"Lemot, lemot ..." gumam Lea tidak terima dan akan sampai ke atas. Mulut Rika itu terkadang ingin dia sumbat dengan apapun. Suka banget hina orang seenak jidat.

Ini bukan pengalaman kali pertama, Lea akan melompat dari atas ke bawah sana. Beberapa bulan lalu, ia pernah melakukannya. Bedanya, waktu itu di rumah sendiri dengan naik tangga. Sedangkan, kali ini naik pohon mangga yang mungkin saja ada penghuninya. Untung bukan malam hari.

Satu, dua, tiga ....

Sebentar.

Lea masih ragu untuk melompat, makanya masih duduk di atas pohon. Menengok ke bawah saja membuatnya kurang percaya diri. Menoleh ke belakang-bawah. "Rika! Lo serius nyuruh gue lompat? Ini tinggi banget ...."

Rika mengancam. "Buruan, Bego!"

Lea melotot. "Eh, buset! Gimana kalau gue lompat terus patah tulang!"

Rasanya Lea ingin melempari wajah Rika dengan daun mangga, setelah cewek berambut pendek itu berkata, "Ya tinggal dibawa ke rumah sakit!"

"Enteng banget lo ngomong! Lo pikir nyawa gue seratus? Kucing aja, katanya nyawanya cuma tujuh!"

"Berisik lo, ah!" Rika mulai menaikkan satu kakinya ke pohon.

"Lo ngapain ikut naik? Gimana kalau pohonnya ambruk?" Lea refleks menoleh ke belakang dan kaget sedikit melongo. "Wah, pas banget. Rika! Lo kenapa nggak ngomong kalau nyuruh orang bawa tangga ke sini. Ajaib!"

Yang dipanggil berhenti memanjat pohon. Merasakan keanehan akan hal yang baru saja dikatakan Lea. "Tangga?"

"Iya!" Lea bersiap turun. Ia tidak curiga atau apa mengenai tangga portabel yang tiba-tiba muncul dan bersandar di tembok "Gue turun duluan."

Rika kembali memanjat. "Gue nggak nyuruh orang bawa tangga ...."

Lea tidak peduli yang dikatakan Rika, terpenting sekarang dia bisa menyelamatkan diri dari niat melompat dengan hati-hati dan sangat fokus hingga di tangga paling bawah sampai menginjak tanah.

Deg!

~

"Lo serius, kan, Rafael. Nggak ada niatan ingin jadi yang pertama?"

Menggendong ransel, yang ditanya jalan berdampingan di koridor. "Lo tenang aja, Al. Gue nggak ada niatan merebut peringkat pertama lo." Tersenyum. "Bersaing secara sehat, oke."

"Tiga besar?"

"Terlalu sulit buat gue."

"Bagus kalau gitu." Rafael melihat Alsa menghalangi jalannya, percaya diri. "Gue harap suatu saat nanti, bukan di kelas sepuluh. Lo nggak mewujudkan satu impian yang lo tulis di belakang buku."

IngeniousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang