31x : 2 = 31

1.8K 268 22
                                    

Yang kangen Ingenious update angkat jari ☝

Selamat mencoba

------------

Lea memang tak bisa menyalahkannya, meskipun begitu bukan berarti dia tidak berhak menuntut kejelasan. Mengulurkan tangan dan memberikan memori card di depan kelas X-2.

"Ke tukar sama punyanya Rafael, ya?"

Yang ditanya menelan ludah. Perasaan panik dalam diri merambah cepat di tubuh. Berusaha tenang. Menerima pemberian. "Ini, memori card gue?"

Lea menganggukkan kepala sambil tersenyum.

"Kok, bisa sama lo? Padahal, rencana gue mau ke kelas sebelah. Kemarin, ba-baru sadar kalau memori card gue sama punya Rafael itu ketukar." Rasa khawatir itu mengantarkannya untuk bertanya. "Lo nggak lihat isinya, kan?"

Masih dengan tatapan santainya. "Kenapa? Lo takut ketahuan?"

Deg. 

"Memori card punya Rafael mana? Biar gue yang berikan."

Menuruti permintaan. "Lea ... maksud lo apa? Ketahuan apa?"

Lea tersenyum manis lima detik, lalu membalikkan badan dan memudarkan senyum. Pergi.

Menyusul. "Lea, lo ...." Manda gemas sendiri pun menghalangi jalan dan memegang pundak. "Lo tahu sesuatu?"

Berusaha sabar. "Dari pada lo ikut klub jurnalistik, kenapa lo nggak ikut klub drama aja? Kalau gue boleh kasih saran, lo jadi bawang putih."

"Lea, gue bisa jelasin." Manda menggerakkan tangan dan mencari alasan tepat. "Lo jawab dulu pertanyaan gue. Apa aja yang udah lo lihat di sini?" Mengangkat memori card.

Lea menghela napas kasar. Lagi-lagi tersenyum manis. "Sorry, ya, kalau gue sama Rafael udah buka beberapa foto menarik tanpa izin."

Manda mengedipkan mata beberapa kali. Masih tidak percaya. Di dalam hatinya amat tidak tenang. Ia menatap punggung yang kian menjauh. Menyusul dan menarik paksa tangan Lea ke koridor sepi. Merasa bersalah. "Ikut gue."

Lea pasrah, meskipun lelah berurusan dengan perempuan di hadapannya sekarang.

Meraih tangan. Memohon. "Lea, lo kalau mau marah sama gue. Marah aja. Jangan senyum-senyum gitu." Menghentakkan satu kaki. "Iya, gue ngaku salah. Gue minta maaf ...."

Lea belajar satu hal. Membiarkan orang yang sadar dirinya salah dan membuatnya merasa terpojok. Orang tersebut berpotensi mengaku dengan sendirinya atas kesalahan yang telah dilakukannya tanpa di minta.

"Gue yang nyuruh teman sekelas lo si Elin. Gue memanfaatkan rumor orang dalam tentang lo menjadi sebuah artikel. Gue juga yang nyebarin artikel itu ke twitter pakai akun anonim. Pakai hastag laskarangkasa. Kalau lo tanya, kenapa gue nggak ketahuan? Gue nggak tahu." Memberi jeda. "Lo bisa tanya ke Bagas."

Lea menatap datar.

"Kalau lo tanya apa alasan gue ngelakuin itu? Gue cuma melakukan apa yang Bagas minta. Dia meyakinkan gue." Baru berani menatap kembali. Dengan mata berkaca-kaca. "Bagas yang minta gue, Lea. Dia deketin gue dan gue mau aja nurutin permintaannya. Di pikiran gue saat itu udah ganteng, pintar, calon kapten basket lagi. Idaman gue banget."

IngeniousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang