13x - 3 = 36

2.6K 386 362
                                    

"Bukannya peraturan tertulis SMA Laskar Angkasa, tidak boleh mengunggah hal negatif tentang sekolah di media sosial? Jika, sampai ada murid atau guru yang melanggar. Mau itu berita terbukti benar atau bohong ...." Lea mengedarkan sejenak pandangannya ke samping. Merilekskan pikiran.

"Terancam di penjara." Rafael menambahkan.

"Dan ... di denda sepuluh milyar." Lea menelan ludah.

"Gue rasa kita berlebihan." Rafael mengoreksi dan mengingat. "Lea, lo belum jawab pertanyaan gue."

Lea merapatkan bibir. Rafael benar-benar memaksanya untuk berbicara, meskipun bukan dengan cara pemaksaan. Namun, tutur katanya yang lembut dan sikap pedulinya. Membuat Lea berpikir dua kali.

Lea memainkan jari-jari tangan di atas meja. Pandangan matanya sedikit menunduk dan sebenarnya, ia malas menjelaskan. "Gue bisa di terima di sini .... Murni kerja keras gue sendiri."

Lega. Itu, yang di rasakan Rafael. "Jadi, lo beneran di fitnah?"

"Semua berawal dari nilai merah di rapor gue." Lea memberitahu. "Gue nggak nyangka bakal jadi separah ini."

Rafael mengernyitkan alis. Kurang mengerti. Di tambah, melihat Lea bangkit berdiri dan meninggalkannya begitu saja. Belum selesai mengobrol, Rafael pun menyusul dan mengimbangi langkah kakinya usai menaruh ponsel ke saku.

"Lo mau ke mana?"

"Harus banget, gue ngasih tau lo. Gue mau ke mana?"

"Bukan begitu, maksud gue. Pembicaraan kita belum selesai."

Lea berhenti dan menghela napas sabar. "Gue malas bahas. Nggak usah di ungkit-ungkit. Kalau gue stres, lo mau tanggung jawab?"

"Gue bisa jadi tempat cerita lo."

Lea mendengus mendengar jawaban. Setelah itu, pergi. Meninggalkan Rafael yang berdiam diri di tempat.

Suara Keadilan

"Semua CCTV sudah di cek. Beberapa titik di temukan."

Tidak ada angin. Tidak ada petir. Terlepas dari masalah heboh kemarin. Suasana di sekolah hari ini terasa tenang. Seakan-akan yang terjadi kemarin hanyalah mimpi.

Lea tidak mengerti. Bagaimana, sistem sekolahnya berjalan tanpa sepengetahuan dirinya?

Bahkan, hastag belum genap sehari saja sudah menghilang bagai di telan bumi. Sambil berdiri, Lea menatap layar ponsel di genggaman kedua tangannya. Membuka aplikasi. Semua terlihat baik-baik saja.

Lea mengernyitkan alis. Kenapa semua media sosial berisi berita positif? Prestasi, prestasi, dan prestasi SMA Laskar Angkasa. Berbagai pujian pun melengkapi.

Lea memindahkan ponsel di tangan menjadi horizontal. Menonton sebuah video dengan jumlah view ratusan ribu. Video dua tahun yang lalu. Acara tanya jawab di sebuah gedung.

"Apa benar kalau SMA Laskar Angkasa itu, tidak menerima murid baru jalur orang dalam. Seperti; menyogok, titipan, dan sejenisnya?"

"Benar sekali. SMA Laskar Angkasa tidak menerima murid baru, tanpa melakukan serangkaian tes masuk. SMA Laskar Angkasa bersih dari hal kotor tersebut. Mau dia anak pejabat, konglomerat, bahkan presiden. Semua tetap harus adil."

IngeniousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang