【Grandma's Story】

403 65 44
                                    


(Waktu Baren masih umur 6 th).

****

“Nenek!” panggil bocah laki-laki sambil memasuki kamar sang nenek(?)

Nampak raut wajah datar tapi ada kelembutan di sana, tak lupa ada bekas jahitan(?) di wajah sebelah kirinya. Walaupun begitu lihatlah masih ada jejak-jejak kecantikan di sana.

“Ada apa Baren?” tanya sang nenek yang sedang duduk di kursi goyang, yang tadinya sedang melamun entah memikirkan apa.

“Baren, ingin nenek menceritakan kisah itu lagi! Cerita nya seru!” ujar Baren dengan mata yang berbinar-binar.

Membuat sang nenek terkekeh pelan lalu menyuruh Baren untuk duduk dan mulai mendengar kan ceritanya.

“Dahulu kala, ada tiga tembok di pulau itu. Maria, Rose dan Sina. Ketiga tembok itu didirikan untuk melindungi umat manusia di dalamnya dari titan-titan yang suka memangsa manusia sebagai makanan nya. Padahal wujudkan sama persis seperti manusia tapi ukurannya lebih besar ...”

“... Saat itu juga ada suatu kelompok pasukan yang di beri nama pasukan sayap kebebasan. Yang bertujuan untuk membasmi Titan-titan di luar dinding.
Tapi, bukannya berjalan begitu lancar yang ada malah banyak para prajurit yang gugur karena terbunuh di makan Titan ...”

Sang nenek terus bercerita sementara Baren menyimak dengan seksama walaupun ada yang tak dia mengerti sih, tapi yang ia ketahui dulu di pulau itu para pasukan sayap kebebasan sangat berjuang keras demi menggapai kebebasan umat manusia di dalam dinding.

Sampai di mana sang nenek mengatakan tentang beberapa manusia kuat yang bermarga Ackerman. Tentu saja Baren langsung bertanya, siapa saja yang bermarga Ackerman saat itu.

“Kalau tak salah ada tiga orang yang masih hidup sebelum bencana pemusnahan itu di mulai. Namanya ... Levi Ackerman, Mikasa Ackerman dan ....”

Jelas sang nenek yang tiba-tiba terdiam tatapan matanya jadi kosong saat tak mengatakan nama orang yang ketiga.

“Dan apa Nenek?” tanya Baren polos. Tapi dia tau siapa itu Mikasa Ackerman. Nenek buyut nya(?) Yang asli.

“Apa nenek lupa? Aku tau Nenek kan sudah tua, walaupun begitu bagi ku nenek tetap cantik kok!” celetuk Baren sambil senyum tengil.

Sementara yang ada di hadapannya itu adalah sosok yang menjadikan dirinya (Baren) sebagai cucu angkat nya.

Hanya menahan kesal dengan ucapan Baren sang nenek menatap dengan tatapan seakan-akan mengatakan
(ni bocah kok nyebelin yak?_-).

“Tch! Sudahlah_- lebih baik kau tidur sudah malam!” celetuk sang nenek sambil tersenyum tipis walau datar sih.

Baren mengangguk patuh lalu berjalan menuju kamar meninggalkan sang nenek yang termenung dengan raut wajah sendu.

“Tak terasa, umurku makin tua saja. Benar kan? Levi?” ucap nya sambil menatap sendu lukisan atau foto yang ia keluarkan dari laci.

“Maafkan aku, aku malah pamit pergi setelah melakukan semuanya. Walaupun usia ku sudah tak muda lagi, aku masih bisa mengingat semua bacotan mu. Kira-kira apakah kau masih hidup seperti diriku atau sudah meninggal? Entahlah aku tak tau?”

Ujar nya sambil tersenyum tipis merasa sangat rindu dengan sang saudara. Tapi sekarang ia malah tak tau seperti apa kabar nya. Sampai pada akhirnya ia malah mengeluarkan cairan bening dari kedua matanya.

“Tch! Lagi-lagi aku malah menangis, aku merindukan kalian semua, tau. Dan lihat sekarang? Kenapa hanya aku yang masih hidup?”

“Kenapa kalian semua meninggalkan cerita begitu saja? Apa yang bisa aku lakukan sekarang?”

“Kalian masih mending, mempunyai anak, cucu, bahkan cicit. Lah? Aku? Entah mengapa malah memilih jadi Perawan Tua:')” lirihnya sambil menyeka air mata dengan tangan yang nampak agak berkeriput.


“Dan Maafkan aku, yang sudah mengubah sebagian dari takdir hidup kalian.”

****

(A/n)

What!!!? Apa ini??
Apa maksudnya!? Jangan tanya saya, saya juga gak tau:')🙏✌

𝐒𝐞𝐚 𝐨𝐟 𝐌𝐞𝐦𝐨𝐫𝐲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang