【Memory 12】

205 23 14
                                    

Tak terduga
Maaf kalo cerita tentang si Renna jarang🙏Selamat membaca🙏

____.____

Di malam hari nampak keluarga kecil yang akan pergi untuk beristirahat tidur. Eren menatap Putri kecil nya yang baru saja merebahkan diri di kasur sambil memandangi jendela dekat kasur menatap bintang-bintang.

“Eila belum tidur?” tanya Eren berjalan dan duduk di kasur itu. Eila menggeleng pelan masih menatap bintang-bintang.

“Eila suka bintang-bintang?”

Tanya Eren lagi sambil mengusap lembut rambut putrinya yang lumayan panjang. Kali ini Eila menatap wajah sang ayah yang nampak lebih tampan saat terpantul sinar bulan.

“Iya... bahkan Eila mau punya bintang!” ucap Eila kali ini lumayan tidak cadel saat ia berbicara. Eren tersenyum tipis menatap ke arah langit juga, nampak banyaknya bintang bertaburan menghiasi langit malam.

“Bintang itu letaknya sangat jauh asal Eila tau saja... bintang lah yang mungkin paling susah untuk kita gapai:)” ucap Eren membuat Eila mengernyit bingung.

“Kenapa begitu papa? Kan bintang ada banyak kenapa gak bisa di gapai?” tanya Eila sementara Eren terkekeh melirik Luvi yang lagi berdiri menatap interaksi ayah dan anak itu.

“Ya, bintang itu berada sangat jauh... tapi cahaya kelap-kelip nya masih bisa dilihat oleh mata kita.” Jelas Eren menjelaskan seakan-akan sedang menceritakan dongeng.

“Tapi Eila tetap mau punya bintang!”
Ucap nya lumayan keras kepala.

“Ya... suatu saat Eila bisa mendapatkan bintang. Sekarang tidur ya...”

Setelah itu Eren mencium kening anaknya Eila terdiam menatap ayahnya, si ibu juga ikut mencium keningnya.

“Semoga mimpi indah Eila sayang... kami sangat menyayangi mu:)” Luvi bahkan mengatakannya dengan mata memerah menahan tangis setelah itu Luvi pergi tak lupa menutup pintu juga lampu tidur anaknya.

Luvi merasa firasat nya tak begitu baik hari ini. Ia merasa takut, tapi ia tak boleh terlalu memikirkannya.

“Luvi, ada apa? Kenapa kau menangis?” Eren menatap khawatir istrinya yang tengah menangis(?) Sontak saja Luvi mengusap pipinya dan benar saja ia menangis.

“Hahaha... ya gpp kok kelilipan aja tadi:'D” Ucap nya sambil terkekeh gaje sementara Eren natap datar lalu memeluk istrinya.

“Kalau ada apa-apa bilang... jangan selalu di pendam tak baik!” tegas Eren merasa sangat nyaman saat berpelukan.

“Situ gak ngaca mas??” gerutu Luvi mengingat kalau dulu Eren selalu memendam perasaan, juga masalah yang jadi beban terberat sampai-sampai Rumbling terjadi:')

“Ya... itu kan dulu bukan sekarang:)”
Balas Eren dia mau move on dari masa lalu yang menyeramkan itu, apalagi dosa besar nya yang sudah hampir memusnahkan manusia, masih terbayang-bayang di ingatan nya.

“Ayo kita ke kamar...” bisik Eren natap wajah istrinya sangat intens sementara Luvi hanya mengangguk.

Saat di kamar...
“Sayang... aku mau 'itu' ya?” Eren natap memelas ke istrinya.

“Hah? 'itu' apaan?” tanya Luvi natap kebingungan sementara Eren cuman cemberut keluar dari kamar.

“Lah? Apaan sih, Renren...” panggil Luvi mengikuti Eren yang baru saja keluar, nampak si pria duduk di kursi depan rumah. Menatap ke arah langit.

“Eren? Ada apa?”

Eren tak menjawab dia tetap diam dan fokus menatap langit-langit atau lebih tepatnya ke arah bintang yang sangat disukai oleh putrinya.

𝐒𝐞𝐚 𝐨𝐟 𝐌𝐞𝐦𝐨𝐫𝐲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang