【History of Paradis: 04】

122 13 22
                                    

*Akrobatik ala cebol mini🗿✨⤴

Sᴇʟᴀᴍᴀᴛ ᴍᴇᴍʙᴀᴄᴀ:D
ɢᴀᴊᴇ:) Sumimasen:D



===Time Skip S⁴===

Rombongan dari Paradis pun telah sampai di dermaga Liberio, Marley. Rombongan kecil itu membentuk lingkaran sambil menatap takjub apa saja yang baru mereka lihat.

Mulai dari mobil, dagangan pasar, oh jangan lupakan bahkan ada seorang badut yang dengan sengaja memberikan kapten Cebol sebuah lolipop, karena ia mengira kalau Levi adalah anak kecil atau remaja(?) Sementara Eldric tengah menahan bengek sedari tadi seketika kicep saat melihat si Kapten cebol melirik nya tajam.

Nampak dua orang sama gender tengah membeli es krim siapa lagi kalau bukan Luvi dan Eilaria. Kedua ibu dan anak ini terlihat sangat antusias menerima es krim mereka, bisa di bilang sekarang hubungan keduanya sangat dekat apalagi Eila yang selalu nempel dengan Luvi.

"Haah, ternyata sudah sampai di sini saja ya?" gumam Luvi memandang lautan sambil memegang es krim sementara Eila menatap kosong ke lautan.

("Apa kabar Liam dan Lian? Dan juga ayah di masa depan? Bukankah aku di sini sudah cukup lama dengan kak Eldric, Baren, dan Renna?") batin Eila merasa risau akan apa yang terjadi kelak, apakah mereka bisa kembali ke era-modren?

"Vi-san, es krim mu meleleh." Datanglah Eren mengagetkan keduanya yang dari tadi asik bercengkrama.

* * *

Di tempat lain ada Renna dan Baren yang tengah menatap pemandangan di lautan lewat dermaga. Kedua remaja beda gender itu saling terdiam, Renna melirik wajah Baren yang sudah banyak berubah.

"Baren, aku ingin mengucapkan terima kasih. Karena kau adalah orang yang sangat mengerti diriku kau mau menjadi sahabat ku selama ini sama seperti Arkan. Haha, tak tau apa kabarnya di sana ya?" tutur Renna sambil terkekeh pelan.

Baren menoleh tiba-tiba saja dia jadi sedikit gugup saat mendengar suara lembut itu berucap 'terima kasih' namun tiba-tiba saja hatinya terasa sakit saat mendengar kata 'sahabat'.

"Oh ya, Baren bolehkah aku bertanya?"

"Apa aku bagimu, selama ini?" Renna menatap kedua manik Baren begitu dalam.

Sontak saja Baren terperangah tak percaya jantungnya berdegup kencang bahkan napas nya sampai tercekat. Tanpa di sadari ada rona merah tipis di kedua pipinya, mulutnya pun mangap-mangap macam ikan:v

"K-kau, kau a-adalah, s-sahabat ku..."
Renna terdiam mendengar jawaban yang keluar dari mulut Baren, namun terdengar ada keraguan di sana.

("Ah, kita hanya sahabat ya?") batin Renna ia seperti merasa kecewa saat mendengar perkataan Baren. Padahal maksudnya ialah dia ingin mendengar hal lain yang mungkin selama ini Baren sembunyikan dari dirinya.

*EreMika or BaRen pt.2?🗿//Slap!!

Renna pun pergi tanpa Baren sadari ternyata gadis itu tengah menangis(?) Mungkin antara marah sama diri sendiri dan kecewa? Entahlah:D


> Time Skip Again:D⤵

Eila menatap ngeri saat melihat adegan berdarah secara langsung di depan mata dimana ada sang ayah (read: Eren) memotong kaki dan menusuk mata nya sendiri demi bisa menyusup ke Liberio.

Tak hanya Eila sendiri namun di sampingnya ada sang Mama (read: Luvi) yang menyamar menjadi palang merah perang alias perawat sama seperti dirinya. Soalnya dia gak bisa jauh dari emak🗿

"Eila, ayo kita obati si bocah tukang bunuh diri itu:')" Luvi dengan nama samaran Ruby pun mengenggam tangan Eila. Dia tau kalau sebenarnya Eila merasa ngeri, saat melihat Eren berlumuran darah.

Tuk!!
"Ku akui akting mu lebih bagus daripada si anak emas! Tapi jangan sampai seperti ini juga Erebaka! Kau tak lihat Eila sampai merinding dan takut saat melihat kondisi mu seperti ini?!!" Akhirnya Eren yang sedang menahan sakit malah kena omelan dari Mommy Luvi:')

Eila hanya bisa sweatdrop entah hilang kemana rasa takutnya tatkala melihat sang emak mengomeli bapak nya🗿


•••

Di tempat lain ada Eldric dengan senapan laras panjangnya tengah menembaki musuh walaupun gak sampai mati sih, cukup menembak lengan atau kaki saja. Yang penting berhasil membuat musuh lumpuh.

"Eldric-nii!! Kau sangat hebat!"

Kagum seorang gadis siapa lagi kalau bukan Gabi yang sudah selesai melempar granat rakitan nya dan berhasil membuat meriam anti Titan tersebut meledak(?)

Si pemuda yang di panggil Eldric-nii terdiam saat mendengar pujian itu. Entah bagaimana bisa gadis kecil ini kenal dan nampak lumayan akrab dengan dirinya.

Dan malah menganggap Eldric itu sebagai kakak nya? ("Adikku hanyalah Eilaria, Liam dan Lian!") batin Eldric.

*Di sini Eldric terpaksa harus memilih jadi, salah satu prajurit di bawah pimpinan Marley sama seperti Colt.

"Hm, terima kasih dan jangan terlalu berlebihan itu tak baik..." sahut nya sambil menyimpan senapan tersebut.

"Tapi, kenapa kau tak menembaknya sampai mati?" tanya Gabi menatap heran saat melihat musuh yang teriak kesakitan karena terluka di bagian kaki ataupun lengan.

"Simpel saja, aku tak ingin menambah dosa_-" Gabi terdiam mendengarnya dengan tatapan kagum(?) Sepertinya orang yang ia kagumi kali ini bertambah yaitu, Reiner dan Eldric?

"Seharusnya kau menembak nya sampai mati Eldric-nii! Bukankah di dalam tubuh kita ini mengalir darah iblis?? Kenapa tak di manfaatkan saja??" Gabi berucap sekali lagi tanpa mempedulikan reaksi dari Eldric.

"Tak ada yang namanya darah iblis! Yang ada itu hanyalah kelakuan bejat manusia yang melebihi iblis!!"

"Jadi, menurutmu karena kita lahir dari darah kaum Eldia maka kita memiliki darah iblis untuk terus-menerus membunuh? Begitu? Tch! Bahkan aku saja hampir bosan terus melihat darah!"

Ya, sejujurnya dia tak ingin ayah dan ibunya di hina sebagai iblis, walaupun itu tak menutup kenyataan kalau ayah dan ibunya adalah mantan pembunuh //Slap🗿

Eldric pun pergi meninggalkan Gabi yang ter-melongo mendengar semua perkataannya barusan.

("Haah, kapan aku bisa kembali ke sana? Atau jangan bilang kami akan kembali setelah tragedi itu berakhir??") batin Eldric menatap kosong.


(T B C)


Lᴜᴍᴀʏᴀɴ ɢᴀᴊᴇ ꜱɪʜ ᴋᴇᴋɴʏᴀ...

Terima kasih sudah baca😇🙏
Maaf juga kalau ada pembaca pemula di book ini yg kagak ngerti dan bingung, soalnya cerita utama ada di book I'ᴍ Aᴄᴋᴇʀᴍᴀɴ. Hanya saja book yg satu ini masih berhubungan.

Maaf sampai sekarang penyakit kurang percaya diri ini terus menghantui, ya karena gue gak pinter bergaul sejak dulu, mana kaku lagi kalo ngomong:')

𝐒𝐞𝐚 𝐨𝐟 𝐌𝐞𝐦𝐨𝐫𝐲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang