【Memory 26】

128 12 42
                                    


Makin gaje:')
Selamat membaca

- - - • - - -

Terbangun dengan nafas memburu serta air mata yang sudah meleleh membuat ketiga orang beda generasi itu terkejut melihat kondisi Luvi yang baru saja terbangun dari alam mimpi nya.

“Hey, ada apa Luvi? Kenapa kau menangis?” Eren menghapus air mata yang semakin meleleh ia merasa tak tahan melihat ibu dari anak-anaknya itu menangis seperti ini.

Luvi menatap wajah pria yang ada di hadapannya seketika dia teringat lagi masa-masa di mana dulu ia masih menjadi prajurit survey corps alias pasukan sayap kebebasan.

Berlagak kuat padahal dia rada² beban:') Dan baru sekarang dia kena mental lagi selepas melihat kembali kejadian yang paling ia takuti. Luvi menunduk kalau dipikir-pikir lagi makin pusing juga pala nya.

“E-Eren?”
“Hm? Iya apa? Katakanlah...”
Si pria berbicara dengan lembut, sementara dua kembar itu hanya bisa diam menyimak karena baru pertama kalinya mereka melihat emak nangis.

Luvi menatap ragu-ragu dia takut akan membuat Eren marah kalau membicarakan soal tragedi itu. Takutnya Eren kembali mengingat dirinya versi dajjal😭🙏.

“Bolehkah anak-anak keluar dulu?” ucapnya selah beberapa menit terdiam menatap Liam dan Lian kedua bocah itu hanya mengangguk polos lalu keluar dari kamar meninggalkan kedua orang tuanya.

Luvi menatap wajah si pria dengan raut yang tak dapat diartikan. “Eren, apa kedatangan mereka akan mengubah masa depan ini? Paradis tidak akan di serang kan?”

Eren terdiam sejenak lalu membuka mulutnya untuk bicara.

“Tergantung, apakah aku berhasil memusnahkan manusia-manusia yang ada di luaran sana atau tidak? Pastinya mereka akan mati-matian untuk menghentikan ku, benar bukan? Kalau memang ada cara lain selain genosida maka katakanlah apa yang harus di perbuat?” Ucapnya membuat Luvi tersentak.

“Menyatakan perdamaian? Menceritakan betapa menderitanya kita di dalam tembok selama bertahun-tahun bersembunyi dari Titan?”

“Aku tak ingin hidup seperti binatang ternak lagi! Aku tau kalau cara ku salah, sangat tau! Tapi mereka semua mengandalkan manusia lain untuk memikul beban berat ini mereka bilang kalau akulah kunci menyelesaikan masalah tersebut, sehingga aku tak punya pilihan lain selain percaya pada diri sendiri untuk tetap melakukan Genosida!” Bisa di lihat kali ini kedua mata Eren memerah menahan sedih dan marah berbicara panjang lebar menguras emosi ternyata.

“Mereka manusia yang egois sama halnya dengan ku! Jadi susah untuk di ajak berunding tapi pada akhirnya Armin berhasil mengambil hati mereka, tapi tentunya itu tak bisa bertahan sangat lama. Mereka malah balas dendam dengan menjadikan Pulau Paradis sebagai pelampiasan! Padahal saat itu aku dinyatakan sudah mati tapi sepertinya mereka tak cukup puas saat mengetahui nya!”

Lihat malah Eren yang meng-curhat mengatakan apa yang ia resahkan selama ini. Hanya bisa diam saja di dunia Path saat melihat Pulau kesayangan nya di luluh-lantahkan tak bisa melakukan apapun, kalau dia masih hidup pastinya genosida akan kembali berjalan.

Mungkin sebenarnya Eren masih bisa kembali ke masa lalu dan menghentikan mereka untuk menyerang Paradis tapi ia tak ingin kembali berbentrok kan dengan dirinya sendiri dari masa lalu takutnya nanti terjadi sesuatu yang tak di inginkan (?)

Dia bahkan sudah memberikan setengah kekuatan Founding titan kepada cucu ataupun cicit dari Reiner Braun yang bernama Renna berharap kalau Renna kelak bisa menggunakan kekuatan yang ia beri, tapi sepertinya gadis itu masih sangat ragu dengan kekuatannya sendiri.

“Ren, atau ini karena ku? Yang gagal menahan Mikasa saat ia akan membunuhmu?” Luvi menunduk kembali mengingat mimpinya.

Hah? Kapan aku berkata seperti itu?” Eren bertanya sambil mengerutkan kening.

𝐒𝐞𝐚 𝐨𝐟 𝐌𝐞𝐦𝐨𝐫𝐲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang