【Memory 04】

434 59 85
                                    

Selamat membaca:)
Maaf kalau ada kesalahan pada ceritanya🙏

Sebenarnya ayah dan ibu Renna sudah melarang sang anak bungsu untuk berpergian ke pulau Paradis alias Madagaskar.

Tapi berkat jurus meng-drama milik Renna entah mengapa kedua orang tuanya bisa luluh:')

Di perjalanan menuju ke pulau terpencil yang sudah lama di luluh-lantahkan oleh tentara dari seluruh dunia yang masih menyimpan dendam kesumat.

Bahkan dari beberapa persen umat manusia juga masih belum bisa menerima keberadaan kaum Eldia, yang sekarang hanya tersisa beberapa saja.

Dua anak manusia itu berjalan bersama dengan seekor anjing yang setia selalu mengikuti. Nampak raut wajah kedua nya terperangah saat melihat secara langsung seperti apa keadaan pulau Madagaskar a.k.a Paradis.

Yang dulunya maju dan nampak lumayan megah, sekarang malah hancur bahkan sisa-sisa dari runtuhan bangunan masih ada. Lalu pandangan mereka terpusat pada satu pohon yang menjulang tinggi dari pohon-pohon lainnya.

***


“Pohon itu ... sangat tinggi” celetuk Renna sambil menatap cengo, sementara Baren terdiam dengan mulut yang berbentuk (o).

“Iya kau benar, tingginya ... mungkin sama persis seperti Titan.”

Sahut Baren sambil memegangi tongkat kayu, di lehernya nampak satu teropong tergantung di sana plus scarf yang selalu dibawa kemanapun ia berada. Tak lupa tas untuk menyimpan barang-barang yang diperlukan.

Sementara Renna membawa satu kamera kecil untuk memotret apapun yang menurut nya unik juga indah. Bahkan ia sempat memotret seekor burung.

“Renna bagaimana kalau kita melihat pohon itu secara dekat? Aku ... merasa penasaran.”

Baren berkata sambil menoleh ke Renna yang masih melihat hasil dari potretan'nya.

“Ah? Iya sama aku juga😅”

Sahut nya tapi di dalam hati perasaan nya agak tak enak juga merinding. Apalagi saat merasakan hawa dari pohon tinggi itu dari jauh saja terasa mistis apalagi kalau secara dekat?

“Renna? Ada apa? Padahal kau yang paling semangat untuk berjelajah ke sini? Lalu kenapa sekarang kau nampak seperti itu?” tanya Baren meng-heran.

Ia masih ingat seperti apa raut wajah bahagia Renna saat ingin ke pulau ini. Tapi sekarang yang ia lihat justru Renna seperti takut juga gelisah.

“A-aku, tak apa-apa. Hanya saja ...
a-apakah kita harus, melihat pohon itu lebih dekat??”

Tanya Renna secara spontan tangan nya nampak sedikit gemetaran bahkan keringat dingin sudah mengalir.

Baren menggandeng tangan kanan Renna lalu tersenyum tipis.

Mereka pun melanjutkan perjalanan menuju arah pohon tersebut, padahal Baren juga merasakan hawa yang sama seperti Renna tapi ia sudah terlanjur penasaran, jadi ia tak menghiraukan hawa nya.

Ia memiliki insting yang kuat? Ackerman?

Sekuat-kuatnya dia pasti dia juga punya rasa penasaran alias Kepo seperti manusia pada umumnya.

****


Sesampainya di dekat pohon itu⤵

Sesampainya di dekat pohon itu⤵

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐒𝐞𝐚 𝐨𝐟 𝐌𝐞𝐦𝐨𝐫𝐲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang