【Memory 18】

259 17 21
                                    

Selamat membaca:)

✏Suicidal blockhead person💀

Di sebuah tempat terpencil hutan belantara nampak sekelompok orang-orang yang tengah membicarakan sesuatu ekspresi mereka terlihat begitu serius. Sambil menatap dua orang dari mereka yang ternyata adalah sang ketua dan si wakil.

"Apa benar kita akan melakukan nya? Kau tau kan resiko nya tak bisa di anggap remeh?" celetuk salah satu di antara kelompok itu, si ketua nampak biasa-biasa saja dengan wajah dingin nya.

"Justru apakah kau akan tetap diam saja jikalau kebencian itu masih ada? Mereka tidak akan bisa menghapus kebencian yang sudah mendarah daging! Walaupun era Titan sudah musnah, mereka secara diam-diam tetap membenci orang-orang Eldia!"

"Ya, diam-diam mereka melakukan diskriminasi terhadap Eldian yang masih hidup, dari luar mereka nampak biasa-biasa saja tapi ketahuilah mereka selalu berdoa supaya bangsa Eldia musnah dari muka bumi ini!" Lanjut mereka sementara si Ketua dan si wakil tetap diam mendengarkan semua perkataan itu.

"Tidak ada yang salah dan tidak ada yang benar, sebagian dari mereka memiliki pemikiran yang berbeda-beda. Kita tak bisa menilai kalau mereka berpikiran sama ataupun memiliki pandangan yang sama," sahut si wakil ketua sambil menatap mereka.

"Ya... Tetap Tenang dan Jangan Terbawa Emosi!" tegas si ketua setelah lama diam menyimak semua perkataan anak buahnya.

Seketika mereka terdiam menatap si ketua dengan tatapan yang berbeda-beda. Mereka sempat mendengar kalau beberapa orang-orang penting ingin memusnahkan pulau terpencil itu.

Karena itulah mereka mulai membentuk kelompok yang menentang nya, karena pulau terpencil ini sekarang tidak menjadi ancaman lagi lalu kenapa ingin di musnahkan?

Seberapa besar takaran kebencian mereka terhadap pulau terpencil ini?

Padahal era Titan sudah berganti menjadi era serba modern, tak ada lagi yang perlu di takutkan dari yang namanya Titan. Walau mereka tak tau masih ada Titan inti yang masih hidup di tubuh sang wadah.

Ya, anggap saja kekuatan Titan yang tersisa sebagai bom waktu yang akan aktif apabila terjadi sesuatu yang darurat. *Karena itu soal per-titan'an jarang di bahas sama saya di alur cerita ini:')🙏

"Kita lihat saja nanti kapan mereka akan menentukan waktu bermain nya..." Ucap si ketua sambil tersenyum atau lebih tepatnya menyeringai memikirkan apa yang akan terjadi nanti.

Dia tak ingin pulau nya di hancurkan lagi untuk yang kedua kalinya.



****



Seorang gadis kecil dari tadi terus lari-lari mencari keberadaan kakaknya yang entah ada di mana keberadaan Eldric.

"Oniisan?? Nii-san?! Ada dimana sih? Dari tadi kok gak keliatan?" gumam nya mengerutkan kening sementara Luvi menatap putrinya sambil tersenyum.

"Ya juga sih kakakmu jarang ada di rumah kadang begitu juga dengan Papa mu, memang Eila ada keperluan apa mencari kakak mu sampai seperti itu?" tanya Luvi setelah membersihkan dapur.

"Ya... Eila mau nagih hutang!"
tegas Eila sambil cemberut mengingat kalau kakak nya itu kadang selalu mengambil sesuatu yang Eila sayangi.

"Hah? Hutang apaan sih? Emang Eila ada jualan apa?" Si Ibu menahan tawa nya kalo tawa tersebut pecah, nisaya Eila bakalan ngambek:')

"Ya gak jualan sih... cuman kak Eldric suka ngambil barang yang Eila sukai, gak tau buat apa terus katanya 'nanti aku ganti yang baru', tapi gak pernah di ganti barangnya dengan yang baru:v" Tak lupa sambil meniru suara berat kakaknya.

𝐒𝐞𝐚 𝐨𝐟 𝐌𝐞𝐦𝐨𝐫𝐲Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang