38

587 118 24
                                    

"Apa kau yakin tidak mau di periksa Helena?" Tanya Hazel untuk yang kesekian kalinya.

Sekarang Helena sudah berbaring di ruang rawat. Rendell pergi membeli makanan untuk Helena, sedangkan Martha dan Diana telah berbaring di kasur samping kanan dan kiri kasur yang Helena tiduri dan dipisahkan dengan tirai.

Hazel sendiri duduk di kursi samping kiri Helena sambil memangku Orion dan Emily, untuk Bastian dan Wendy mereka berdiri di belakang kursi Hazel.

Helena menoleh ke Hazel dan menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis. "Tidak perlu kak, ini bukanlah luka fatal dan aku baik-baik saja sekarang."

Hazel menatap sedih Helena, kemudian dia mengelus rambut Helena lembut. "Jadi ini yang membuat mu marah beberapa bulan ini."

Helena menganggukkan kepala. "Maafkan aku yang membuat mu khawatir, kak."

Hazel tersenyum. "Tidak apa-apa. Tapi lain kali jika kau memiliki masalah katakan saja padaku. Aku tidak ingin kau menyimpan masalahmu sendirian Helena."

Helena menatap dalam Hazel dan rasa bersalah menerpa Helena. Dia merasa bersalah karena telah menipu orang-orang jiwa sebelumnya. Bagaimana perasaan mereka jika tahu orang yang telah mereka sayangi jiwanya telah mati dan digantikan oleh jiwa lain?

Helena memejamkan mata mencoba menyembunyikan mata sendunya agar tidak tertangkap Hazel. Hazel melihat Helena tidak menanggapi ucapannya hanya bisa tersenyum, dia berfikir Helena mungkin masih belum bisa terbuka kepada orang lain untuk saat ini.

Suasana hening menyelimuti ruang rawat, Hazel yang sedari tadi menatap Helena entah kenapa matanya terasa berat dan akhirnya terpejam, dia tertidur. Bukan hanya Hazel yang telah tertidur tapi Wendy, Bastian, Martha, Diana, Orion dan Emily juga tertidur. Hanya Helena yang tidak tertidur sama sekali di dalam ruang rawat.

Jendela ruang rawat di dekat kasur Helena terbuka dengan pelan dan dari jendela itu masuk seorang laki-laki dengan memakai seragam Akademi Sihir. Di belakang laki-laki itu ada dua orang laki-laki yang terlihat lebih tua darinya.

Laki-laki itu memiliki mata biru yang menenangkan dan rambut blonde yang indah serta paras yang tampan. Dia adalah sosok idaman semua perempuan di Kekaisaran Garcia serta orang yang akan menggantikan ayahnya kelak dan menjadi Kaisar Garcia. Dia tidak lain adalah Javiero Garcia.

Javiero terdiam sebentar menatap Helena kemudian meletakkan sapu tangan hitam di area mata Helena yang terpejam. Helena membuka matanya karena merasakan sesuatu yang jatuh ke area matanya dan pandangannya gelap.

Tangan Helena menyentuh sapu tangan hitam itu untuk menyingkirkannya tapi ketika Helena akan menyingkirkan sapu tangan itu Javiero menggenggam tangan Helena lembut untuk menghentikan tindakan Helena.

"Jangan menyingkirkannya Helena." Ucap Javiero dengan nada lemah.

Helena terdiam sejenak, Helena merasakan sentuhan yang sangat dia kenal walaupun Helena tidak bisa melihat sosok pemilik tangan yang menahan tangannya dia tahu siapa orang ini yang tidak lain adalah Rio.

Sang pewaris Kekaisaran Garcia yang terkenal dengan sikapnya tidak bergaul dengan orang lain selain keluarga kekaisaran dan kerabat dekat tidak lain adalah Rio, si pria posesif yang selalu mendatangi Helena setiap malam dan mengaku sebagai suami Helena. Dua orang di belakangnya adalah Qilin dan Bai Ze.

Bola mata Helena melirik ke samping kirinya seakan-akan melihat Javiero langsung. Helena melupakan kemampuan unik Javiero yang bisa merasakan apapun yang di rasakan Helena ketika ada yang menyerangnya atau dia merasakan sakit karena Helena telah menelan setetes darahnya.

Sudah pasti Javiero sangat terkejut dan khawatir karena tiba-tiba merasakan cambukan di punggungnya karena ulah Helena. Helena menghela nafas pelan kemudian dia mengalihkan pandangannya dan menurunkan tangannya. Javiero juga melepaskan genggamannya dari tangan Helena.

Lady of Castillo || Heejin Loona [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang