EXTRA PART : PRILLY'S LAST MESSAGE

1.7K 101 10
                                    

Tangan Ali bergetar sejak menemukan kotak berwarna merah muda di hadapannya, jantungnya berdetak lebih cepat. Dengan hati-hati, ia membuka kotak yang memiliki tempelan bertuliskan "Prilly L. Syarief <3".

Mata Ali kembali berembun saat membaca surat khas tulisan tangan Prilly, kaki Ali terasa lunglai dan tidak bertulang. Ia bersimpuh di lantai sambil menggenggam surat-surat yang kertasnya mulai menguning.

Air mata membanjiri pipi Ali, ia menggigit bibirnya dalam. Isakannya benar-benar tertahan di tenggorokan. Matanya menerawang jauh, terlempar ke masa-masa di mana Prillynya masih hadir untuk mengisi hari-harinya.

"Ya ampun Aliku tercinta bin tersayang bin terkasih bin termuach, kamu gak perlu malu kali sama aku. Aku terima kamu apa adanya kok. Mau gak gosok gigi seminggu, gak mandi sebulan, gak cebok sekalipun, aku tetap cinta kok sama kamu."

Prillynya yang ceria.

"Nih buat kamu, roti tawar doang sih, tapi pas ngoles coklatnya pake cinta kok."

Prillynya yang centil.

"Saya yang suka rela nyodorin ngasih dia lembar jawaban saya."

Prillynya yang banyak berkorban.

"Aku selalu optimis kok, suatu saat nanti aku bakal jadi bagian dari hidup kamu bahkan jadi salah satu orang yang berarti dalam hidup kamu."

Prillynya yang percaya diri.

"Gue cuma mau memperjuangkan cinta gue, gue mohon jangan nyuruh gue buat berhenti."

Prillynya yang pantang menyerah.

"Kalo lo nyuruh gue berlutut supaya bisa dapetin cinta yang selama ini buat lo bahagia, gue rela."

Prillynya yang tidak kenal lelah.

"Aku mau ngekorin kamu kemana pun, emangnya kamu mau kemana sih? OH MY GOD, Ali! Jangan bilang kamu mau bunuh diri dan lompat dari atap sekolah? Gara-gara berantem sama Ghina? Wah, wah, wah, itu gak bakal aku biarin."

Prillynya yang tengil dan ajaib.

"Gue masih betah dengan cinta yang gue punya buat lo, meskipun gue tau endingnya bakal semenyedihkan ini. Lo gak perlu khawatir sama hati gue."

Prillynya yang kuat.

"Itu esnya dipake ya, siapa tau aja es yang dibeli Ghina gak cukup. Sebelum cair tuh."

Prillynya yang perhatian.

"Aku cuma pengen ngerasain gimana sih diperlakukan kayak teman sama kamu, setelah itu, aku bakal benar-benar mundur. Aku mundur bukan karena aku berhenti mencintai kamu, tapi karena aku terlalu mencintai kamu sampai-sampai aku gak mau ngelihat kamu terus-terusan tersiksa karena kehadiranku."

Prilly yang sangat mencintainya.

"Aku takut kamu beneran ninggalin aku, kamu...kamu terluka karena keegoisan aku, aku gak mau itu terjadi."

Prilly yang takut kehilangan dirinya.

"A...Ali, maaf ya, bunganya rusak. Tapi kamu gapapa 'kan?"

Prilly yang selalu melindunginya.

"I will stay."

Padahal Ali telah berjanji tidak akan pernah meninggalkan Prilly.

"But away from you."

Tetapi, Prilly malah membohonginya.

Prilly menyiksa Ali dengan begitu kejam.

Prilly membuat Ali jatuh dan tidak berdaya.

Prilly merampas paksa separuh hatinya.

Prilly yang pergi meninggalkan Ali.

Prillynya telah pergi dan tidak akan kembali lagi.

Ali mengambil sebuah lipatan kertas yang paling putih, tetapi memiliki bercak darah yang telah mengering. Isakan yang tadi tertahan, kini lolos begitu saja. Ali menangis bahkan mengerang dengan pilu.

* * *

To my dearest, Aliando Syarief.

Surat ini adalah suara hati pacar kamu yang unyu, tapi dibantu tulis sama Indah. Jadi, jangan heran ya, Sayang?

Aliando yang paling ganteng sejagat raya, cinta matinya Prilly, hunny bunny cutiepie kesayangan aku. Jangan sedih lagi ya? Dan jangan nyalahin diri sendiri lagi.

Ali, aku seneeeengggg banget karena akhirnya bisa ngemilikin hati kamu seutuhnya. Jangan ditanya sesenang apa aku? Karena, senangnya aku paket komplit. Taruh telur, ayam, kornet, dan sosis.

Aku gak pernah nyesel udah jatuh cinta sama manusia sebaik kamu, Li. Malah aku akan nyesel kalo ternyata aku gak ngejer-ngejer dan ngusik hidup kamu. Dan ternyata, kamu emang jodoh aku. Jodoh sehidup dan jangan semati deh. Karena kamu masih harus terus melanjutkan hidup.

Kalau pengibaratan, kamu itu semesta. Poros kehidupan banyak orang dan aku salah satunya. Kalau aku mati, mungkin hanya beberapa orang yang merasa sedih. Sedangkan kamu, kamu harus tetap hidup apapun ceritanya. Banyak orang yang menggantungkan hidupnya pada kamu.

Kamu itu anugerah terindah yang pernah terjadi di dalam hidup kelam seorang Prilly. Kamu adalah matahari, kamu adalah bulan, kamu adalah bumi, kamu adalah pusat tata surya di dalam dunia menyedihkan Prilly.

Ali, kamu harus melanjutkan hidup dengan baik ya? Menjalani kehidupan perkuliahan dengan baik, mendapatkan pasangan yang sayang sama kamu bahkan sayangnya dia melebihi sayangnya aku ke kamu, dan pastinya kamu harus bisa banggain Bunda. Itu keinginan terakhirku, Li. Tolong dipenuhi ya, Sayang?

Terima kasih untuk semua rasa yang telah kamu berikan. Terima kasih untuk semua usaha dan waktu yang kamu curahkan. Terima kasih karena kamu telah bersedia menjadi bagian dari hidup aku. Meskipun raga aku udah enggak di samping kamu, tapi hati aku tetap sama. Kamu tetap cinta pertama dan terakhirnya aku.

Ali, maafin Prilly ya? Prilly enggak bisa nepatin janji kita. Prilly gak bisa nemanin Ali buat wujudin cita-cita kecil kita. Seandainya, kita bertemu lagi di kehidupan selanjutnya. Aku pasti akan menebus semua waktu yang aku lewatkan bersama kamu, Li.

Sayangnya Prilly, mata aku udah berat dan ingin menutup. Jadi, aku persingkat aja ya?

Aku masih mencintai kamu.

Dan, selamanya akan tetap mencintai kamu.

Kisah kita mungkin usai disini, tapi cinta aku ke kamu tidak akan pernah usai. Karena kamu adalah penghuni abadi di dalam kisah hidupku.

Kamu adalah cinta terakhirku.

Just because I ended my chapter here, doesn't mean you should. Stay alive, Li.

I will stay with you, forever and ever.

Until we meet again, Aliando Syarief.

* * *

Ali menghapus bekas air matanya, ia mengulas sebuah garis tipis di bibirnya sambil menatap langit.

"Aku akan memenuhi permintaan terakhir kamu, Sayang."

"Tolong jaga baik-baik separuh hatiku yang telah kamu bawa pergi ya?"

"Karena, aku akan melanjutkan hidup dengan separuh hati yang tersisa."

"Terima kasih karena kamu telah menjadikan aku cinta terakhir dan satu-satunya di dalam hidupmu."

"Until we meet again, Prilly Latuconsina."

Stay (Away)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang