"Ali, aku mau bicara sebentar sama kamu. Bisa?" Tanya Prilly memasang senyuman terbaiknya.
Ali menjawab pertanyaan Prilly dengan gelengan, yang berarti ia tidak bersedia meluangkan waktunya hanya untuk berbicara dengan Prilly.
"Aku mohon?" Prilly hanya tidak ingin memaksa Ali seperti biasanya.
Ali mengangguk sejenak, "Langsung aja."
"Ke luar sebentar, please?" Tawar Prilly yang membuat Ali menghela napas jengah.
Meskipun Ali terlihat jengkel dengan Prilly, namun ia tetap menyanggupi permintaan Prilly.
"Gue kasih lo sepuluh menit."
"Dimulai dari sekarang," lanjut Ali tanpa basa-basi.
Prilly menahan napasnya sejenak sebelum memulai perkataannya.
"Sebelumnya, aku mau minta maaf atas sikap aku selama dua tahun belakangan ini. Mungkin setelah seminggu terhitung sejak hari ini, aku enggak akan gangguin hidup kamu lagi."
"Meskipun aku tau itu susah dan mustahil, tapi aku akan mencoba, Li. Dari awal, semuanya adalah kesalahan. Aku sadar betul akan hal itu, tapi aku tetep kekeuh sama pendirian aku. Aku kira setelah beribu malam penantian, kamu akan menoleh ke arahku meskipun sedikit aja."
"Ternyata aku keliru, Li. Bahkan aku juga bingung bagaimana cara ungkapin isi hati aku ke kamu, sekarang semuanya terasa abu-abu, Li. Aku cuma mau minta tolong sama kamu satu hal aja, Li."
Prilly terlihat ragu untuk melanjutkan ucapannya, ia meremas jari-jarinya karena takut membuat Ali semakin tidak nyaman dan membencinya.
"Selagi hal yang positif, gue gak bakal nolak," jawab Ali dengan tegas.
Prilly mendongakkan kepalanya, menatap tepat ke arah manik mata Ali. Lagi dan lagi, Prilly terhanyut ke dalam pesona seorang Aliando Syarief. Mata pekat hitam legam, alis mata yang tersusun rapi, bulu mata yang sangat lentik, hidung yang tergolong mancung, bibir berwarna merah muda, dan yang terakhir adalah rahang yang membingkai wajah Ali dengan sempurna.
Ali adalah ciptaan Tuhan yang paling indah, bagi Prilly. Tetapi sangat disayangkan, Prilly tidak memiliki kesempatan untuk mencintai Ali lebih lama lagi. Dan mungkin ini akan menjadi terakhir kalinya Prilly dapat menikmati wajah titisan dewa yunani di hadapannya, karena Prilly telah memutuskan jalan yang terbaik.
"Selama seminggu ini, kita temenan ya? Kayak dulu lagi," nada Prilly memelan di akhir kalimat.
"Aku cuma pengen ngerasain gimana sih diperlakukan kayak teman sama kamu, setelah itu, aku bakal benar-benar mundur. Aku mundur bukan karena aku berhenti mencintai kamu, tapi karena aku terlalu mencintai kamu sampai-sampai aku gak mau ngelihat kamu terus-terusan tersiksa karena kehadiranku."
"Lo ngomong kayak gitu, seakan-akan ajal lo udah dekat aja," balas Ali.
Mata Prilly membola, "Enak aja! Aku masih mau hidup dalam waktu yang lama banget, tau!"
"Becanda kali, Pril," ujar Ali sambil terkekeh.
Prilly mematung di tempatnya. Ini adalah kali pertama setelah sekian lama, Ali berinteraksi dengannya sebagai seorang teman.
Dan, tunggu.
Ali berkata apa barusan?
Bercanda?
Prilly tidak sedang bermimpi, bukan?
"Makasih ya, Li."
"Sama-sama, Pril. Santai aja kali, lagian kita 'kan teman," balas Ali tersenyum lembut.
![](https://img.wattpad.com/cover/136168431-288-k612666.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay (Away)
Fanfiction⚠️Cerita Mengandung Bawang⚠️ "Lo maunya apa sih?!" Prilly mengeluarkan seringai menggodanya. Tangannya terulur menuju kerah seragam Ali, ia menarik kerah Ali hingga tubuh Ali terhempas mendekat ke arahnya. Lantas ia berbisik dengan suara seraknya, "...