"Ada apa lagi sih? Bising banget lo," ujar Prilly kesal.
Dino menunjukkan potongan penghapus Prilly sambil menyengir, "Penghapus lo nih, lupa gue kembaliin."
"Ya elah, tinggal lempar aja kali. Apa susahnya sih?"
Dino memundurkan sebelah langkahnya sambil mengambil posisi, mengayunkan tangannya hendak melempar. Jangan berharap banyak tentang lemparan yang mendarat mulus dalam tangkapan Prilly. Realitanya adalah potongan penghapus yang dilempar Dino malah melesat cukup kuat mengenai puncak kepala Ghina.
Ali yang sedang berdiri di sebelah Ghina pun membungkuk untuk mengambil penghapus tersebut. Ia menggenggam erat penghapus itu sambil menatap nyalang ke arah Dino, lalu menoleh ke arah Ghina yang terlihat mengusap-usap puncak kepalanya. Setelah itu ia mengalihkan pandangannya kepada Prilly, ia melempar kuat penghapus itu ke wajah Prilly.
Prilly yang sedang tersenyum mesem-mesem dikarenakan Ali memegang potongan penghapusnya, sama sekali tidak sigap untuk menghindari lemparan Ali. Alhasil, batang hidung Prilly pun menjadi sasaran empuk lemparan Ali. Lemparan itu tergolong kuat hingga berhasil membuat mata Prilly berkaca-kaca.
Gritte menyenggol lengan Prilly, "Are you okay?"
Prilly mengangguk dengan kaku, "Gue gapapa kok."
Gritte cukup peka dengan raut meringis Prilly, "Jangan nangis di sini, lo pasti kuat."
Prilly mengangkat dagunya tinggi guna menghalau air matanya yang hendak menetes. Sayup-sayup ia mendengar nada kekhawatiran Ali, yang tidak tertuju padanya. Ia melirik sedikit ke arah Ali yang sedang menatap Ghina lekat. Bahkan kuatnya lemparan Dino tidak sebanding dengan lemparan Ali yang terkesan penuh kebencian.
"Gue temani ke UKS, ya?" Prilly hanya tersenyum membalas ucapan Gritte.
"Yuk, biar gue anterin." Prilly kemudian menggeleng.
"Gue baik-baik aja," bisik Prilly dengan nada parau.
"Pril? Lo nangis?"
Bukannya menjawab, Prilly malah memeluk Gritte dari samping. Ia meremas seragam belakang Gritte, sambil merapalkan kata bahwa ia akan baik-baik saja.
"Hei, katanya lo itu cewek perkasa. Kok malah nangis?" Tanya Gritte sambil mengelus kepala Prilly sayang.
Ia menggeleng dalam pelukan Gritte, "Gue akan baik-baik aja, 'kan?"
Itu bukan pernyataan, melainkan pertanyaan.
"Hidung lo segitu sakitnya, ya?"
"Bukan."
"Terus?"
"Hati gue. Hati gue yang sakit, Te."
Gritte membalas pelukan Prilly lebih erat lagi, sambil membalas pertanyaan Prilly tadi. "Kalau begitu, lo akan baik-baik aja."
"Gue temani ke UKS, ya?" Ulang Gritte dengan penuh harap.
Ia mengangkat wajahnya dari lipatan leher Gritte, "Enggak ah. Lagian lemparannya cuma segitu doang, enggak bakal bisa matahin perasaan gue juga."
"Lo masih mau mencintai Ali?" Tanya Gritte dengan ragu.
Prilly mengangguk antusias sambil mengelap jejak air mata di pipinya, "Selama lo bilang gue bakal baik-baik aja, selama itu pula gue akan mencintai dia."
"Kalo begitu, gue tarik kata-kata gue tadi. Lo enggak akan baik-baik aja selama lo masih naruh hati sama dia," balas Gritte tegas.
"Eits, gak bisa kayak gitu dong!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Stay (Away)
Fanfiction⚠️Cerita Mengandung Bawang⚠️ "Lo maunya apa sih?!" Prilly mengeluarkan seringai menggodanya. Tangannya terulur menuju kerah seragam Ali, ia menarik kerah Ali hingga tubuh Ali terhempas mendekat ke arahnya. Lantas ia berbisik dengan suara seraknya, "...