35. Jurang Penuh Luka, Cinta Namanya

2.8K 355 88
                                    

Prilly mengunyah tela-tela yang baru saja dibelinya dari kantin, sesekali ia menyuapi satu persatu sahabatnya. Mereka sedang berdiskusi tentang rencana pergi camping di hutan.

"Gue bawa baju tiga, celana tiga, daleman empat, cukup gak?" Tanya Indah dengan wajah polos.

"Mohon maaf Bu Indah, ini kita lagi bahas rute camping dan susunan acara, kenapa lo malah mikirin daleman?" Tanya Prilly sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ya, gue juga lagi mikirin persiapan buat ke camping," tukas Indah tidak setuju.

Rassya menjentik dahi Indah, "Kejauhan, dodol."

Indah mengaduh sambil memukul Rassya sebagai balasan, "Kasar lo, tai."

"Siapa yang punya tenda?" Tanya Bimo seolah tidak ingin memusingkan perdebatan antara Rassya dan Indah. Semua orang melirik satu sama lain, lalu menggelengkan kepala masing-masing.

"Ya udah, gue punya tenda sekitar lima di rumah. Berarti tendanya dari gue ya," ujar Bimo yang disetujui oleh mereka semua.

"Kalo kompas?" Tanya Bimo lagi. Maxime akhirnya buka suara, "Gue punya kok."

Bimo mengacungkan jempolnya sambil menuliskan sesuatu di kertas, "Nah, keperluan bersama selanjutnya uhm mungkin alat masak praktis."

"Kompor spiritus, spatula, dan mungkin kita masing-masing bawa piring dan sendok," lanjut Bimo.

"Lo kelihatan berpengalaman banget," celetuk Prilly.

Bimo menyisir rambutnya ke belakang, "Cuma arungin samudera yang belum gue lakuin," sambil mengedipkan sebelah matanya. Prilly hanya bergidik ngeri melihat tingkah kecentilan Bimo.

"Dia selalu jadi ketua pendakian atau pemandu camping, Beb," ujar Maxime sambil menopang dagunya.

"Nah, untuk keperluan masing-masing yang wajib, ya, senter, korek api, jaket, pisau lipat, dan baju-baju gitu sih," ujar Bimo.

"Oh iya, kaos kaki dan peluit jangan lupa," imbuhnya.

"P3K siapa yang bawa, Bim?" Tanya Rassya tak kalah antusias.

"Oh iya, P3K biasanya anak geng motor yang bawa sih, jadi kita terima bersih aja," jawab Bimo yang diangguki oleh semuanya.

Dino menguap sebentar, "Ada cewek bohay gak?"

Fathar yang duduk di sebelah Dino langsung menjewer telinganya, "Lo kata kita mau party ajeb-ajeb hah?! Kita mau camping, Din, bukan mau ngelakuin zinah!"

Dino mengerucutkan bibirnya sok imut, "Ya, namanya gue suka khilaf."

"Khilaf sama susah nahan nafsu beda jauh, kampret!" Balas Rassya tak kalah sengit.

Tiba-tiba sebuah suara menginterupsi obrolan mereka, "Hai, gue boleh pinjem Prillynya bentar gak?"

Prilly yang duduk membelakangi orang tersebut langsung bergeming di tempatnya, ia menatap Rassya dengan horor. Sedangkan, Rassya hanya diam tanpa merespon.

"Gue bebas sih, tanya aja sama Prilly langsung," ujar Dino kepada orang tersebut.

Prilly menghela napasnya pelan, "Gue duluan ya, guys. Kalian bahas aja duluan, entar ada hal-hal penting langsung kabarin gue."

"Mau gue temenin gak, Pril?" Tanya Rassya yang dihadiahi gelengan Prilly.

Prilly beranjak dari kursinya mengikuti langkah orang tadi. Dalam hati, Prilly bertanya-tanya ada apa orang tersebut memanggil dirinya?

"Kita bicaranya disini aja, gapapa 'kan?" Tanya orang tersebut yang tak lain dan tak bukan adalah mantan sahabatnya, Safira Ghina.

Prilly mengangguk sekilas, "Ada apa lo manggil gue kesini?"

Stay (Away)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang