25. Hal Baik Di Penghujung Hari

2.1K 280 52
                                    

"Lo suka makan bakso, ya?" Tebak Ali jitu.

Prilly menyengir lebar, "Paparazzi."

"Kalau lo? Suka makan apa?" Meskipun sebenarnya Prilly sudah tahu jawabannya, hanya saja ia ingin mendengar langsung dari mulut Ali.

"Nasi goreng," balas Ali sambil mengelap sendok dan garpu di hadapannya menggunakan tisu.

Prilly menahan dirinya untuk tidak bertanya tentang nasi goreng buatannya yang ia kirimkan di hari ulang tahun Ali, mengapa Ali tidak memakan nasi goreng buatannya? Tetapi, Prilly tidak ingin memperkeruh suasana atau malah menyakiti dirinya sendiri dengan jawaban Ali nantinya.

Mulut Prilly ber-oh ria, ia ikutan mengelap sendok dan garpu di hadapannya sambil menunggu pesanan.

"Oh iya, Li, gue boleh tanya sesuatu gak sama lo?" Tanya Prilly dengan ragu.

Ali mengalihkan atensinya ke arah Prilly, "Nanya apaan emang?"

"Gimana kabar Gritte?" Prilly memelankan suaranya di akhir kalimat.

Ali terlihat terkejut sebelum akhirnya ia tersenyum kecil, "Lo kangen sama Gritte ya?"

Prilly mengangguk kecil, sudah cukup ia bertingkah seolah dirinya adalah manusia hebat dan tangguh, yang tidak pernah merasa rapuh. Padahal seperti yang kalian ketahui, terlalu banyak celah bagi Prilly untuk bersedih. Hanya saja, ia tidak ingin membuat orang-orang terbebani dengan kepelikan hidupnya.

"Gritte ya? Dia baik-baik aja kok," balas Ali.

"Bagus kalo gitu," Prilly tersenyum kecut.

Bukan, ia bukan egois dan ingin Gritte merasakan kesengsaraan yang sama dengan dirinya. Hanya saja bolehkah Prilly berharap bahwa Gritte sedikit merindukan dirinya? Meskipun hanya sedikit, Prilly tidak apa-apa.

"Kalo Ghina?" Tanya Prilly sekali lagi.

Ali tersenyum lembut mendengar pertanyaan Prilly, "Dia sering bilang kalo dia kangen sama persahabatan kalian. Dan dia juga merasa bersalah banget karena udah buat lo salah paham dan merasa dikhianati."

Prilly menjilat bibir bagian bawahnya, "Gue titip salam untuk mereka berdua. Titip kangen juga buat Ghina, bilang sama dia kalo gue baik-baik aja. Gue yang salah karena udah mempersulit dia selama ini."

"Makasih ya, Pril," ujar Ali dengan tulus.

Percakapan mereka terpaksa putus karena hidangan bakso yang disajikan ke hadapan mereka.

"Silahkan dinikmati," ujar sang pelayan yang dihadiahi ucapan terima kasih dari Ali dan Prilly.

Prilly terlihat menuangkan saus dan kecap manis ke dalam mangkuk baksonya, "Untuk?"

"Untuk semuanya, Pril. Lo udah berkorban banyak buat gue dan Fira," lanjut Ali sambil melakukan hal yang serupa.

"Kalo lo butuh bantuan gue, jangan sungkan ya, Pril. Gue selalu siap bantuin lo kapan pun," ucapan Ali terdengar sangat manis, namun Prilly tidak ingin berharap lebih.

"Makasih, Li. Tapi gue gak mau ngerepotin lo lagi," balas Prilly seadanya.

Sambil menyendokkan sesuap bakso, "Gue pengen kita kembali berteman tanpa iming-iming perasaan. Bisa gak?" Ali melemparkan pertanyaan yang membuat Prilly susah untuk memberikan jawaban.

Stay (Away)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang