Sering kali Prilly menangisi ucapan-ucapan pedas yang terlontar dari mulut Ali, tetapi sepedas apapun ucapan tersebut tidak membuat Prilly membenci, ah tidak, jangankan membenci, berhenti mencintainya saja terasa mustahil.
Seperti saat ini, setelah melakukan acara menangis bombay tadi pagi, siang ini Prilly sudah kembali ceria dan bertegur-sapa dengan Ali. Hanya Prilly yang bertegur dan menyapa, sedangkan Ali tetap mengacuhkannya.
"Setelah jam istirahat ini berakhir, bakal ada ulangan PKN," umum Ali membuat teman sekelasnya bersorak malas.
"Ya elah tuh guru, gak bosen apa ngasih ulangan mulu," cibir Prilly.
Ia mengambil buku catatannya dari dalam tas, membolak-balikkan halaman bukunya dan mencoba untuk fokus.
"Pril, gimana? Udah bisa? Entar bantuin gue ya," ujar Gritte.
Meskipun Prilly terkesan seperti murid nakal dan biang onar di kelas, kemampuan otaknya di bidang akademik tidak perlu diragukan lagi.
"Untung kemarin pas ringkas catatan gue sempat baca-baca, jadi gak susah-susah amet ngapalnya," balas Prilly enteng. Ia menutup bukunya, tidak berniat melanjutkan bacaannya.
"Apa gue ngopek aja, ya?" Tanya Gritte membuat Prilly mendengus.
"Masih ada lima belas menit lagi, lagian catatannya cuma selembar doang," cibir Prilly membuat Gritte menyengir kuda.
Prilly membalikkan tubuhnya menghadap belakang, "Udah bisa?"
Indah menggelengkan kepalanya dengan lesu, "Gue bobrok banget di hapalan." Prilly hanya mengangguk-anggukan kepalanya.
"Kalo gue malah bobrok di Fisika dan segala macam hitungan lainnya," ujar Prilly.
"Kalo gitu kenapa lo malah ngambil jurusan IPA?" Tanya Indah.
Prilly hanya tersenyum masam, sebenarnya ia malu mengungkap kebenaran mengapa ia mengambil jurusan yang sangat berlawanan dengan dirinya itu.
"Si Prilly mah cuma ngikutin Ali doang," sambung Gritte yang ikut-ikutan duduk menghadap belakang. Indah membulatkan matanya, tetapi sesaat kemudian ia menormalkan ekspresinya kembali.
"Gue tau pasti lo pengen bilang gue bodoh karena nentuin jurusan yang bukan gue banget, tapi, ya gitu." Prilly mengusap tengkuknya sambil menyengir canggung.
Indah tersenyum tulus, "Saat lo mengemis sama seseorang supaya dia mau bersama lo, percaya deh, dia gak akan pernah jadi milik lo." Prilly berdehem guna membasahi kerongkongannya yang terasa kering.
"Kok mendadak gue ngerasa pengen berhenti ya?" Tanya Prilly.
"Itu quotes dari google doang sih, jadi ya jangan baper," balas Indah cengengesan.
"Wah, nih anak sesat nih!" Tuding Gritte sambil tertawa.
Tiba-tiba bel berbunyi, membuat seisi kelas heboh. Beberapa siswa bahkan belum siap untuk menghadapi ujian, contohnya saja seperti Gritte.
"Kampret, cepet banget sih! Mana sempat buat kopekan lagi nih," cibirnya sambil mendengus kesal.
Tak lama, guru bidang studi pun masuk sambil menenteng kertas ujian.
"Gak perlu basa-basi lagi, saya bakal ngacak tempat duduk kalian untuk menghindari kopekan di atas meja," ujar guru.
Gritte mendongakkan kepalanya dan berhenti menulis catatan-catatan kecil di meja. Sedangkan, Prilly yang mendengar hal itu hanya bisa tertawa kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay (Away)
Fanfiction⚠️Cerita Mengandung Bawang⚠️ "Lo maunya apa sih?!" Prilly mengeluarkan seringai menggodanya. Tangannya terulur menuju kerah seragam Ali, ia menarik kerah Ali hingga tubuh Ali terhempas mendekat ke arahnya. Lantas ia berbisik dengan suara seraknya, "...