"Gue masih cinta sama lo, mungkin selamanya akan tetap begitu." Ali mendengus kasar. Setelah dua bulan bebas dari godaan-godaan Prilly, kini ia harus menerima godaan itu lagi.
Hubungan Prilly dan Gritte belum ada perkembangan, tetapi setidaknya Prilly tidak terlalu dipojokkan lagi di dalam kelas.
Ali menatap Prilly dengan tatapan yang sulit diartikan, ia bahkan menampilkan senyuman miringnya.
"Lo gak kangen sama gue?" Tanya Prilly lagi.
Ali menjilat bibirnya pelan, "Seharusnya lo udah tau jawabannya."
"Iya, sama kok, gue juga kangen sama lo." Prilly melempar ciuman jarak jauhnya.
Ali berdecih kasar, "Jangan gangguin gue lagi."
Prilly tidak tinggal diam, ia beranjak menghampiri Ali dan menahan tangannya. Ali melirik ke arah tangannya yang ditahan oleh Prilly. Sedangkan, Prilly masih senyam-senyum di tempatnya. Ali berdecak dengan kesal lalu menghempaskan tangan Prilly kasar.
"Mau lo apa sih?! Gak cukup udah kehilangan orang yang selama ini peduli sama lo?!" Wajah Prilly terlihat menegang sejenak sebelum ia sebisa mungkin menormalkan ekspresinya.
"Bukannya itu yang lo mau? Gritte kembali ke pelukan Ghina? Sedangkan gue? Bahkan kalian gak pernah ngerti sama perasaan gue, ah enggak, bahkan kalian gak pernah mencoba untuk peduli," balas Prilly ketus.
"Gue selalu memprioritaskan orang yang cinta sama gue," ujar Ali.
"Apa lo bilang? Lo selalu memprioritaskan? Terus gue?" Balas Prilly.
"Tapi itu enggak berlaku buat lo! Karena lo gak cinta sama gue, melainkan sebatas obsesi," lanjut Ali disertai dengan dengusan meremehkan. Prilly tenggelam dalam ucapan Ali yang terkesan sederhana namun menusuk.
"Kalo lo beneran cinta sama gue, seharusnya lo enggak kayak gini!" Imbuh Ali lagi.
Prilly mendongakkan kepalanya, "Terus? Gue harus gimana?"
Ali tersenyum lembut, "Lo hanya perlu merelakan gue bersama dengan kebahagiaan gue."
Prilly menggelengkan kepalanya keras, "Mencintai tanpa mengharap balasan apalagi mencoba bahagia melihat orang yang lo cintai bahagia, itu hanya berlaku untuk orang-orang munafik. Dan orang-orang yang mendapatkan cinta berlimpah dari orang di sekitarnya. Gue bukan salah satu dari orang munafik itu, gue juga gak mendapatkan cinta yang berlimpah."
"Kalo lo nyuruh gue berlutut supaya bisa dapetin cinta yang selama ini buat lo bahagia, gue rela, Li! Gue rela!" Ujar Prilly histeris. Ia berlutut di hadapan Ali, tangannya terus-terusan mengusap air matanya yang sudah menetes sejak tadi.
Ali melangkah mundur, "Lo gak perlu ngelakuin ini untuk dapat cinta gue. Lo hanya perlu nyari kebahagiaan lain, dan maaf karena gue gak bisa ngasih cinta yang gue maksud."
Prilly menangkupkan kedua telapak tangannya sambil memohon, "Apa gak ada sedikit pun rasa itu buat gue?"
Ali menghela napasnya lalu meninggalkan Prilly yang sedang berlutut sambil beruraian air mata. Rassya segera menghampiri Prilly, wajahnya terlihat mengeras.
"Apa yang lo lakuin?!" Tanya Rassya keras.
"Mau sampe kapan lo begini, Pril?" Imbuh Rassya. Suaranya mulai melunak, ia menarik tubuh mungil Prilly ke dalam dekapannya.
"Lo kurang cinta? Gue bisa ngasih cinta itu buat lo, Pril." Bisik Rassya. Prilly menggeleng dalam dekapan Rassya.
"Gue bisa berlutut di hadapan semua orang supaya lo dapetin banyak cinta, tapi lo gak perlu ngemis cinta sama Ali!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay (Away)
Fanfic⚠️Cerita Mengandung Bawang⚠️ "Lo maunya apa sih?!" Prilly mengeluarkan seringai menggodanya. Tangannya terulur menuju kerah seragam Ali, ia menarik kerah Ali hingga tubuh Ali terhempas mendekat ke arahnya. Lantas ia berbisik dengan suara seraknya, "...