Hari ini, sekolah Prilly menyelenggarakan Pekan Seni dan Olahraga yang dilaksanakan setiap tahunnya. Hal itu membuat semua penghuni sekolah dibebaskan dari kegiatan belajar dan mengajar. Namun, masing-masing kelas harus mengirim perwakilan minimal dua orang dalam tiap kategori perlombaan atau pertunjukkan.
"Mil, lo nampak Ali gak?" Tanya Prilly sambil celingak-celinguk.
Mila terlihat seperti sedang berpikir, "Kayaknya lagi ngarahin anak-anak futsal deh."
Tim futsal kelas Prilly sudah tidak perlu diragukan lagi kehebatannya. Kemenangan dan keberuntungan seolah berpihak kepada tim futsal kelas Prilly setiap kali pertandingan, baik pertandingan antarkelas maupun antarsekolah.
"Emangnya kenapa, Pril?" Tanya Mila heran.
"Iya, gue disuruh ngasih badge panitia untuk ketua kelas dari Bu Maria," jawab Prilly.
"Yaudah, samperin gih ke lapangan," balas Mila yang membuat Prilly mengangguk lesu.
Prilly pun tidak ingin membuang waktunya lebih lama lagi, ia segera turun menuju lapangan untuk menemui Ali.
Prilly melihat ke kiri dan ke kanan berulang kali, mencari Ali di setiap kerumunan yang ada. Lapangan sekolah mereka terlalu luas dan ramai, hal itu membuat Prilly terlihat seperti anak ayam yang kehilangan induknya.
"Woi, Sya! Gue cariin juga," Prilly menepuk pundak Rassya dari belakang.
Rassya meringis, "Kekuatan sapi lo! Sakit bener, ish."
"Ya, maap. Habisnya gue cariin juga, tak taunya ngumpet lo di rawa-rawa," goda Prilly membuat Rassya memutar bola matanya malas.
"Tumben lo nyariin gue, dalam rangka apa nih?" Rassya menaikkan sebelah alisnya.
Prilly menyengir kuda, "Gue mau nyariin Ali."
"Ngapain lo nyariin si bangsat itu? Kuper lo?!" Rassya mendelik ke arah Prilly.
"Gue disuruh ngasih badge buat Ali, lo tau gak dia di mana?" Rassya menghela napasnya malas, tetapi ia tetap memberitahu Prilly di mana keberadaan Ali.
"Mau gue temenin gak?" Prilly menggeleng, "Lo lanjutin aja kegiatan lo, bye!"
Prilly berjalan ke arah utara sesuai dengan arahan Rassya dan benar saja, Ali sedang berbincang dengan beberapa teman sekelas Prilly.
"Ali," seru Prilly keras.
Ali memutar kepalanya ke arah Prilly, "Ada apa, Pril?"
Demi Tuhan, kalian semua tahu sendiri bahwa dulunya Ali sangat-sangat jarang, bahkan hampir tidak pernah menyahut panggilan Prilly. Apalagi memanggil Prilly dengan namanya sendiri. Namun, keadaan seolah berubah sejak Prilly memutuskan untuk berhenti mengejar Ali.
"Ini badge lo yang dititipin Bu Maria," ujar Prilly sambil mengangkat badge Ali.
Ali menghampiri Prilly dengan senyuman kecil di bibirnya, "Oh iya, tadi gue buru-buru."
"Nih," Prilly menyodorkan badge Ali, lalu hendak beranjak pergi.
"Pril," panggil Ali membuat Prilly menghentikan langkahnya dan menghela napas pasrah.
Ia tidak tahu kejutan dan cobaan apalagi yang akan Ali berikan untuknya, tidak bisakah sehari saja Ali berhenti menyulitkan dan membuatnya semakin tersiksa dengan perasaan ini? Perasaan mematikan yang jelas-jelas belum sirna dari hatinya.
"Bantuin gue kalungin badge ini dong." Sumpah, ingin rasanya Prilly menampar wajah Ali yang bertingkah tanpa rasa bersalah.
"Huh?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay (Away)
Fanfic⚠️Cerita Mengandung Bawang⚠️ "Lo maunya apa sih?!" Prilly mengeluarkan seringai menggodanya. Tangannya terulur menuju kerah seragam Ali, ia menarik kerah Ali hingga tubuh Ali terhempas mendekat ke arahnya. Lantas ia berbisik dengan suara seraknya, "...