31. Pencarian Jawaban Hati

2.6K 310 163
                                    

Ali dan Prilly berakhir di sebuah taman luas yang dipenuhi rumput hijau. Mereka tidur berdampingan sambil menatap langit berwarna biru cerah. Mata Prilly menerawang jauh, ia memiringkan sedikit kepalanya untuk melirik ke arah Ali.

"Aku gak tau haruskah aku menceritakan hal ini atau enggak," pernyataan yang keluar dari bibir Prilly terdengar ragu.

"Aku egois, aku senang jadi pusat perhatian, aku posesif terhadap apa yang aku miliki, aku selalu berapi-api saat menginginkan sesuatu," Prilly membuka lembaran bukunya dengan pengenalan karakter.

Ia kemudian menarik napas panjang, "Kalau kamu bosan dengerin ceritaku, kamu boleh tidur dan biarin aja aku ngoceh sendirian. Karena, terlalu banyak penat yang belum sempat aku keluarkan."

Ali yang tidur di samping Prilly menggelengkan kepalanya, "Terlalu banyak sisi yang belum sempat aku tau tentang kamu, untuk itu aku ingin mengetahuinya lebih jauh."

"Saat menginjak bangku kelas 2 SD, kedua orang tuaku berpisah. Alasannya karena Papa selingkuh, bahkan sebelum aku lahir ke dunia. Sebenarnya, hal itu menjadi pukulan berat untuk Mama, itu alasan kenapa dia sampe sekarang benci banget sama Papa."

"Hal yang paling membekas di memoriku bahkan sampai saat ini adalah kekerasan fisik yang tercipta setiap kali mereka bertengkar. Tapi, aku tidak ingin menyalahkan siapapun atas perpisahan yang tercipta. Karena aku sadar, Mama juga mengambil peran sebagai wanita karir dan Papa gak suka hal itu terjadi. Mungkin perpisahan adalah jalan yang terbaik ketika ketidak-cocokkan telah melegenda. Perbedaan visi dan misi sekaligus perbedaan pola pikir dan keinginan yang belum ada jalan keluarnya hanya akan berakhir dengan perceraian."

"Kamu tau, apa hal yang paling aku sesali seumur hidupku?" Tanya Prilly dengan mata berkaca-kaca. Ali menggelengkan kepalanya pelan pertanda ia tidak tahu.

"Karena aku tidak egois saat itu, Li. Coba aja aku lebih egois, aku memaksa dan menahan mereka untuk tetap bersama, mungkin aku akan merasakan keutuhan keluarga. Aku terlalu lemah bahkan untuk sekedar bersuara, apa sih yang bisa anak kelas 2 SD lakukan di saat seperti itu selain menangis?"

"Hal itu yang membentukku menjadi sosok egois seperti sekarang ini, Li. Kamu paham 'kan? Aku tidak ingin orang-orang di sekitarku pergi lagi dari sisi hidupku. Tapi lagi-lagi aku sadar, keegoisan tidak pernah berhasil mempertahankan siapapun di sisiku. Buktinya, Ghina dan Gritte adalah korban dari keegoisanku."

Prilly terlihat mengusap air matanya kecil sambil terkekeh, "Sorry, aku cengeng."

Ali menarik kepala Prilly untuk bersandar di dadanya, "Aku tau ini berat. Tapi, aku siap untuk berbagi beban denganmu."

"Aku sempat berada di fase di mana aku menyalahkan Tuhan, marah dengan keadaan keluargaku yang kayaknya gak normal. Kenapa harus aku yang merasakan penderitaan dan kesedihan ini? Kenapa bukan orang lain? Tapi akhirnya aku kembali tersadar bahwa Tuhan telah menggariskan takdir kehidupan seperti ini untukku, Tuhan percaya kalau aku sanggup melewati cobaan ini lebih daripada orang lain. Setidaknya aku bersyukur karena masih banyak manusia di luar sana yang bisa menikmati keutuhan keluarga."

"Aku selalu berjanji kepada diriku sendiri agar aku tidak mengulangi kesalahan yang sama seperti mereka, menjadikan alasan tidak mencintai lagi sebagai tameng untuk perpisahan dan melukai banyak hati. Aku tidak ingin anak-anakku merasakan hal yang sama kelak. Cukup aku saja."

"But when i get older, aku mulai paham bahwa mereka itu masih sama. Mungkin mereka masih saling mencintai, hanya saja cinta sudah tidak berkuasa di atas segalanya. Cinta bukan hanya sebatas perasaan dan kasih sayang, terlalu banyak komponen rumit yang bahkan sampai sekarang belum aku pahami."

"Ranah pernikahan berbeda seperti yang kita rasakan saat berpacaran, karena menikah bukan lagi tentang siapa yang lebih mencintai, tetapi harus ada komitmen tentang konsistensi perasaan, saling bekerja sama untuk mempertahankan keutuhannya. Kehidupan pernikahan layaknya kapal, jangan sampai berat sebelah, karena bisa karam kapan saja."

Stay (Away)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang