empatpuluh satu

47 1 0
                                    

41

"Sulit rasanya ketika berhutang budi kepada seseorang yang kita cintai. Apalagi mengetahui hati orang itu juga belum tentu untukku. Sekarang, hutang itu belum terbayar penuh, bisa-bisanya aku malah meminta lebih,"---Aisha Valerie.

.
.
.
.

Reyes masih terbungkam. Pertanyaan dari Aisha membuatnya kehabisan kata-kata. Cowok itu juga sadar, jauh di dalam lubuk hati, ia menginginkan sebuah hubungan. Sayangnya, ia masih ragu akan hal itu.

"Yok kita mulai, semua udah pada hadir kan?" Itu suara Feyla yang bertanya. Membuat seluruh tamu undangan bergerak mendekati meja utama. Membuat formasi lingkaran.

Sebelum beranjak, Aisha melirik cowok di sampingnya yang terlihat berpikir. Ia segera mengabaikan dan berdiri menyusul yang lainnya. Meski dalam hati ia ingin menunggu dan mendengar jawaban dari Reyes. Tetapi, sudahlah, mungkin hanya dirinya saja yang terlalu banyak menaruh harapan.

Semua orang kompak menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Tiara. Seperti yang terjadi di acara ulang tahun biasanya.

"Happy birthday to you!!!"

Orang-orang bertepuk tangan, lilin sudah ditiup sempurna. Potongan kue pertama  untuk anggota keluarganya. Setelah selesai, beberapa dari mereka menyalami Tiara.

"It's your day. Let's take a chance to do something stupid!" Seru Feyla  seraya mencolek pipi Tiara dengan butter cream. Aksi itu ditirukan oleh yang lain. Membuat suasana riuh dan heboh. Pipi mereka penuh dengan colekan butter cream. Semua tertawa, melepas rasa bahagia.

Reyes mendekati Tiara yang sudah tidak karuan, wajahnya menampilkan seulas senyum. " Happy level-up day! Doa terbaik dari gue buat elo. Sorry gue nggak bawa kado."

Tiara membalas senyum itu dengan antusias.
"Thanks ya Rey. Kan emang gue nggak mau dikadoin. Bagi gue, kehadiran kalian di sini itu lebih penting dari apapun."

Ada yang berbeda dari acara birthday party ini. Yaitu, tidak ada satupun kado di atas meja.

Aiden mendekati Tiara. Membuat Reyes mundur perlahan, setidaknya sahabatnya itu tidak perlu tersakiti atas penolakannya beberapa waktu lalu. Ini juga bukan salahnya, karena rasa memang tidak bisa dipaksakan.

"Btw, Aisha mana?"

Pertanyaan itu membuat Reyes mengarahkan pandangannya ke sekeliling. Tangan kanannya menyugar rambut kepalanya yang sudah agak gondrong.

"Happy annibirthsary Tiara,"  suara itu diiringi tepukan di pundak si empu.

"Astaga naga bonar, ngagetin aja lo, Cha. Sumpah untung gue nggak ada riwayat jantung bocor," ucap Tiara latah.

Reyes juga menghela napas lega. Ternyata Aisha baru saja selesai mencuci muka dari kamar mandi.

Saat sorot mata mereka tak sengaja bertemu, Aisha segera mengalihkan pandangan.

---------------

Tiga hari setelah acara di rumah Tiara. Aisha masih menghindar dari Reyes. Buktinya, hari ini ia berhasil memaksa bertukar tempat duduk dengan siswa lain.

Menurutnya, hal yang ia lakukan beberapa waktu lalu sangatlah memalukan. Bagaimana bisa Aisha terlihat sangat menginginkan sebuah hubungan dengan Reyes. Aish, memikirkannya lagi membuat kepala semakin berasap.

Tring!

Handphone-nya berbunyi. Segera ia membuka kunci layar.

[Nanti pulang sekolah, tunggu gue di lap. voli!]

Gadis itu menoleh ke tempat duduk Reyes, ternyata cowok itu ada di sana. Berkumpul dengan teman-temannya di meja paling belakang. Aisha tidak berniat membalas pesan itu.

Hai, Mas AtletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang