tigapuluh empat

48 2 0
                                    

34

  "Dia orang yang tidak pernah ada dalam kamusku. Dia orang yang sangat jauh untuk kugapai. Pikiranku salah, ternyata dia ada di sampingku, mendukungku. Semesta sungguh penuh keajaiban," ---Aisha Valerie.
...
.
.
.

"Eh, gue baru inget!"

"Apaan?!"

"Tunggu bentar!" Aisha melepas tas dari pundak. Membuka ritsleting tas, sebelah tangan kanannya mengambil sebuah buku tulis. Lalu berjalan cepat mendekat ke arah Reyes yang sudah menaiki motor.

"Ini buku lo," ucap Aisha sembari menyodorkan buku tulis bergambar avengers.

"Ok, sekalian masukin ke tas gue!" jawab Reyes tanpa banyak tanya.

Perintah Reyes membuat Aisha mendecak kesal. Tetapi langkah kakinya bergerak menghianati otak, dan tangannya meraih tas cowok itu.

--------------

Keesokan harinya....

Jam menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Aisha sudah tampak rapi dengan setelan seragam yang sedikit kebesaran di tubuhnya. Gadis itu berjalan pelan menuju ruang makan. Di sana sudah ada ayah, dan adik perempuannya sedang menikmati sarapan. Sedang ibunya berada di dapur.

Ia mengambil kursi dekat dengan Shila, adiknya. Aisha sarapan dalam keheningan. Hanya terdengar suara sendok dan piring yang beradu.

Tiba-tiba Aryo bersuara memecah keheningan yang tercipta.
"Shila, olimpiade matematikamu kapan?" 

"Masih satu bulan lagi, Pa," jawab Shila setelah selesai mengunyah.

"Kalo butuh buku penunjang untuk olim Matematika lagi, bilang saja ya!"

Shila mengangguk.
"Baik, Pa."

Aisha merasa minder duduk dekat dengan Shila. Bisa-bisanya adiknya terlahir lebih pintar darinya. Ia ingin menyelesaikan sarapan sesegera mungkin. Lalu berangkat ke sekolah tanpa beban pikiran.

_______________

Kelas XI MIA 4 sedang jam kosong. Suasana kelas tak ubahnya dengan keramaian pasar malem. Ada yang bernyanyi, ada yang menggebuki meja sebagai pengiring lagu. Ada yang usil mengerjai tas cewek yang ada peralatan make up sekalian mencobanya. Ada yang sibuk menggosip, dan terakhir ada Aisha yang memilih tidur pulas di antara keramaian.

"Sering-seringlah jam kosong kek gini, biar seru," celetuk Ega santai.

"Seru mbahmu, jadi goblok iya," balas Reyes.

"Nah, tumben lo membela kebenaran?" Kini giliran Ega yang berkomentar.

"Ya gimana, gue itu cuma mau meluruskan kalian yang sesat," ucap Reyes membela diri.

"Anjir!"

"Eh, gaes, sini lo pada. Gue ada mainan baru, gece!"

Sontak ke tiganya menoleh ke sumber suara. Lalu mereka menyipit curiga. Ada Abyan yang berada di dekat barisan cewek-cewek cantik yang sedang bermake up ria. Di tangan Abyan memegang sebuah celak mata berwarna hitam dan bedak.

Reyes adalah orang pertama yang menghampiri Abyan dengan mulut ingin menghujat. Tetapi tertahan setelah Abyan mengucap sesuatu.

"Dandanin gue biar jadi mirip batman dong!"

Tawa tertahan di mulut Reyes. "Ngapain nggak suruh mereka aja?"

"Nggak mau, keenakan mereka dong nanti, bisa pegang-pegang muka tampan gue secara gratis," ucap Abyan dengan jumawa.

Reyes mencebikkan bibir. Tangan kanannya mengambil celak mata dari Abyan.

"Sini gece, gue dandanin!" ucap Reyes sembari menggeser kursi.

Hai, Mas AtletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang