tigapuluh sembilan

53 2 0
                                    

39

"Ini aneh. Gue berharap, lo selalu ada di sisi gue. Entah itu saat susah maupun senang. Karena satu hal yang perlu lo tau, bagaimanapun keadaannya, gue bahagia bisa ngelihat lo,"---Reyes Delvin Anderson.

.
.
.
.



"Ke kantin bareng gue, kuy?" ujar cewek itu sambil menarik sebelah tangan Aisha.

"Tumben banget, Ra. Ada apa?" sahut Aisha. Mereka berdua berjalan beriringan menyusuri koridor. Keduanya terlihat akur seperti dahulu sebelum ada kisah cinta yang membuat persahabatan mereka renggang.

Dengan seluas senyum, Tiara menjawab, "nggak sih. Kan udah lama juga kita nggak ke kantin bareng."

Aisha mengangguk canggung. Ia juga sudah lama merindukan kebersamaan ini.
"Btw, Feyla mana?"

"Dia lagi mojok di kelas sama Abyan." Tiara memutar bola mata, malas.

Jiwa ingin tahu Aisha bergejolak.
"Oh, berarti tadi itu Abyan ke kelas lo nyamperin Feyla."

"Lo gak tau, mereka udah jadian, Cha!" jawab Tiara setengah kesal.

"Aw so sweet. Sejak kapan, Ra?"

"Baru aja, tadi," jawab Tiara menghembuskan napas pelan.

Saking asyik ngobrol ngalor-ngidul. Akhirnya mereka sampai juga di kantin yang suasananya lumayan ramai. Keduanya mengarahkan pandangan ke seluruh ruangan. Mencari tempat yang nyaman.

Aisha menunjuk meja yang terlihat masih kosong. Keduanya berunding tentang makanan apa saja yang akan dipesan. Selesai, Tiara yang bergerak maju menuju penjaga kantin. Aisha berjalan cepat menuju meja yang akan mereka tempati, sebelum diserobot orang lain.

"Apakah salah jika gue ingin merasa bahagia. Memiliki cinta dari orang yang gue cintai?" ucap Tiara mellow setelah berhasil melahap setengah dari porsi mie ayam di hadapannya.

Aisha menghentikan sendoknya, menatap Tiara lamat-lamat.
"Nggak salah kok, semua orang juga pengennya gitu. Termasuk gue."

"Cha gue mau ngasih tau lo sesuatu," cetus Tiara, mengingatkannya tentang suatu hal.

"Tentang apa, Ra?" Aisha mengernyit penasaran.

Tiara mencondongkan tubuhnya ke depan, seraya berbisik, "tentang tutor lo."

Aisha kaget, matanya membelalak.
"K-kok lo tau?

Tiara mencoba tersenyum maklum. Meski ia menahan sedikit getir di dalam lubuk hatinya.
"Ya, apa sih yang nggak gue tau, haha."

"Duh, gue jadi nervous."

"Reyes sukanya sama elo, Cha!" lanjut Tiara pelan.

"Ma-maksud lo?" Aisha tidak bisa mencerna. Otaknya seperti membeku.

"Udah jangan kaget, trus lo gimana Cha?" Tiara menyeruput es teh di hadapannya.

"Maaf ya Ra. Gue nggak percaya, lo bohong kan, nggak mungkin banget gitu," ucapnya sambil mengangkat bahu.

"Kok lo bisa ngomong gitu? Dia pernah nggombalin elo kan?"

Aisha memandang ke arah mangkok mie ayam miliknya.
"Ya- ya pernah sih, tapi keknya nggak cuma gue deh yang digombalin."

"Ra, bukannya elo yang demen banget sama dia. Gue nggak mau ngerebut itu dari elo," lanjut Aisha yang merasa bersalah.

Tiara mengambil napas pelan, lalu tersenyum tipis.
"Everything has changed, Cha. Bukan dia lagi yang gue inginkan."

Keduanya terdiam, kembali fokus menghabiskan sisa makanannya. Tak ada pembicaraan penting lagi setelah keduanya berhasil menyelesaikan santapan. Hanya sekedar basa-basi sebelum akhirnya meninggalkan tempat.

Hai, Mas AtletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang