28. Keluaraga Xaverius

25.8K 1K 2
                                    

Risa menyuruh Rion untuk mengantar Rea pulang. Tentu saja Rion tidak bisa menolaknya, karena sekarang Rea adalah calon istrinya.

Selama perjalanan tidak ada yang mau membuka suara baik Rion maupun Rea. Rea sadar kalau dari tadi Rion menunggu pertanyaan darinya, namun ia tak kunjung membuka suaranya. Dia hanya malas bertengkar lagi dengan Rion.

"Saya mau buat kesepakatan sama kamu. Nanti saat kita sampai di rumahmu." ujarnya. Rea hanya diam dan tetap memandang ke luar kaca

Mobil Rion memasuki pekarangan rumah Rea. Tanpa berlama-lama Rea langsung turun dari mobil yang diikuti oleh Rion di belakang.

"Sebentar." ucap Rea. Ia pergi ke dapur untuk membuatkan Rion minum. Hal ini dilakukannya karena ini merupakan kebiasaanya kepada setiap orang yang bertamu ke rumahnya, siapapun itu.

Rea kembali dengan nampan yang membawa secangkir teh. "Maaf menunggu." ucap Rea pelan. Berusaha bersikap biasa saja. Walaupun sebenarnya Rea sedang menahan amarahnya karena Rion berlaku sesukanya mengenai perjodohan tadi.

"Saya langsung ke intinya saja. Ini kesepakatan pernikahan kita," ucap Rion sambil menyerahkan selembar kertas

"Saya nggak mau terima perjodohannya." tegas Rea setelah membacanya

"Kamu tau kan kenapa saya mau menerima perjodohan ini, jadi jangan mengira kalau saya yang mau menikah sama kamu!" balas Rion.

Sebentar Rion menghela napasnya sebelum melanjutkan ucapannya "Saya akan mencari tahu pembunuh orang tua kamu, asalkan.. kamu mau menerima perjodohan ini."

Rea mengubah tatapannya ke arah pria itu. "Saya tetap nggak mau." ucap Rea yang sedang menahan air matanya agar tidak terjatuh ketika menyangkut kedua orang tuanya.

"Jangan munafik Rea, saya tau kamu sudah lama mencari pembunuh itu. Saya sudah mendapatkan sebagian teka-tekinya, tinggal tunggu keputusanmu saja. Bagaimana?! Mau atau tidak??" tawar Rion

Rean memang sangat ingin mengetahui siapa dalang dari kecelakaan kedua orang tuanya. Namun dengan tawaran pernikahan, sepertinya tidak mudah baginya untuk menerima.

"Diam berarti setuju." cetus Rion tanpa menunggu jawaban Rea dan langsung pergi begitu saja.

Rea mengalah. Ia harus menyampingkan egonya karena ia memang sangat ingin mengetahuinya. Lagian Rea tahu jika ia menolak pun, Rion tetap akan memaksanya. Dia pasti akan mencari segala cara untuk mendapatkan keinginannya.

Rea juga tidak bodoh. Dia tahu kenapa Rion mendadak mau menerima perjodohannya. Yang pasti bukan hanya untuk membahagiakan mamanya, tetapi juga mengambil sesuatu darinya.

Ia mengunci pintu rumahnya. Rea sekarang tinggal sendiri. Bi Suti sudah lama berhenti bekerja di rumahnya. Rea kasihan melihat Bi Suti yang sudah tua tapi masih saja bekerja, akhirnya ia membolehkan Bi Suti pulang.

••••••••••••

Satu minggu setelahnya, Tante Risa mengundang Rea untuk berkumpul dengan keluarga besar Rion, yaitu Keluarga Xaverius.

"Rea sini Nak" panggil Risa saat Rea masuk ke rumah.

Rea melihat Tante Risa bersama seseorang yang sangat mirip dengannya. "Ini calon menantu aku namanya Reanka. Rea, ini istrinya Om Henry saudaranya om Alex, namanya Tante Amel." tunjuk Risa

Amel merupakan istrinya Henry. Henry merupakan adiknya Alexander Xaverius (papanya Rion). Anak Henry dan Amel yaitu Hensa dan abangnya Haris.

"Cantik banget kamu." puji Amel yang sungguh-sungguh berkata jujur. Kakak iparnya sangatlah beruntung mendapat menantu seperti Reanka.

Rea terus tersenyum selama berbincang dengan Risa dan Amel. Hal itu pun tak luput dari pandangan Rion. Ia memuji kepiawaian perempuan itu dalam bersandiwara.

"Woii.. Rion" panggil Hensa

"Apa Hen??" Balasnya

"Aku curiga sama kamu.." selidik Hensa menatap Rion curiga

Rion yang ditatap seperti itu pun langsung protes "Curiga kenapa sih Hen?"

"Jangan-jangan.. kamu kasih si Reanka guna-guna ya?? makanya dia mau sama kamu." tuduhnya asal "Soalnya mana ada cewek yang tahan sama sifat aroganmu itu. Hahahhah.." kekeh Hensa dan langsung ditatap tajam oleh Rion.

Hensa yang ditatap tajam pun langsunfg meminta ampun "Canda Yon, baperan banget sih." jelas Hensa. Tapi jika dipikir-pikir lagi ia ada benarnya juga.

"Awas aja kamu Hensa." ancam Rion

"Iya...iya ampun deh.." ucap Hensa yang sesekali masih terkekeh. Mumpung istrinya tidak ikut, dia bisa mengusili Rion tanpa harus ditegur istrinya karena sifat jahilnya.

Rion kembali memandang ke arah mamanya, namun dia tidak mendapati Reanka. Ia akan melihat ke sekeliling rumahnya mencari perempuan itu.

Gak beberapa lama Rion menemukannya. Ternyata dia ada di taman belakang.

"Mereka setuju.." samar-samar Rion dapat memdengar percakapan wanita itu. "Yaudah terima kasih Gavin." kalimat terakhir yang ia dengar.

Gavin?? Siapa Gavin. Segera ia singkirkan pikiran itu. Untuk apa ia pedulikan.

•••••••••••

Rea ingin kembali ke dalam menemui Tante Risa tetapi Rion menghalangi jalannya "Permisi... saya mau lewat." tegurnya dingin.

Rion menatap ke arahnya dan berbisik "Ganti panggilanmu itu padaku. Jika mama dengar, dia bakalan curiga."

Setelah mengatakan itu Rion belum juga bergerak dan masih menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa Rea artikan.

"Mama cariin dari tadi ternyata kalian berdua ada di sini. Ayo.. semua udah pada tunggu kalian di dalam." Rea lega, untung saja Tante Risa datang. Mereka pun mengikuti Risa ke dalam.

Keluarga Xaverius menyambut Rea dengan hangat. Mereka juga membahas tanggal yang tepat untuk mengadakan pernikahan Rion dan Rea.

"Pernikahan kalian berdua akan diadakan dua minggu lagi." putus Alexander setelah selesai membahasnya "Kalian berdua setuju kan??" tanyanya

"Setuju Om"

"Setuju Pa." jawab mereka serentak. Hal itu membuat semua orang senang, apalagi Risa.

Terdengar seseorang memasuki rumah. Pria itu menghampiri tante Amel. "Ma.." panggilnya

"Haris..." sapa Amel. "Kamu udah datang? Kenalin.. ini calon istrinya Rion, namanya Reanka"

Haris mengulurkan tangannya ke Rea "Haris" ucapnya memperkenalkan diri

Rea membalas jabatan tangannya "Reanka" balasnya.

Rion mengamati mereka berdua, ia sadar jika dari tadi Haris terus memandang ke arah Reanka. Entah mengapa dia merasa tidak suka.

Dia yang tadinya duduk di sebelah mamanya, pindah ke sebelah Reanka. Haris yang melihat itu langsung memberikan tatapan tidak suka padanya.

Rion menyeringai kecil. Dia sadar kalau Haris menatap Reanka dengan cara yang berbeda, makanya ia segera memberikannya peringatan seakan-akan menunjukkan kalau perempuan ini miliknya.

Sejak dulu Rion dan Haris tidak akur. Berbeda jika dengan Hensa. Mereka berdua mulai bertengkar saat Haris merebut mainan miliknya saat masih kecil. Sebab itu Rion tidak mau lagi berdekatan dengan Haris, begitu juga dengan Haris.

Padahal hanya karena masalah sepele seperti itu, namun Rion dan Haris tetap tidak mau berbaikan sampai mereka dewasa.

"Sayang.. kamu mau pulang sekarang??" tanya Rion tiba-tiba

Rea tidak terkejut, ia mengerti kalau Rion sedang memainkan perannya. Kemudian ia mengangguk pelan. "Aku pamit dulu sama Om dan Tante"

Rion semakin melebarkan seringainya seraya menatap Haris.

_____________________
_____________
Tbc....

Tunggu kelanjutannya ya:)

Hostium (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang