Kenan terbangun lalu menoleh ke sampingnya. Dia memperhatikan wajah Rea cukup lama. Satu hal yang disadarinya yaitu bahwa Rea lumayan manis. Namun memang, warna pucat di wajahnya sangat kelihatan. Sepertinya dia kurang istirahat.
Kenan sempat merasa iba melihatnya. Tapi buru-buru dia tepis dari pikirannya. Mikir apaan sih gue. ucapnya dalam batin sambil menggelengkan kepalanya.
Rea terbangun dan hal pertama yang dilihatnya adalah orang aneh di sebelahnya.
"Apa lo lihat-lihat" ketus Kenan tiba-tiba
Rea malas menanggapinya toh dia tidak melakukan kesalahan apa-apa. Dia berdiri, berjalan keluar dari bus.
Kebetulan mereka sudah sampai, maka dari itu, Rea langsung buru-buru turun, soalnya dia tidak nyaman lama-lama berada di dekat cowok itu.
Semua orang pada sibuk mengambil barang-barang mereka yang ada di bagasi bus. Sebagiannya lagi asik mengobrol dengan teman-temannya.
Sedangkan Rea langsung menuju ke tempat dimana para guru-guru mereka sedang menunggu.
Rea memang tidak memiliki teman ataupun sahabat sedikitpun. Tapi dia merasa biasa saja dan tidak masalah dengan itu. Dia sudah sangat terbiasa sendiri dan itu pun juga kemaunnya.
Mengenai Rion, Rea tidak menganggapnya sebagai teman. Mungkin Rion sendiri juga menganggapnya seperti itu. Karena terlihat sangat jelas dari perlakuan dan tatapan Rion padanya.
Pada akhirnya Rion akan menjauhinya saat dia sudah mendapatkan apa yang dia mau. Oleh karena itu, Rea sama sekali tidak menganggap Rion.
Rea berjalan mengikuti petunjuk yang ada untuk ke lapangan. Banyak siswi yang mengeluh dalam perjalanan, tetapi Rea sama sekali tidak mengeluh. Dia berjalan sendiri dibarisan paling depan.
Salah satu siswa yang mengeluh adalah...
"Kak aku capek banget" adu Irene kepada Rion
Rion menghentikannya langkahnya dan jongkok dihadapan Irene. "Naik ke punggung aku." pinta Rion. Irene langsung naik ke punggung Rion sambil tersipu malu.
••••••••
Tiba-tiba seseorang menepuk Rea "Lo kalau jalan cepat banget ya." ucap orang yang menepuknya tadi dan orang itu adalah Rion.
Rea hanya diam saja seperti yang biasa dia lakukan, malas menanggapi perkataan-perkataan orang yang menurutnya tidak penting.
Mereka langsung berbaris di lapangan yang berada di tengah hutan. Guru-guru mengabsen semua murid, memastikan semua sudah berada di lapangan.
"Baik, semua siswa sudah ada dilapangan ini. Kalau begitu kalian akan dibagikan menjadi sepuluh kelompok. Kalian dapat memilih anggota kelompok dan masing masing kelompok akan memilih satu ketua." terang Pak Joko
"Dan satu lagi, di satu kelompok terdapat enam orang tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih" imbuh Pak Joko
"Silahkan tentukan anggota kalian sekarang." ucap Bu Dian. Semua orang langsung mencari tim mereka masing-masing.
Rion telah mendapat lima anggota. Dia membutuhkan satu orang lagi. Rion melihat sekitarnya untuk mencari orang-orang yang belum mendapatkan kelompok. Pandangannya jatuh pada Rea yang bukannya mencari kelompok tetapi malah menyendiri di sana.
"REAAA" seru Rion sambil berlari ke arah Rea.
Rea yang mendengar namanya dipanggil pun melihat ke arah suara tersebut.
"Kelompok gue kurang satu orang lagi, lo ma-" Belum sempat Rion menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba saja seseorang menghampirinya.
"Kak... aku nggak dapat kelompok, aku boleh nggak masuk ke kelompok kakak?" tanya Irene
"Mmm..." Rion menggaruk-garuk tengkuk kepalanya yang tidak gatal. Masalahnya dia sudah memanggil Rea. Tapi bodoamat, Rea kan bukan siapa-siapanya, intinya sekarang dia diberi kesempatan untuk bisa dekat dengan Irene, kenapa dia sia-siakan. Lagian dia merasakan perasaan aneh jika lama-lama berada didekat Rea.
"Yaudah kamu boleh masuk ke kelompok kakak" ucap Rion
"Lo.. mendingan cari kelompok yang lain aja ya Re... Masih banyak kok. Udah sana...sana" cetus Rion
Rea hanya menganggukkan kepalanya. Sebenarnya tadi dia mau menerima ajakan Rion karena dia tahu, tidak ada lagi kelompok yang kosong dan mau menerimanya.
Tidak apa-apa, dia sudah biasa disingkirkan dan diasingkan dari orang lain. Jadi tindakan pengusiran Rion tidak menyakiti hatinya sedikitpun.
"Permisi pak, saya sudah mencari kelompok, tapi saya tidak menemukan kelompok yang kosong lagi Pak." ucap Rea pada Pak Joko
"Bagaimana bisa ?" tanya Pak Joko bingung
"Semua muridnya berjumlah enam puluh satu Pak, tetapi dalam satu kelompok terdapat enam orang" jelas Rea
Pak Joko berdiskusi dengan guru-guru yang lain tentang Rea yang tidak mendapatkan kelompok.
"Saya akan memberikan kamu dua pilihan. Pilihan pertama kamu akan menetap disini saja, pilihan kedua, kamu mau menjalankan tugas tanpa kelompok." ucap Pak Joko. Akhirnya mereka memutuskan untuk membolehkan Rea sendiri tanpa adanya kelompok.
"Jika kamu masuk ke salah satu kelompok, kelompok lain pasti protes karena ada kelompok yang mendapatkan lebih dari enam orang." jelas Pak Joko
"Kalau begitu saya akan menjalankan tugas saya sendiri Pak." jawab Rea menerima tawaran dari Pak Joko.
"Baik, kamu boleh mulai membangun tenda kamu sendiri."
"Baik Pak"
Rea mulai merakit tendanya sendiri. Keuntungan untuk Rea yang hanya sendiri adalah dia tidak perlu mendengar rengekan dari siswi lain dan dia juga tidak perlu berbagi tenda bersama orang lain.
Rea lebih dulu siap dari kelompok kelompok lain, walaupun dia hanya sendiri.
Hari pun semakin larut, semua siswa harus segera tidur karena besoknya mereka mulai melakukan tugas-tugas.
••••••••••••••
Tbc.....

KAMU SEDANG MEMBACA
Hostium (END)
General FictionReanka adalah gadis pendiam dengan sejuta rahasia, yang hidup di keluarga broken home. Di sekolahnya ia sering ditindas oleh Darion Xaverius. Reanka tidak mengetahui alasan mengapa pria itu sangat membecinya. Bertahun-tahun ia menjauh, namun hal it...