Di pagi harinya, para siswa bersiap-siap untuk ke lapangan."Semalam kita telah menentukan kelompok, hari ini kalian akan melakukan observasi hutan ini. Masing-masing ketua harus memegang tanggung jawab untuk timnya" terang Pak Joko "Dimulai dari kelompok satu."
Semua kelompok telah menghilang dari pandangan Rea. Sebelum dia melangkahkan kakinya, "Reanka apa kamu yakin?" tanya Bu Dian
"Saya yakin Bu." jawab Rea. Dia tidak mau hanya berdiam diri dan dia juga tidak mau hanya bersama guru-guru selama camping ini berlangsung, pasti akan sangat canggung nantinya, apalagi dia orang yang pendiam.
"Permisi Bu" ucap Rea sebelum dia memulai perjalannya.
Sedangkan di kelompok Rion, mereka sedikit tertinggal dari kelompok lain karena kelompok mereka adalah kelompok yang terakhir kali jalan.
"Rion berhenti dulu." sahut Daniel, teman sekelompok Rion, dia menyuruh mereka untuk berhenti di persimpangan.
Rion menaikkan salah satu alisnya heran. Mengapa Daniel ingin berhenti, padahal mereka lagi mencoba untuk mengejar kelompok yang lain.
"Gimana kalo kita ubah tanda-tandanya, kan si cupu sendiri tuh, kalo dia tersesat kan lucu, gimana?" ucap Daniel
Mereka saling berdiskusi, meminta pendapat pada teman-teman yang lain.
"Aku setuju" saut Irene, semua orang pun memandang ke Irene
"Kenapa lo setuju Ren? " tanya Satya
"Dia kan kakak kelas yang sombong. Aku nggak suka banget lihat dia, jadi sekali-kali harus diberi pelajaran." jelas Irene sambil tersenyum sinis.
"Gue setuju"
"Gue juga"
"Yaudah cepat buruan, nanti si cupu datang"
Semua anggota setuju dengan rencana yang Daniel buat.
"Tunggu..." sahut Rion tiba-tiba. Ngapain juga repot-repot pikirin si cupu. Batin Rion
"Gak jadi deh" lagi-lagi Rion plin-plan dengan pilihannya sendiri.
Semua anggota setuju, mereka langsung mengganti arah panah di persimpangan itu menjadi arah yang salah.
"Ayo jalan lagi, keburu si cupu datang." ucap Daniel
●●●●●●●●
Setelah berjalan beberapa menit, Rea menemukan persimpangan. Dia melihat arah panahnya menuju ke jalan di sebelah utara tapi perasaanya lebih memilih jalan di sebelah barat.
Rea berpikir sejenak untuk memastikan. Mendingan ikutin arahnya aja deh, takutnya aku kesasar lagi. Batinnya
Setelah sekian lama berjalan, dia tidak menemukan tanda panah lagi. Dari tadi Rea sudah menyingkirkan pikiran negatifnya bahwa dia tersesat, tapi tetap saja, dia tidak menemukan tanda-tanda yang lain lagi. Ini sudah positif kalau Rea sekarang sudah tersesat.
Hal buruknya adalah hari sudah menjelang malam dan dia tersesat.
●●●●●●●●
Malam pun tiba, dia merasakan udara malam semakin menusuk kulitnya. Rea hanya membawa senter, ponselnya serta botol minum saja, karena dia tidak mengira ini akan terjadi.
Saat berjalan, kakinya tidak sengaja tergesek dengan ranting yang sangat tajam hingga membuat luka yang cukup dalam pada kakinya.
"Aww..." Dia terjatuh dan mencoba duduk bersandar di batang pohon.
Sreek...sreek
Matanya langsung melihat ke arah suara itu berasal yaitu ke arah semak-semak.
Satu airmata lolos mengalir di pipinya akibat luka yang semakin lama semakin perih, dan penglihatannya pun lama-lama semakin buram dan menggelap.
●●●●●●●●
Semua tim sudah kembali di lapangan dimana mereka berangkat tadi. "Baik, semua tim sudah kembali, kalian boleh istirahat selama tiga puluh menit. Setelah itu, kalian berkumpul kembali di lapangan. Jelas??" ucap Pak Joko
"Jelas Pak" seru semua murid. Tanpa mereka sadari kalau ada satu siswa lagi yang belum juga kembali. Anggota kelompok Rion juga lupa akan perbuatan yang mereka lakukan tadi.
Tiga puluh menit berlalu. Semua murid sudah duduk melingkari api unggun.
Mereka semua asik bermain games, bercerita, setelah itu bernyanyi lalu diakhiri dengan doa. Semua murid balik ke tenda mereka masing-masingSaat berjalan menuju tenda, Rion teringat si cupu Reanka. Pikirannya bertanya-tanya dimana orang itu berada.
"Bodohhh" seru Rion tiba-tiba, hingga murid-murid menatapnya seakan-akan Rion aneh. Dia baru ingat kalau tadi kelompoknya sengaja mengubah arah jalan agar Rea tersesat.
Apa gue cari aja? Enggak usah. Ngapain juga gue khawatir. Ehh... tapi kalau dia mati terus gue... batin Rion berpikir panjang mencari keputusan yang tepat.
"Gue cari aja" putusnya
Rion mengambil jaket, senter dan handphonenya. Agar tidak ketahuan keluar malam-malam. Dia berjalan sambil mengendap-ngendap. Lalu ia menuju ke tempat yang mereka jalani tadi pagi.
Di persimpangan, Rion mengikuti arah panah yang salah tadi. Dari situ dia mulai memanggil nama Rea
"Reanka"
"Re...."
"Wooii dimana lo"
"Cupu"
Sudah hampir satu jam Rion mencari Rea, tapi dia belum kunjung menemukannya. Namun ketika melihat pohon yang ada di depannya, Rion merasa sepertinya ada seseorang di situ. "Itu siapa?" Gumamnya.
Rion mendekati pohon itu, berjalan memutari pohon agar dapat melihat wajah orang itu dan ternyata itu adalah Reanka. Dilihatnya luka yang cukup parah di kaki Rea. Rion sigap melingkarkan tangannya ke leher Rea dan kedua kakinya, siap untuk menggendong Rea.
"Lo kenapa bikin repot gue aja sih.." bisiknya pada Rea dan masih menyalahkan gadis itu yang jelas-jelas kelompoknyalah yang membuat Rea tersesat.
●●●●●●●
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
Hostium (END)
General FictionReanka adalah gadis pendiam dengan sejuta rahasia, yang hidup di keluarga broken home. Di sekolahnya ia sering ditindas oleh Darion Xaverius. Reanka tidak mengetahui alasan mengapa pria itu sangat membecinya. Bertahun-tahun ia menjauh, namun hal it...