20. Not a Suicide

28.3K 1.3K 1
                                    

Rea mulai bersekolah hari ini. Sudah empat hari dia tidak bersekolah. Setelah tujuh jam dia di sekolah dia bersiap untuk pulang ke rumah.

"Rea.." teriak Maria yang menyambut Rean dari jauh, dia berlari mendekatinya "Kamu udah sembuh" ucapnya sambil mengecek kondisi Rea.

"Udah"

"Ada yang mau aku ceritain ke kamu." Ucap Maria dan menarik tangan Rea menuju ke taman.

Maria mendengus sebelum berbicara. "Aku bingung mulai dari mana. Jadi dua hari yang lalu, Darion nembak Irene..."

Rea mengerutkan dahinya bingung dengan ucapan Maria yang menurutnya tidak ada hubungannya dengannya.

"Aku tau ini nggak ada hubungannya sama kamu, tapi waktu Irene bilang iya ke Darion tiba-tiba murid lain datang. Namanya itu... Kenan. Dia bilang kalau kamu itu pingsan karena Darion yang pukul kamu, apa itu betul ?"

Rea menghela napas sejenak." Itu.. tiba-tiba seseorang menariknya secara kasar, membawa paksa Rea.

"Darion lepasin Rea" teriak Maria dari jauh karena Rion berjalan sangat cepat. Ingin membantu tetapi apalah dayanya, tenaganya tidak lebih kuat untuk menarik Rea.

"Maafin aku Rea" gumam Maria dengan cucuran air mata di pipinya. Dia tidak berani melawan Darion yang memiliki kekuasaan. Keluarga Maria bukanlah keluarga yang kaya raya. Ayahnya seorang pegawai negeri sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga aja.

Rion membawa Rea ke kolam renang sekolah. Dari tadi Rean sudah berusaha melepas tangannya dari genggaman Rion tetapi tidak berhasil akibat cengkraman Rion yang sangat kuat.

"Kamu..." Rea berusha melepaskan cengkraman tangan Rion "Mau kamu apa?!?" tanya Rea

Rion tersenyum kecil sebelum menjawab "Gue udah jawab pertanyaan lo itu berkali-kali. Jadi gue nggak perlu jawab lagi. Lo tau, fasilitas gue disita sama nyokap gue dan gue hampir aja dipermalukan di depan semua orang dan itu KARENA LO!!" Rion membentak sambil menatapnya tajam.

"Gue udah kasih lo waktu untuk minta maaf dan berlutut di kaki gue, tapi sekarang kesempatan itu udah habis, gue udah muak liat muka lo!" Lalu Rion mengikat tangan Rea secara paksa.

Rea sudah mencoba untuk menghindar, namun kekuatan Rion jauh lebih besar "Kamu gila.." ucap Rea pelan dengan tatapan kosong ke depan

Ketika Rion ingin menutup mata Rea dengan sebuah kain sempat terhenti karena mendengar ucapan gadis itu, sikapnya masih santai, beda dengan orang lain yang biasa dirundungnya sudah teriak minta ampun dan menangis.

Rion membawa Rea secara paksa ke tepi kolam. Rea tidak bisa melakukan apa-apa lagi kedua tangan dan kakinya diikat, serta pandangannya ditutup.

"Sebentar lagi lo bakal mati. Gue kasih satu menit buat lo ngomong kata-kata terakhir lo" bisiknya di belakang telinga Rea

"Aku.. be..nci.. kamu Da..rion??" ucap Rea pelan

Rion tersenyum sinis mendengarnya "Selamat tinggal sia***n" Rion mendorong Rea tanpa rasa iba sedikitpun.

Setelah itu Rion langsung keluar dari ruangan. Bersikap seolah-olah tidak terjadi apa apa. Ketika ingin menaiki mobilnya dia kembali melihat kearah sekolah. Entah mengapa terbesit rasa sedih di hatinya seperti rasa kehilangan, mungkin itu karena dia sudah lama tidak berjumpa dengan kekasihnya.

Rion pulang ke rumah terlebih dahulu sebelum dia pergi berkencan dengan Irene.

"Rion pulang Ma" saut Rion

"Ada apa Nak..?" ucap Risa yang sadar anaknya sedang ada masalah, terlihat jelas dari wajahnya yang sedih.

"Rion nggak kenapa-kenapa Ma" jelas Rion

"Mama tau kamu pasti lagi ada masalah.. kamu bilang ke mama mungkin mama bisa bantu, tapi kalau tentang fasilitas kamu, mama nggak bisa bantu"

"Iya Ma.. Rion tau, tapi Rion gakpapa sekarang"

"Yaudah kalau gitu kamu ganti baju, habis itu pakai baju yang rapi soalnya bentar lagi kita mau ke bandara jemput papa"

"Bentar lagi Ma...?" Dia tidak dapat pergi berdua dengan Irene kalau dia ikut menjemput papanya.

"Cepetan.."

"Tapi Ma ri--"

"Nggak ada tapi-tapian, buruan"

•••••••••••••••••••••
Tbc.....

Terimakasih sudah membaca!

Hostium (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang