38. Pengakuan

29.2K 1.2K 3
                                    

Rion turun ke bawah, ia langsung menyapa om dan tantenya begitu juga Hensa serta keluarganya.

Ia beralih menatap Rea yang masih sibuk membantu Bi Inah menyiapkan hidangan yang lain.

"Astaga Rea ini banyak banget makanannya Nak. Tante jadi gak enak. Mana tante gak bawa apa-apa lagi. Maaf ya ngerepotin kalian"

"Gakpapa tante, gak ngerepotin sama sekali. Justru Rea malah senang bisa masak untuk kalian" tutur Rea

"Makasih banyak ya Re" ucap Amel

"Sini Kak Re aku bantuin." ucap Olivia

Mereka bertiga sibuk berbincang. Untung Rea tampak baik-baik saja. Rion tidak langsung menyapa mereka bertiga, namun dia terlebih dahulu menghampiri om Henry.

"Apa kabar om?" sapa Rion tiba-tiba

"Ehh.. Rion. Dari tadi kamu om cariin gak kelihatan-kelihatan." ucap Henry sambil menepuk Bahu Rion pelan.

"Hai Yon" diikuti sapaan Hensa yang juga duduk di sebelah papanya.

"Rion baik om. Kalau om sama kamu Hen, baik kan?"

"Baik banget dong" jawab mereka berdua bersamaan.

"Om lihat-lihat setelah menikah wajah kamu jadi tambah cerah aja"

"Waduh.. om bisa aja" ucap Rion sambil terkekeh kecil

"Ya iyalah Pa, siapa sih yang wajahnya gak cerah kalau udah punya istri, ya kan Yon??" celoteh Hensa sambil tersenyum mengejek

Hal itu membuat Hensa mendapat pelototan dari Rion. 

Hensa terkekeh kecil "Bercanda Yon. Kamu sensi banget."

"Hen.. udah tua masih aja jahil." tegur Henry

Rion tersenyum kemenangan. Keputusan Hensa untuk mengejeknya di depan Om Henry adalah sebuah kesalahan besar.

"Hensa cuman bercanda Pa" ucap Hensa dengan wajah memelas.

Rion melihat ke sekeliling dan mendapati hal yang membuatnya sangat kesal. "Bentar ya om" ucap Rion sebelum berdiri

Orang itu adalah Haris. Dia tampak berbincang dengan istrinya. Rion kira si pengganggu ini tidak datang.

Sebelum membuka suara, Rion membersihkan tenggorokannya yang tidak gatal

"Rea kamu dipanggil Tante Amel" ucap Haris

"Oh iya kalau gitu aku ke sana dulu ya" ucap Rea kepada Haris sebelum pergi.

Rion makin bertambah kesal karena Rea bersikap ramah padanya. Giliran dengannya, Rea pasti selalu bersikap dingin.

"Bukannya sudah aku bilang untuk jangan tidak dekat-dekat dengan istriku." ucap Rion dengan wajah dinginnya

Haris tertawa pelan "Istri?? Bukannya kalian menikah karena terpaksa ya?"

Rion semakin geram. Ingin rasanya ia menghantam wajah di depannya ini hingga babak belur.

"Terpaksa kamu bilang?!? Memang ya sifat sok tahumu itu tidak pernah hilang." ucap Rion sinis

"Dengar baik-baik, jauhi istriku. Jika tidak, kau akan tahu akibatnya Haris." Setelah mengucapkan itu Rion langsung pergi.

Sedangkan Haris, ia tersenyum lebar mendengarnya. Rencananya dengan Tante Risa berhasil.

Flashback on

Ponselnya berdering. Ia melihat ke layar dan ternyata Tante Risalah yang meneleponnya.

"Halo Tan"

"Halo Haris. Mmm.... begini tante boleh minta tolong gak sama kamu Nak"

"Minta tolong apa Tan??" tanya Haris

"Kamu bisa bantu menyakinkan Rion untuk terus bersama dengan Reanka.

"Reanka?? Itu siapa Tan"

"Reanka itu calon istrinya Rion, tapi ya tante yang jodohin Rion dengan Rea. Kamu tahu kan sifat Rion kaya apa. Susah dibilangin. Satu-satunya cara ya seperti ini."

"Siap Tan. Haris bakal bantuin"

"Maafin tante ya Nak harus melibatkan kamu. Tapi nanti tante janji bakal bilang semua ini ke Rion dan suruh dia minta maaf ke kamu"

Haris terkekeh kecil "Nggak usah Tan, Haris memang benar-benar mau bantuin kok"

"Halo Nak, jangan tutup dulu teleponnya, mama kamu mau ngomong"

"Halo. Haris.. kamu harus datang ya. Kalau kamu gak datang, kaya mana kamu bantuin Rion" oceh Amel

"Iya Ma Haris bakalan datang"

Flasback off

Semua ini merupakan rencananya. Memang awalnya ia sempat terpikat dengan Rea saat pertama kali melihatnya. Tapi yang benar saja, dia tidak mau dibenci oleh satu keluarga karena merebut istri saudaranya sendiri. Haris tidak akan senaif itu.

••••••••••••••

Makan malam kali ini menyenangkan. Namun sayangnya tidak ada kedua mertuanya di sini.

Semua orang sudah pulang. Dia dan Bi Inah juga sudah selesai membersihkan beberapa tempat yang kotor.

Setelah itu Rea naik ke atas, lalu membersihkan dirinya.

Tampak Rion yang sudah berbaring di tempat tidur dengan posisi membelakanginya.

Dengan perlahan Rea naik ke tempat tidur agar Rion tidak terusik. Sebelum berbaring, Rea membenarkan letak selimut Rion. Lalu ia ikut masuk ke dalam selimut.

Rea juga tidur dengan posisi membelakangi Rion. Hampir saja Rea tertidur, namun Rion tiba-tiba memanggilnya "Re.." panggil Rion dengan suara beratnya.


Rion melingkarkan tangannya pada perut Rea dan memeluknya dengan erat.

"Kamu masih membenciku?" tanya Rion dengan nada pelan

"Nggak" jawab Rea

"Kalau gitu tatap aku sekarang" ucap Rion

Namun Rea tidak mendengarkan permintaan Rion.

"Ku..mohon"

Rea terkejut karena suara Rion diikuti dengan nada sendu. Ia jadi tidak tega, Rea pun membalikkan posisinya menghadap Rion.

Pandangan mereka langsung bertemu. Rion langsung menarik Rea ke dalan pelukannya lagi dan mengusap surai rambut istrinya.

Rion menyatukan kening mereka. "Kumohon maafkan semua perilaku burukku. Berikan aku kesempatan untuk selalu berada di sisimu."

"Pers*t*n dengan semua perjanjian itu. Aku mencintaimu Re,"

Deg..

"Kumohon jangan tinggalkan aku"

Rea menundukkan kepalanya. "Maaf Rion berikan aku waktu."

________________
__________
Tbc....


Hostium (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang