Ketika Rea turun ke bawah dia tidak melihat kedua orang tuanya. Rumah itu sangat sepi dan sangat hening."Bi ayah sama bunda udah berangkat?" tanya Rea kepada Bi Suti
"Udah Non, mereka berangkat tadi subuh." jawab Bi Suti
"Oh yaudah kalau gitu Rea pamit dulu ya Bi."
Bi Suti menatap Rea cemas. Dia merasa kasihan melihat nonanya yang tidak diperdulikan oleh orang tuanya dan dia juga merasa prihatin pada sikap Rea yang terlewat dingin dan pendiam. Hal itu membuatnya susah untuk bersosialisasi hingga tidak memiliki teman sama sekali.
Hari ini Rea membawa mobil sendiri, karena supirnya lagi sakit. Butuh beberapa menit untuk sampai ke sekolah, tapi jika jalanan sedang macet, dia bisa saja terjebak hingga berjam-jam. Untung saja jalanan lagi sepi dan tidak ada hadangan.
Sesampainya disana, dia memarkirkan mobilnya parkiran toko sekitar sekolahnya. Entah kenapa dia lebih suka memarkirkan mobilnya jauh dari sekolah. Padahal sekolahnya memiliki parkiran yang sangat luas.
Rea menganggap akan lebih baik jika tidak ada orang yang tahu kalau dia berkecukupan.
Dia memasuki sekolah dan berjalan sambil menunduk. Dia tidak mau bertemu dengan Theresia dkk jadi dia mempercepat langkahnya.
Di kelas, Rea langsung duduk di bangkunya dan memasangkan earpodsnya sambil membaca buku novel bergenre action kesukaanya.
Kring....
Kring.......
Bunyi bel terdengar, guru pun sudah memasuki kelas. "Baik mari kita melanjutkan materi kita yang selanjut-"
Tokkk...tokkk
"Masuk"
"Permisi Bu saya mau panggil Reanka. Reanka kamu dipanggil kepala sekolah" ucap Pak Joko
"Reanka silahkan ikut Pak Joko"ucap Bu Ria, guru yang sedang mengajar di kelasnya.
Sampai di ruang kepala sekolah
"Mari duduk Reanka" sambut Bu Tesa saat dia masuk ke ruangan kepala sekolah.
"Ada apa ya Bu manggil saya?" tanya Rea dengan sopan
"Saya mau minta tolong sama kamu." jawab Bu Tesa
"Kamu tahu kan Darion anak kelas XII IPA 3. Jadi... dia sangat membutuhkan bimbingan belajar dari kamu. Semua nilai-nilainya sangat hancur. Ibu tahu kamu murid yang pintar, jadi ibu mempercayakan kamu untuk bantu dia." jelas Bu Tesa
"Tapi Bu... kenapa dia tidak diajarkan oleh seorang guru saja langsung?" tanya Rea
"Itu karena orang tuanya menyarankan murid yang membantunya untuk belajar. Mereka bilang Darion akan lebih cepat mengerti dengan sesama murid. Jadi bagaimana kamu mau apa tidak? Hanya empat bulan saja." ucap Bu Tesa dengan raut wajah memohon.
Rea berpikir sejenak. Dia bingung antara menerima atau menolaknya. Pertama dia tidak enak jika menolak Bu Tesa. Kedua, dia tidak tau Darion itu siapa. Namun ketika melihat raut wajah Bu Tesa yang memohon, sebagian hatinya jadi ingin menerima.
"Sa..ya mau bantu dia Bu" ucap Rea
Bu Tesa tersenyum lebar "Terima kasih Rea, saya yakin kamu bisa membantu Darion."
"Kalau begitu saya panggilkan saja orangnya langsung." ucap Bu Tesa kemudian menyuruh guru lain untuk memanggil Darion.
Tokk...
Tokkk...
"Silahkan masuk." seru Bu Tesa
"Ada apa ibu manggil saya. Perasaan hari ini saya gak ada buat salah sama sekali." celetuk Rion yang baru saja masuk
"Bisa gak kamu duduk dulu. Setelah kamu duduk baru saya bicara." ucap Bu Tesa mengintimidasi.
Rion langsung duduk. Dia melihat ke samping untuk melihat siapa di sebelahnya.
Dan ternyata dia adalah orang yang pernah menabraknya. Hal ini membuatnya jijik berlama-lama dekat dengan gadis rendahan ini.
"Mulai minggu depan kamu akan belajar di rumah dengan Reanka." tutur Bu Tesa pada Rion
"Kenapa ha-"
"Enggak ada komentar pokoknya saya akan tetap menyuruh Reanka untuk mengajari kamu meskipun kamu gak suka. Dia yang bakalan bantu kamu sama pelajaran yang kamu bilang gak bakalan mengerti jika belajar dengan guru." sanggah Bu Tesa
"Lagian ini kan yang kamu mau. Jadi ibu harap kamu tidak protes. Kasihan kedua orang tua kamu bayarin uang sekolah kamu, tapi anaknya malah tidak mau belajar." tutur Bu Tesa
Dalam hati Rion mengumpat sebanyak-banyaknya. Tapi apa boleh buat, ini merupakan perintah dari mamanya langsung ke Bu Tesa.
"Baiklah sekarang kalian berdua bisa balik ke kelas masing-masing, dan ingat Darion... belajarnya akan dimulai minggu depan. Jangan berulah lagi!" pinta Bu Tesa
"Baik Bu" saut keduanya dengan serentak.
Mereka berdua keluar dari ruangan kepala sekolah. Tiba-tiba Rion menarik tangan Rea dengan kasar.
"Kenapa lo mau sih disuruh sama Bu Tesa gitu aja!?" Ketus Rion
"Bukan urusan kamu. Lepasin" ucap Rea dingin sambil menghempaskan pegangan tangan Rion pada lengannya, lalu pergi dari tempat itu.
"Berani-beraninya dia. Sialan!!" umpat Rion
〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️
Rion dkk saat ini sedang duduk di cafe, yang biasanya mereka kunjungi.
"Kalian tau nggak.." ucap Andra
"Nggak" sewot Dimas
"Lo mau gue timpuk pake sepatu hahh!!" ucap Andra kesal karena omongannya dipotong oleh Dimas.
"Nggak takut" celetuk Dimas
"Emang ada apa?" tanya Leo yang mencoba mengalihkan perhatian mereka berdua.
"Minggu depan Rion pasti bakal sibuk" ucap Andra
"Sibuk kenapa?" Tanya Leo dan Dimas serentak. Sedangakan Rion mengerutkan dahinya ketika mendengar namanya disebut.
"Dia disuruh belajar sama Reanka yang culun itu. Ya nggak Yon" ucap Andra sambil tertawa lebar. Andra sangat bangga karena mengetahui informasi dengan cepat.
Rion membelakkan matanya mendengar ucapan Andra.
"Beneran Yon?" tanya Dimas berusaha menahan tawanya
"Iya!" jawab Rion dengan ketus
"Hahahahahaha" Semua temannya tertawa karena senang melihat temannya menderita.
"Puas lo semua" geram Rion. Rasa benci pada gadis rendahan itu bertambah besar dua kali lipat.
..............................
Tbc....
KAMU SEDANG MEMBACA
Hostium (END)
General FictionReanka adalah gadis pendiam dengan sejuta rahasia, yang hidup di keluarga broken home. Di sekolahnya ia sering ditindas oleh Darion Xaverius. Reanka tidak mengetahui alasan mengapa pria itu sangat membecinya. Bertahun-tahun ia menjauh, namun hal it...