36. Jealousy?

31.3K 1.1K 0
                                    

Hal itu terjadi. Semalam.. sebisa mungkin Rea untuk menolak. Namun apalah dayanya, tubuhnya tidak cukup kuat untuk menolak.

Ia bangkit dari tempat tidur, dengan rasa sakit dan juga pusing di kepalanya. Lalu Rea membersihkan dirinya.

Ia pergi ke suatu tempat yang biasa ia datangi ketika ingin menenangkan dirinya. Tempat itu adalah sebuah taman.

Saat baru saja sampai ke tempat ini, dering telepon sudah memenuhi pendengaran Rea. Hingga ke beberapa kali panggilan, barulah ia mengangkatnya.

"Aku jemput" ucap Rion lewat telepon

Niatnya tadi ingin berlama-lama di sini, namun seperti biasa, ia tidak bisa menolak keinginan Darion.

Pria itu langsung mematikan sambungannya tanpa mengizinkan Rea untuk berbicara.

Rea mencoba menghubungi kembali suaminya. Namun tidak diangkat-angkat Darion.

Tidak beberapa lama, seseorang memanggilnya, "Re.." siapa lagi kalau bukan Darion

Rea melihat ke arah suaranya.

Rion buru-buru mendekatinya. "Kenapa pergi tiba-tiba. Kamu harusnya kasih tau aku kalau mau pergi." ucap Rion dengan raut wajah khawatirnya

Rea terlihat pucat, karena itu Rion memeriksa dahi Rea menggunakan telapak tangannya. Dan benar saja, dahi istrinya terasa panas.

"Ayo kita pulang sekarang. Soalnya kamu demam." ajak Rion sambil menggenggam halus tangan Rea

Rea sedari tadi hanya menunduk. Hal itu membuat Rion menjadi merasa bersalah kembali karena perbuatannya semalam. Ia menghentikan langkahnya dan kembali menghadap Rea

Rion menangkup wajah Rea serta mengecup beberapa kali bibirnya. "Maafin aku." tutur Rion

Kedua tatapan mereka bertemu.

"Kamu nggak perlu minta maaf. Lagian aku istri kamu. Jadi wajar aja." ucap Rea dengan raut dinginnya

Ya. Dia lebih baik ikhlas saja. Tidak ada gunanya terlalu lama marah ataupun merasa kesal, toh hal itu sudah terjadi.

••••••••••••

Rion baru saja menyelesaikan meetingnya pagi ini dengan orang paling menyebalkan. Yaitu Kenan.

Moodnya beneran menjadi tidak baik sekarang. Ditambah Rea yang masih mendiamkannya. Walaupun semalam dia bilang itu bukan apa-apa, namun ia bisa merasa kalau Rea semakin menjahuinya.

Bahkan mereka harus pisah kamar. Hal ini membuatnya gila.

"Permisi Pak ini semua dokumen hasil survei mereka Pak."

"Makasih. Letakkan saja di situ." Rion membaca semua dokumen-dokumennya. Tiba-tiba saja sesuatu muncul di pikirannya.

Rion membersihkan tenggorokannya sebelum berbicara "Kamu tahu nggak apa yang harus dilakukan kalau istri lagi marahan?" tanya Rion

Sekertaris Gabriel terbelak "Kalau itu saya kurang tau pak." ucapnya sambil terkekeh pelan. Gimana tidak terkejut, pertanyaan bosnya sama sekali tidak bisa ia jawab. Dia saja belum menikah dan belum mempunyai istri. Jangankan itu, pacaran saja ia belum pernah.

"Ohh.. yaudah, kamu boleh pergi." ucap Rion

Sekertaris Gabriel pamit padanya sebelum ia keluar dari ruangan.

Rion benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Ia mengacak rambutnya asal.

Tringg....

Mama? Untuk apa mama meneleponnya? tanyanya dalam hati. Rion menggeser tombol hijau itu ke atas.

"Halo Ma.." sapa Rion

"Yon nanti malem, Om Henry sama Tante Amel mau datang ke rumah sekalian sama keluarganya Hensa. Nanti kabarin Reanka juga ya. Atau mama yang langsung telepon Rea aja?" ucap mamanya.

Mendengar itu, Rion langsung buru-buru menjawabnya "Nggak-- gak usah Ma. Biar Rion aja yang kasih tahu."

"Ohh yaudah kalau gitu. Mama tutup ya teleponnya."

"Ehh bentar Ma.."

"Apa Nak?"

"mmm.. Haris juga datang Ma?" tanya Rion

"Haris? kalau Haris mama kurang tahu. Soalnya kata Tante Amel, akhir-akhir ini dia lagi sibuk. Kemungkinan Haris nggak datang." jelas Risa

"Bagus deh kalau gitu." gumam Rion pelan

"Apa Nak?? Mama nggak dengar. Soalnya suara kamu kecil banget"

"Gak Ma, gak ada apa-apa. Kalau gitu aku tutup ya Ma.

"Iya. Selalu jaga Rea ya Nak. Jangan kamu bentak-bentak ataupun sakitin. Kalau sampai mama-"

"Iya Ma" jawab Rion dengan halus

"Selalu hati-hati di manapun ya Nak, sekarang zaman tambah gila." celoteh mamanya

"Iya Ma. Mama juga."

"Bye... Nak. Love you.." ucap Risa sebelum sambungannya terputus.

Rion menghela napasnya. Ia harus segera memikirkan cara agar Rea tidak marah lagi dengannya.

Jika hal itu tidak segera dilakukan, bisa-bisa Haris memakai kesempatan kecil itu.

_________________
_______

Hostium (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang