Dari tadi Rion tidak bisa berhenti tersenyum setelah mendengar pengakuan dari Rea. Rea sudah terlelap di sampingnya.
Rion mengelus perut Rea, dan tiba-tiba saja Rion merasakan gerakan anaknya. "Ehh..." Hal itu juga membuat tidur Rea sedikit terganggu.
"Gak sabar keluar ya Nak.." ucap Rion pelan sambil mengelus perut istrinya itu "Sama, papa juga nggak sabar lihat kamu. Jangan terlalu banyak bergerak ya Nak, kasihan mama kamu, tidurnya jadi gak tenang." lalu Rion memberikan kecupan pada perut istrinya.
"Rion.." panggil Rea
Rion yang dipanggil langsung menoleh ke arah Rea. Kemudian ia membaringkan tubuhnya tepat di samping Rea. "Aku terlalu berisik tadi" ucapnya diikuti dengan kekehan kecil
"Hmm?" Rea mengerutkan dahinya bingung
"Aku tadi ngobrol sama anak kita." jelas Rion
Rea tertawa kecil "Buruan tidur Yon, besok kamu mau kerja lagi, takutnya kamu sakit karena tidur kemalaman."
"Iya sayang.." Rion mendekatkan dirinya pada Rea, lalu memeluk istrinya dengan erat.
●●●●●●●●●
Hari kelahiran anaknya sudah dekat. Rea sudah menyiapkan segala pakaian-pakaian anaknya. Oh iya, perihal anaknya, Rea dan Rion sepakat untuk tidak mengetahuinya gender anaknya dulu, nanti saja ketika persalinan tiba, agar menjadi kejutan.
Maka dari itu, Rea hanya membeli pakaian-pakaian bewarna netral saja.
"Sayang.." panggil Rion disaat Rea lagi sibuk menata baju
"Hmm"
"Mau ikut jemput mama sama papa ke bandara?"
"Loh papa sama mama jadinya datang hari ini?" tanya Rea
"Iya" jawab Rion
"Yaudah aku siap-siap dulu"
Selang beberapa menit, Rea pun selesai. Setelah itu mereka langsung berangkat ke bandara.
Perjalanan mereka diisi dengan perbincangan mereka berdua. "Re.. sewaktu kuliah, pernah punya pacar?" tanya Rion
"Enggak" jawab Rea singkat
Rion tersenyum bahagia. Ia tahu kalau dulu istrinya itu hanya mementingkan pelajaran, nilai, dan pelajaran lagi. Pasti dulu waktu untuk pacaran saja tidak terpikir olehnya.
"Berarti aku yang pertama kali menjadi orang yang kamu cintaikan" ucap Rion dengan antusias
"Bukan" jawab Rea
Senyum yang berada di wajah Rion pun mengendur. "Berarti kamu pernah cinta sama laki-laki lain?" tanya Rion dengan nada datar
Rean tertawa melihat reaksi Rion "Orang yang aku cintai pertama kali ya anak aku lah" ucap Rean masih sambil tertawa.
"Puas sayang..?" ucap Rion sambil tersenyum
Rea mengangguk. Setelah tawa Rea mereda, ia kembali membuka suara "Aku sangat mencintai kalian berdua." ucap Rea sambil mengelus perutnya "Dulu... aku kira semua hal ini mustahil untuk terjadi. Setelah kedua orang tua aku meninggal, aku gak punya harapan apa-apa lagi. Aku hidup sendirian dan nggak punya tujuan hidup lagi.
Satu air mata lolos dari matanya, namun buru-buru dihapusnya "Makasih karena udah mau mencintaiku" tutur Rea tulus
Rion ingin sekali memeluk Rean sekarang, tapi sayangnya ia sedang menyetir mobil. Sehingga ia hanya dapat menggenggam tangan istrinya dan mengecupnya beberapa kali.
"Re.. aku kan udah pernah bilang kalau yang seharusnya berterimakasih itu aku. Asal kamu tahu, aku merasa sangat beruntung bisa memilikimu."
_______________
Akhirnya mereka sampai di bandara. Rion membantu Rea untuk turun dari mobil "Hati-hati Re.." pinta Rion
Rea mengangguk
"Kamu kuat untuk jalan??" tanya Rion
"Kuat kok.." jawab Rea
"Yaudah tapi tetap hati-hati" ucap Rion
Rea tersenyum kala bertemu dua orang yang sudah dia anggap sebagai orang tuanya sendiri.
"REAAA" seru Risa. Lalu dia memeluk menantu kesayangannya itu "Aduhhh mama rindu sekali sama kamu. Apa kabar Nak?" tanya Risa
"Baik Ma." jawab Rea
"Ma.. Pa" sapa Rion
"Rion baikkan? dia gak ada menyakiti kamu kan?" tanya Risa
Rea tertawa kecil "Gak kok ma"
"Kapan cucu papa lahir Yon?" tanya Alexander
"Tiga hari lagi Pa" jawab Rion
"Berarti kamu harus terus siaga dan selalu perhatikan istrimu" peringat Alexander, papanya
"Pastilah Pa"
___________________
___________
Tbc....

KAMU SEDANG MEMBACA
Hostium (END)
General FictionReanka adalah gadis pendiam dengan sejuta rahasia, yang hidup di keluarga broken home. Di sekolahnya ia sering ditindas oleh Darion Xaverius. Reanka tidak mengetahui alasan mengapa pria itu sangat membecinya. Bertahun-tahun ia menjauh, namun hal it...