37. Menyadarinya

28.9K 1.1K 2
                                    

Rea sedang berada di kantor milik ayahnya. Hari ini dia tidak ke rumah sakit karena hari ini memang bukan jadwalnya.

Perusahaan mendiang ayahnya yang sudah besar, membuatnya harus benar-benar memegangnya dengan baik.

Dia mendapat telepon dari Rion.

"Halo Re.." panggilnya dari sana

"Halo" balas Rea dingin

"Nanti malam Om dan Tante Amel mau datang ke rumah. Kumohon pulangnya jangan terlalu lama."

"Hmm.. Cuma itu aja kan?" ucap Rea

"I..y..a"

"Yaudah aku tutup"

Namun sebelum Rea menutup teleponnya, suara Rion lebih dahulu memanggilnya lagi.

"Tunggu Re.. aku minta maaf. Walaupun waktu itu kamu bilang udah memaafkannku, tapi kamu malah menjauh dari aku."

Rea diam sejenak, ia bingung harus menjawab apa. Memang benar Rea menjauhkan Rion, tetapi ia hanya ingin menenangkan pikirannya saja.

"Aku cuma ingin sendiri beberapa waktu ini. Jadi tolong beri aku waktu" jelas Rea dan menutup sambungannya.

Rea menghembuskan napas lega saat sambungannya terputus. Apa ia terlalu berlebihan kepada Rion.

Rea menghela napasnya sejenak, mending tidak usah dipikirkan dulu, yang penting sekarang ia harus segera menyiapkan makanan-makanan untuk makan malam nanti.

Untung saja semua pekerjaan sudah selesai jadi ia langsung bergegas pulang ke rumah.

Saat sudah sampai di rumah, Rea langsung mengganti pakaiannya lalu berjalan menuju dapur dan meminta Bi Inah untuk membantunya.

Setelah dua jam berkutat di dapur, akhirnya semua hidangannya jadi juga. Pas sekali Rion juga sudah pulang.

"Bi Inah.." panggil Rion

"Iya Nak Rion" balas Bi Inah

"Rea udah pulang?" Tanyanya

"Udah, dari tadi siang Nak Rea sudah pulang Nak Rion. Habis itu dia langsung masak karena katanya Pak Henry sama Bu Amel mau datang." jawab Bi Inah

"Oh iya memang mereka mau datang nanti malam. Yaudah kalau gitu Bi, saya samperin Rea dulu ya."

Bi Inah mengangguk sambil tersenyum. "Iya Nak" balas Bi Inah

Rion dapat melihat Rea yang sedang sibuk menata setiap hidangannya di atas meja makan. Perlahan Rion mengambil langkah pelan untuk lebih dekat dengan Rea.

Ia mulai melingkarkan tangannya pada pinggang Rea. Tubuh Rea tersentak ketika menerima perlakuan itu. "Rion" seru Rea

"Masih marah padaku?" tanya Rion dengan gelisah

"Gak" jawab Rea singkat

"Terus kenapa menjauh? Hmm..?" Rion semakin membenamkan wajahnya pada cekuk leher Rea

"Memang seharusnya aku menjauh kan. Kamu gak ingat perjanjian yang kita buat sebelum nikah?" ucap Rea dengan nada datar nan dingin.

Rion mundur beberapa langkah dan pergi tanpa berkata apapun. Pastinya Rea sudah menduga hal itu terjadi.

•••••••••

Hari menjelang malam, tamu yang sedari-tadi ditunggu pun telah datang.

"Pak Henry dan Bu Amel sudah datang Nak Rea" ucap Bi Inah

"Biar saya aja Bi yang bukain pintunya" sergah Rea

"Bibi aja na-"

"Biar saya aja Bi" Bi Inah pun mengangguk.

Rea membukakan pintunya dan langsung menyapa mereka. "Malam Om, Tante"

"Halo Rea" sapa Hensa

"Halo Kak Rea" sapa istri Hensa juga, yang bernama Olivia. Memang Olivia lebih muda dua tahun dari Rea, Rion dan Hensa. Makanya ia memanggil Rean dengan sebutan 'Kak'

"Halo." Mata Rea terjatuh pada anak bayi yang digendong oleh Olivia. "Halo Kamu Nata kan?" Nata yang merupakan singkatan dari Hadinata, anak Hensa dan Olivia.

Ini adalah pertemuan pertamanya dengan Hadinata. Sewaktu di hari pernikahannya, Nata dan Olivia tidak dapat hadir karena belum boleh keluar kemana-mana.

••••••••••

Perkataan Rea tadi membuat Rion kembali tersadar pada kenyataan yang sebenarnya. Ia sebelumnya telah berjanji akan mengurus surat perceraian setelah pulang dari Jerman. Tapi nyatanya hal itu tidak ada dilakukannya sama sekali.

Rion mengacak rambutnya asal. Entah mengapa ada perasaan tidak rela untuk menceraikannya.

Memang Rion tahu ia terkadang egois. Namun hal ini berbeda. Hal yang membuatnya yakin kalau itu bukan berasal dari egonya sendiri adalah semua perlakuannya yang tejadi begitu saja akhir-akhir ini.

Tidak biasa sekali dia akan merasa sangat merindukan, menginginkannya dan memikirkannya disetiap saat. Jikalau pun itu terjadi, tapi dengan wanita lain, Rion tidak akan merasa sefrustasi ini.

Yang jelas ia tahu sekarang, kalau dia tidak ingin bercerai dan akan mempertahankan Rea untuk selalu berada di sisinya.

_______________________
___________
TBC

Hostium (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang