16. Perkara

26.3K 1.3K 9
                                    

Rea ada kelas tambahan untuk persiapan ujian nanti sore. Hanya ada Rea di kelas, sedangkan murid-murid yang lain ada di kantin. Saat melihat pantulan wajahnya di kaca, Rea sadar kalau wajahnya terlihat sangat pucat. Rea sepertinya harus mencuci wajahnya agar mengurangi kepucatannya.

"Ngapain lo dekat-dekat..." samar-samar Rea mendengar suara seseorang sedang mengamuk di lorong menuju kamar mandi. Mau tidak mau dia harus melewati orang yang sedang mengamuk itu.

Rea berjalan lurus, setelah itu membelokkan tubuhnya ke kiri untuk melewati lorong. Dan dia bisa melihat dengan jelas siapa orang yang sedang berkelahi, itu adalah Kenan dan Darion.

Wajah keduanya sama-sama dipenuhi luka dan lebam tetapi tetap saja mereka tidak mau berhenti untuk berkelahi. Rea yang sempat menghentikan langkahnya, berjalan ke depan mendekati mereka.

Yang tadinya hanya berniat untuk menghiraukannya saja, tetapi sirna karena mereka menghalangi jalannya membuat Rea tidak bisa lewat. Rea harus ke toilet, mau tidak mau Rean harus melerai mereka berdua.

"Kalian berdua berhenti!" Keduanya menghentikan perkelahiannya, lalu Rea berjalan ke tengah-tengah mereka agar saling tidak memukul lagi.

Rion mendorong Rea dengan kasar ke samping bersiap memberikan pukulan kepada Kenan.

Bukk....

Bukannya Kenan terkena pukulan melainkan Rea lah yang terkena pukulan dibagian perutnya akibat ingin melerai mereka berdua. Hal itu membuat Rea meringis dan terjatuh ke lantai.

Kenan tidak menyangka itu akan terjadi. Ia segera berjalan mendekat ke Reanka kemudian mengecek nadinya. Namun Kenan tidak merasakan nadinya berdetak " lo.." ucapnya pada Rion dengan ekspresi paniknya

Rion terdiam sambil menatapnya yang tidak sadarkan diri. Tiba-tiba terdengar langkah kaki dari arah lain. Mendengarnya, Kenan langsung kabur lewat jendela yang ada di lorong.

Melihat Kenan kabur, Rion berpikir sejenak dan akhirnya juga memutuskan untuk pergi melewati jendela lorong.

Maria yang tadinya ingin ke toilet terkejut melihat Reanka yang tersungkur di lantai tidak sadarkan diri. Dia berlari mendekati Rea lalu memeriksa nadi di pergelangan tangannya. Maria sangat terkejut, Rea ternyata bukan hanya pingsan melainkan mengalami henti jantung. Maria langsung berinisiatif untuk melakukan CPR.

Sekitar 2 menit dia melakukan CPR, sudah terlihat tanda-tanda Rea bernapas. Maria langsung menghentikan kegiatannya. Mengambil handphone di sakunya untuk menelpon 118 (ambulance).

Tak berapa lama tim medis datang. Reanka langsung dibawa ke rumah sakit dengan Maria di sebelahnya.

••••••••

"Rion kamu udah pulang bukannya hari ini kamu ada ekskul??" Tanya mamanya

"Itu Ma.. Rion lagi gak enak badan aja makanya nggak ikut ekskul"

"Kamu demam?" khawatir melihat anaknya, Mama Rion pun menghampirinya untuk mengecek Rion. Sebelum memeriksa tangan mamanya keburu ditepis oleh Rion secara halus.

"Bukan demam kok Ma.. cuma gak enak badan aja" jelas Rion

Mama Rion tersenyum legah karena anaknya tidak demam. "Yaudah kamu ganti baju sana"

Rion memasuki kamarnya, mengganti bajunya setelah itu duduk terdiam di pinggir kasurnya. Dia masih memikirkan kejadian tadi. Bukan merasa khawatir dengan gadis itu, tapi khawatir tentang dia yang bisa saja masuk ke penjara akibat menghilangkan nyawa orang.

Rion belum tahu pasti kalau gadis itu masih hidup atau tidak. "Hufft" Rion menghela napasnya sambil mengusap wajahnya kasar.

Drtttt....

Drtttt...

Ponsel Rion bergetar menunjukkan nama Dimas di layar handphonennya. Dia menekan tombol hijau "Apa"

"Suara lo kok lemes banget Yon biasanya langsung ngegas" suara Dimas dari telepon.

"Jadi lo mau gue-" sebelum Rion selesai bicara Dimas langsung memotong ucapannya.

"Nggak.. u..sah"

"Cepetan lo mau ngomong apa?"

"Lo tadi kenapa nggak ekskul? tahu nggak lo?? tadi ada murid yang dibawa ambulance, tapi gue nggak tau dia kenapa. Yang gue lihat sih.. dia cewek tapi nggak tahu anak kelas berapa. Kalau lo tau dia siapa Yon?" tanya Dimas

"Ma..na gue ta..u. Lo kira itu urusan gue. Lo kan udah tau kalau gue enggak peduli hal-hal gak penting kaya gitu" ucap Rion dengan gugup

"Gue tau kalau itu. Gue cuma mau ngasih tau itu aja sih. Siapa tau lo tau siapa orangnya makanya gue tanya"

"Hmm." Panggilan pun terputus.

••••••••••••••••••••••••••••

Tbc....

Hostium (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang