Semalam Rion bersusah payah menyelesaikan semua pekerjaanya, dan kini saatnya dia pulang ke rumah.
Rion sungguh tidak sabar menemui Rea. Ohh iya, Ia tidak memberitahu Rea mengenai kepulangannya hari ini. Rion masih memberitahu Rea bahwa kemungkinan Rion akan pulang besok, tapi dia belum tahu pastinya.
Rion dijemput oleh sekertarisnya.
"Langsung ke rumah saya aja ya"
"Baik Pak" jawab Sekertaris Gabriel
Rion masuk ke dalam dan langsung berpapasan dengan Bi Inah. "Rea di mana Bi?"
"Di dapur Nak" balas Bi Inah
"Ohh ok makasih Bi" setelah itu Rion langsung pergi ke dapur untuk menemui Rea.
Di dapur, Rion dapat dengan jelas melihat Rea sedang meminum segelas susu. Namun sepertinya itu bukanlah susu biasa.
Karena penasaran, Rion mendekati Rea, kemudian mengambil kotak susu yang terletak di meja.
Deg..
Jantung Rion mulai berdetak lebih cepat setelah membacanya. "Re.. kamu..?"
Sedangkan Rea, ia hanya menundukkan kepalanya. Dia takut kalau Rion malah menolak kehadiran anak ini.
Rion menangkup kedua pipi Rea, agar menatapnya "Kamu hamil..?" imbuhnya
Rea mengangguk pelan.
Rion mulai menjatuhkan air matanya. Ia merasa sangat bahagia melebihi apapun di dunia ini. Tak lupa ia mengucapkan beribu-ribu ucapan syukur kepada Tuhannya di dalam hati.
Rion membawa Rea ke dalam pelukannya. "Makasih Re.." ucapnya tulus. Rion tidak dapat mengungkapkannya dengan kata-kata sangkin senangnya.
Sebelumnya Rea tak berani untuk membalas pelukan Rion, namun perlahan tangannya melingkar di tubuh suaminya dan mulai membalas pelukannya. Dia juga membenamkan kepalanya di dada Rion.
Semua hal itu membuat Rion tambah bahagia. Rea mau membalas pelukannya, itu merupakan suatu kemajuan. Tandanya Rea mulai membuka hati untuknya.
"Hiks...hikkss" isak tangis istrinya dapat terdengar jelas di telinganya
"Re-" belum sempat Rion menyelesaikan kalimatnya, Rean lebih dulu memotongnya
"A..ku rin..du kamu Yon" ucapnya sambil sesegukan. Rea meluapkan rasa rindunya yang muncul belakangan ini.
Rion tersenyum "Aku juga sangat merindukanmu" gumamnya lalu mengecup kening Rea.
Setelah itu turun ke bibirnya.
Cup...
Lama-kelamaan kecupan itu berubah menjadi lumatan.
Rion menghentikan ciumannya sejenak "Bolehkah?" Bisik Rion. Rea mengangguk pelan dengan mata sembabnya.
Tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, Rion langsung membopong Rea ke kamar.
●●●●●●●
Hubungan Rion dan Rea setiap bulannya kian membaik. Dan sekarang kehamilan Rea sudah menginjak delapan bulan.
Rion selalu bersikap protektif padanya. Dia juga sudah di suruh cuti dengan pekerjaannya, padahal nyatanya Rea masih sanggup.
"Aku pergi dulu ya," ucapnya kemudian mengecup pelipis Rea dan mengusap perut Rea yang sudah membesar "Anak papa baik-baik ya di situ. Jangan nakal, kasihan mama kamu nanti."
Perkataan itu membuat Rean terkekeh
"Hari ini aku pasti pulangnya cepat." ucap Rion
Rea mengangguk "Hati-hati.." ucapnya sebelum Rion pergi. Ia menghela napasnya
Perihal perasaan Rea sendiri, entahlah dia masih bingung. Ia belum mengungkapkan apapun pada Rion. Yang pentingkan hubungan mereka sudah membaik.
Namun jika dipikir-pikir lagi, apa Rion akan kecewa atau kesal padanya, jika ia tidak kunjung mengungkapkannya. Apa Rion akan meninggalkannya..
Kalimat itu selalu muncul dipikirannya. Jujur ia takut kehilangan Rion. Apakah perasaan itu cukup untuk menyebut dirinya mencintai Rion.
_________________
___________
Tbc......
KAMU SEDANG MEMBACA
Hostium (END)
Ficção GeralReanka adalah gadis pendiam dengan sejuta rahasia, yang hidup di keluarga broken home. Di sekolahnya ia sering ditindas oleh Darion Xaverius. Reanka tidak mengetahui alasan mengapa pria itu sangat membecinya. Bertahun-tahun ia menjauh, namun hal it...