Rea sedang menyiapkan barang-barang yang diperlukannya untuk camping. Sebenarnya dia malas mengikuti camp ini. Tetapi karena Rion yang tiba-tiba datang ke rumahnya dan memaksanya, mau tidak mau dia harus ikut. Rea juga tidak pernah memberitahukan alamat rumahnya pada Rion. Entah darimana cowok itu mendapat alamatnya.
"Non Rea..." panggil Bibi dari luar kamar Rea "sudah siap belum"
"Sebentar lagi Rea keluar Bi" sahut Rea
Selesai bersiap-siap, Rea turun ke bawah dan langsung melihat mahluk yang paling menyebalkan sedang duduk di sofa ruang tamunya.
"Kan udah aku bilang, kamu nggak perlu jemput kesini." ucap Rea mengeluarkan amarahnya yang sudah ditahannya dari tadi.
"Nggak ada yang bisa ngebantah gue, termasuk elo. Kalau nggak gue jemput, lo pasti nggak bakalan berangkat. Makanya gue jemput aja." jelas Rion santai. Walaupun dia tahu kalau gadis dihadapannya ini sedang memberi tatapan dingin.
"Yaudah ayo sebentar lagi telat. Nanti kita malah ketinggalan bus lagi cuma gara-gara lo yang nggak mau gue jemput" ucap Rion
Lagi-lagi Rea harus mengalah pada sikap Rion yang sangat egois dan seenaknya.
Sesampainya di stasiun, Rion yang mendapati Irene lagi kesusahan membawa barang-barangnya, langsung lari menghampirinya dan berinisiatif membantunya.
"Ehmmm Ren, sini aku bantu bawain" ujar Rion
"Nggak usah kak aku bisa sendiri kok" tolak Irene dengan halus
"Nggakpapa sini barang-barang kamu"ucap Rion
"Tapi gakpapa kan kak? Irene jadi nggak enak tau." ucap Irene
"Gakpapa Ren"
Sedangkan Rea dari tadi sudah naik ke bus tanpa kesusahan membawa barang-barangnya. Dia hanya membawa sedikit barang dan hanya membawa barang yang diperlukan saja.
Rea melihat-lihat sekelilingnya untuk mencari bangku yang kosong. Matanya berhenti ke dua bangku kosong. Dia langsung duduk dibangku itu dan membuat dirinya senyaman mungkin.
Tiba-tiba bahunya ditepuk oleh seseorang ketika mau memasang earphonenya ke telinga.
"Re" panggil cowok itu, yang merupakan Rion.
"Lo pindah ke sana" ucapnya menunjuk bangku kosong yang ada dibelakang.
"Nggak aku nggak mau" jawabnya dingin
"Ayo bantu gue, cuma ini bangku yang kosong dua-duanya" ucap Rion
"Kosong? Jadi aku apa? Hantu gitu??" ucap Rea geram
"Lo bisa pindah kesana" Rion menunjuk ke bangku kosong yang berada di belakang.
"Pindah sekarang!" Paksa Rion
"Kalau gitu minggir. Aku mau lewat" cetus Rea yang akhirnya mau pindah bangku. Bukan karena dia takut pada Rion, tetapi karena dia malas berkelahi dengan cowok itu.
Rea bangkit dari bangku. Lalu berjalan ke bangku yang kosong itu.
"Ren.... Irene sini" seru Rion dengan antusias
"Di belakang nggak ada bangku kosong lagi mendingan kamu duduk dekat aku aja disini" ucap Rion ketika Irene sudah berdiri di samping bangkunya
Sebelum menerima ajakan Rion, Irene memastikan bahwa memang tidak ada lagi bangku yang tersisa selain disebelah Rion.
"Aku boleh duduk disinikan kak?" tanyanya lagi
"Kan aku yang ajak kamu duduk disini tadi. Lagian kalau nggak disini kamu mau duduk dimana hmm.." ucap Rion. Irene mengangguk sambil terkekeh.
Akhirnya Rion bisa duduk dekat Irene. Dalam hatinya dia sangat bersorak-sorak kesenangan karena rencananya berhasil.
Tanpa mereka sadari, sedari tadi ada yang melihat mereka sambil terbakar api cemburu.
Brukk.. seseorang disebelahnya memukul jendela
"Berisik" tegur Rea yang merasa terganggu
Dia yang merasa ditegur itu pun menoleh ke sebelah. "Apa-apaan lo!!"
"Kamu tahu nggak kalau kamu berisik. Mereka semua lagi pada tidur, tapi kamu seenaknya mukul kaca sekuat itu. Untung aja nggak ada yang terganggu. Dasar nggak tahu tata krama." ucap Rea dingin.
"Ingat cewek dekil kayak elo nggak tau-" Belum sempat Kenan menyelesaikan kalimatnya, Rea langsung memasang kembali kedua earpodsnya yang sempat dilepasnya dan melanjutkan bacaannya.
"Looo..." geramnya dan merebut buku yang dipegang Rea dan melepaskan kedua earpods yang Rea pakai.
Rea memberi tatapan tajam kepada cowok itu "Bisa nggak sekali aja, jangan seenaknya sama orang." ucap Rea dingin. Dia merebut kembali buku dan earpodsnya dari tangan cowok itu.
************
Setelah sejam lebih di perjalanan, Rea tak sengaja tertidur. Sangkin lelapnya, tanpa dia sadari kepalanya telah tersandar ke bahu Kenan.
Tubuh cowok itu terhentak sebentar saat kepala Rea tersandar di bahunya. Ingin ditegurnya sebagai pembalasan tadi, tapi dia melihat wajah Rea yang memang terlihat lelah dan sedikit pucat.
Kali ini gue ngalah, tapi lain kali nggak akan gue biarin. gumamnya dalam hati
Karena jarak kepala Rea dengan wajah Kenan itu sangat dekat, dia jadi bisa menghirup aroma rambut Rea yang sangat wangi. Entah mengapa Kenan juga merasa sangat nyaman, sampai-sampai dia jadi ikutan terlelap.
***********
Tbc.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Hostium (END)
General FictionReanka adalah gadis pendiam dengan sejuta rahasia, yang hidup di keluarga broken home. Di sekolahnya ia sering ditindas oleh Darion Xaverius. Reanka tidak mengetahui alasan mengapa pria itu sangat membecinya. Bertahun-tahun ia menjauh, namun hal it...