Rion tak kunjung menemukannya. Ia menghela napasnya lelah. Tunggu, kenapa dari tadi tidak terpikirnya, bisa saja Rea pulang ke rumah orang tuanya, soalnya Rion tahu betul kalau Rea tidak memiliki siapa-siapa lagi.
Rion hanya memerlukan lima belas menit untuk sampai ke rumah Rea. Rumah itu sangat gelap, seperti tidak berpenghuni. Ia jadi ragu kalau Rea berada di sini.
Tidak ada satpam di rumah ini membuatnya harus turun untuk membukakan gerbang.
Rion mengetuk pintu sambil memanggil Rea.
"Re.."
"Re.."
Tidak kunjung disahut dari dalam, membuat Rion sedikit khawatir.
Rion menarik pegangan pintu dan ternyata pintunya tidak terkunci. Rion langsung panik, takutnya ada orang lain masuk. Ia segera mencari Rea.
Rion mendapati Rea yang tertidur di kamarnya. Kenapa perempuan ini tiba-tiba ceroboh, jika tadi ia tidak datang, bisa saja orang lain masuk.
Rion ikut berbaring di sebelah Rea. Hal itu membuat tidur Rea terusik. Spontan ia memeluk Rea.
"Kamu!" ucap Rea dengan nada meninggi ketika menyadari orang yang lancang memeluknya. "Lepasin nggak!"
Rion tidak memedulikan perkataan Rea sama sekali, justru ia semakin memeluk Rea erat dan membenamkan kepalanya pada tengkuk leher Rea, menghirup dalam-dalam aroma kesukaannya.
"Biarin seperti ini dulu.." gumam Rion dengan mata terpejam
Rea menyerah, dia diam dan tidak memberontak lagi.
"Aku harus ngapain buat kamu percaya??"
Namun Rea masih bungkam "Re.." panggil Rion lagi
"Re.. aku gak bakalan bisa tenang tinggalin kamu kalau kamu belum juga maafin aku.." lirih Rion
"Udah... aku maafin. Sekarang lepasin!" ucap Rea
"Tatap aku dulu.." ucap Rion
Rea menurut. Dia tidak ingin memperlama situasi saat ini. "Lepasin!" ucapnya saat mata mereka bertemu
Rion tersenyum, ia tidak benar-benar akan melepaskan pelukannya. "Aku berubah pikiran."
"Apaansih. Lepasin gak!!" Rea kembali memberontak
Cup..
Rion mengecup lama keningnya. "Terimakasih dan maaf untuk semuanya. Kuharap setelah kita cerai, kita sama-sama gak ada rasa benci lagi." Rion menatapnya lekat
"Semua ini kulakukan karena.. sebentar lagi aku bakal pindah. Aku besok sekalian urus semua keperluan pindahan." ucap Rion sambil mengusap pipinya
"Takutnya.. gak ada lagi waktuku untuk minta maaf ke kamu." jelas Rion.
Rion tahu kalau hari ini bukannya waktu yang tepat untuk membicarakan perihal ini, karena Rea masih terpukul tentang fakta kematian orang tuanya. Namun Rion harus sesegera mungkin, jika tidak, hanya akan meninggalkan rasa penyesalan yang terus menghantuinya.
••••••••••••
"Pesawat kamu udah boarding tuh.." ucap Rea
Rion mengangguk "Nanti aku balik lagi ke sini untuk urus perceraian kita." Rea mengangguk
"Ingat Rea, jangan terlalu kecapean. Habis ini langsung pulang," Rion menaikkan sedikit nadanya "singkirin semua pekerjaanmu untuk beberapa hari ini. Ada mama yang bakal temenin kamu di rumah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hostium (END)
General FictionReanka adalah gadis pendiam dengan sejuta rahasia, yang hidup di keluarga broken home. Di sekolahnya ia sering ditindas oleh Darion Xaverius. Reanka tidak mengetahui alasan mengapa pria itu sangat membecinya. Bertahun-tahun ia menjauh, namun hal it...