Pagi harinya Rea dan Alana sarapan bersama di tempat tinggal baru mereka.
Flashback on
Mereka memasuki rumah yang cukup besar. Rea mengerutkan dahinya, melihat rumah kosong yang berisi furniture-furniture yang tidak berdebu sama sekali.
"Kenapa rumah ini bersih bun, bukannya rumah ini kosong?" tanya Rea
"Bunda sering menyuruh orang untuk membersihkan rumah ini" jawab Alana
"Kamar kamu di atas, di sini ada enam kamar, kamu pilih saja yang mana kamu mau" ucap Alana yang dibalas anggukan oleh Rea.
Flashback off
"Masalah ayah sama bunda apa?" Tanya Rea tiba-tiba.
Mendengar pertanyaan dari Rea, bunda tersenyum tipis. "Ayah kamu, lebih memilih wanita itu daripada bunda Nak-" jawabnya yang sempat terhenti karena tidak dapat menahan tangisnya, "itu bukan sepenuhnya salah ayah kamu, itu juga karena bunda terlalu sibuk sama pekerjaan sampai-sampai tidak memperhatikan kalian berdua"
"Maafin bunda Nak hikss..hikss" tangis Alana akhirnya pecah.
Tidak tega melihat bundanya menangis Rea langsung memeluk bunda, "Rea udah maafin bunda. Udah Bun jangan nangis lagi, aku gak mau bunda sakit." tutur Rea.
Namun Rea kurang setuju dengan penyataan bunda tentang ayahnya. Menurutnya itu jelas-jelas salah ayahnya yang mau saja digoda oleh wanita lain.
"Makasih Nak" ucap Alana sambil tersenyum haru melihat anaknya yang biasanya dingin tersenyum tulus kepadanya. "Kamu buruan siap-siap, bentar takutnya telat lagi Nak"
Rea mengangguk. Mengambil tasnya dan pamit pada bundanya, "Rea pergi ya Bun. Jangan nangis lagi."
Saat Alana melihat kearah meja, dia melihat kotak bekal Rea yang ketinggalan"Rea bekal kamu ketinggalan Nak." lalu berjalan mendekati Rea masih bersiap di balik pintu.
"Makasih bun, Rea pergi" ucap Rea sebelum pergi, tidak lupa untuk menyalim ibunya.
"Hati-hati di jalan ya Nak"
••••••
Saat ini Rea berdiri di halte yang tidak jauh dari rumahnya. Tak lama kemudian bus yang dicarinya pun datang.
Rea naik ke bus itu. Karena tidak ada bangku yang tersisa Rea memutuskan untuk berdiri saja.
Tiba-tiba "Jangan sentuh-sentuh orang sembarangan" suara seseorang dari belakangnya
Rea memutuskan untuk melihat ke belakang. Seingat Rea, pria ini bukannya orang yang duduk di sebelahnya waktu di bus saat camping.
"Siapa kau berani menuduh saya melakukan hal yang tidak-tidak pada gadis ini!" seru bapak-bapak yang ada di hadapannya sambil menunjuknya.
Rea yang ditunjuk, bingung dengan apa yang sedang terjadi saat ini, kenapa dia diikutkan pada pertengkaran ini padahal dia tidak melakukan apa-apa.
"Jelas-jelas bapak mau berbuat mesum ke pacar saya kan!!??"
Rea terkejut mendengar ucapan pria itu sekaligus bingung kenapa dia ditunjuk-tunjuk oleh pria itu.
"Bapak ngaku aja deh, jelas-jelas saya lihat perbuatan bapak tadi" geram pria itu
"Jangan menuduh orang sembarang, kau hanya anak bau kencur saja, bisa-bisanya menuduh orangtua" sergah bapak itu tidak terima
Pria itu tersenyum sinis "Ckh...Pak..Pak...Pak bapak tetap nggak mau ngaku, saya punya bukti loh, mau lihat?" pria itu mengambil handphonenya dari saku, lalu menunjukkan foto yang melihatkan perbuatan bapak itu.
Akhirnya Rea sadar bahwa kalau dialah orang yang hampir saja dilecehkan. Rea sangat berterimakasih pada Tuhan karena telah melindunginya.
"Udah lihatkan buktinya, sekali lagi bapak melakukan itu saya bakal lapor polisi" ancam pria itu
Bapak-bapak itu langsung keluar dari bus ketika bus sudah berhenti.
"Ayo ikut gue!" ucap pria itu. Tapi ucapannya tidak digubris oleh Rea
"Makasih."
Namun pria itu hanya diam sambil menatap Rea.
"Makasih udah mau bantuin." lanjut Rea yang melihat raut wajah pria itu yang tidak biasa saja.
Lalu Rea beranjak pergi dari hadapan pria itu. Namun tiba-tiba saja dicekal secara halus oleh pria itu.
"Reanka..."
Rea menatap pria itu bingung "Lain kali hati-hati."
"WOYY Kenan buruan sini" pria itu menoleh ke asal suara yang merupakan temannya.
"Byeee" ucapnya sebelum pergi sambil menepuk bahu Rea.
Rea lanjut berjalan ke kelas, namun dia melihat para murid beramai-ramai berdiri di depan mading.
Rea langsung menerobos semua murid untuk melihat apa yang tercantum di situ. Dan seketika dia terkejut karena gambar yang ada di mading adalah fotonya yang tidak-tidak. Rea tidak pernah melakukan hal semacam itu. Secepat mungkin dia melepasnya dari mading.
"Gimana kejutan gue Reanka?" ucap seseorang yang tak lain tak bukan adalah Rion
Rea menggenggam tangannya kuat, dia mencoba mengendalikan emosinya. Rea tidak mau ambil pusing dengan itu. Dia pergi dari situ kemudian menuju ke ruang BK untuk menyerahkan gambar itu ke guru.
Rion yang melihat Rea tenang dan pergi begitu saja pun langsung mengejarnya. "Mau kemana!?" cegah Rion, tetapi Rea hanya diam dan terus mempercepat langkahnya
Tidak menyerah begitu saja, Rion mencengkram tangan Rea dengan kuat. Dia menghadang Rea dari depan "Sekali lagi gue tanya mau kemana!?" bentak Rion sambil mendorong Rea hingga terjatuh
Secepat mungkin Rea berusaha bangkit berdiri "KAMU!" geram Rea lalu pergi, masih dengan rasa kesal yang sangat meluap.
Rea mengurungkan niatnya memberitahu guru tentang ini, karena setelah dipikir-pikir jika dia memberitahu guru, otomatis bunda akan tahu dan khawatir pada Rea. Dia tidak mau menambah masalah lagi.
••••••••••••••••
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
Hostium (END)
Ficção GeralReanka adalah gadis pendiam dengan sejuta rahasia, yang hidup di keluarga broken home. Di sekolahnya ia sering ditindas oleh Darion Xaverius. Reanka tidak mengetahui alasan mengapa pria itu sangat membecinya. Bertahun-tahun ia menjauh, namun hal it...