21. Dream

27.7K 1.3K 6
                                    

10 tahun kemudian.....

Pria itu menatap ke kaca yang memperlihatkan gedung-gedung yang menjulang tinggi.

Ponselnya tiba-tiba berdering, menampilkan nama orang yang dicintainya.

"Halo kak.. kamu masih di kantor ?"

"Iya aku masih di kantor"

"Ishh...kakak bossnya tapi kakak yang paling lama pulang dari semua karyawan- karyawan kakak?"

"Maafin aku, sebentar lagi aku pasti ke apartemen kamu abis aku siapin proyek untuk meeting besok"

"Kamu janjikan kak.."

"Iya sayang"

"I love you"

Wanita yang ada di ponselnya merupakan kekasihnya dari SMA. Sebentar lagi dia akan menjadi calon istrinya. Dua hari lagi mereka akan bertunangan.

Setengah jam setelahnya, semua pekerjaannya sudah siap. Dia segera mengambil kunci mobilnya, bergegas untuk menuju ke apartemen kekasihnya.

Saat di jalan ponselnya berdering kembali menampilkan mama di layar.

"Halo Ma" sapanya

"Rion kamu ke Rumah Sakit Wijaya sekarang"

"Siapa yang sakit Ma?"

"Enggak ada yang sakit Rion, tapi sepupu kamu Hensa. Istrinya udah melahirkan, masa kamu enggak kesini, kan Hensa dulu teman main kamu dari kecil, takutnya dia sakit hati karena kamu nggak mau datang kaya mana? Nggak enak sama Hensa"

"Tapi Ma--"

"Mama nggak mau tau, pokoknya kamu cepetan kesini. Kalau enggak, mama bakal bilang sama papa kamu untuk cabut semua perusahaan atas nama kamu"

Rion mendengus sebelum menjawab "Yaudah Rion bakal kesana"

Lagi-lagi mama mengancamnya, mau tidak mau dia harus menurutinya karena jika tidak, pasti mamanya akan mengambil perusahaannya. Dia sudah tidak mau lagi menolak ataupun melawan kedua orang tuanya semenjak itu. Cukup sudah penderitaannya dulu akibat gadis sial** itu.

Rion mengacak rambutnya karena kembali mengingat gadis itu. Padahal dia sudah melupakannya dari 10 tahun yang lalu. Jika ditanya dia menyesal atau tidak, Rion pasti menjawab tidak.

Flashback on.....

"Yon....." teriak Dimas

Rion mengarahkan padangannya kepada Dimas. "Apa ?"

"Lo tau dimana Reanka, daritadi gue udah cari keliling sekolah tapi enggak ketemu-ketemu"

Rion tersenyum kecil."Mana gue tau, mungkin aja tu anak udah pindah. Lagian lo ngapain cari-cari dia, lo suka sama dia??" tukas Rion sembarangan.

"Gila lo" pekik dimas tidak terima

"Siapa tau.."

Yang ada di dalam benak Rion sekarang adalah apa yang terjadi dengan gadis itu. Rion sudah memeriksa tempat kejadian semalam.. tapi dia tidak menemukan tubuhnya disitu. Semalam sebelum Rion pergi, dia memeriksa gadis itu terlebih dahulu. Dia sudah tidak bergerak sama sekali, jadi Rion kira gadis itu sudah kehilangan nywanya. Segera ditepisnya semua pikiran itu.

Mending Rion kembali memikirkan mimpi yang didapatnya semalam. Mimpi itu dapat membuatnya tersenyum sendiri. Di dalam mimpinya dia melihat sebuah wanita yang menggendong seorang anak laki-laki, keduanya tersenyum bahagia.

Sayangnya dia tidak dapat melihat dengan jelas wajah wanita itu, tapi entah kenala dia merasa wanita itu memiliki paras yang sangat cantik dan anak laki-laki itu memiliki wajah yang mirip dengannya. Rion sangat yakin itu adalah istri dan anaknya di masa depan.

Walaupun dia tidak dapat melihat wajah istrinya, tapi dia sangat yakin kalau wanita yang ada di mimpinya itu adalah Irene kekasihnya sekarang.

"Yon lo kenapa daritadi bengong terus. Senyam-senyum sendiri lagi, kenapa bro..?" tanya Leo

"Suka-suka guelah"

"Galak amat"

Flashback off.

Rion sudah sampai ke rumah sakit tempat keponakannya lahir. Sebelum itu, dia menghubungi mamanya untuk menanyakan dimana kamar Hensa berada. "Ma kamarnya dimana ?"

"Ada di lantai enam, habis itu kamu terus jalan lurus, di sebelah kanan pasti ada kamar Anggrek I"

"Iya Ma"

Rion sampai di depan pintu kamar Anggrek I. Dua menarik gagang pintu dan langsung disambut oleh sepupunya Hensa.

"Ini Rion udah datang" ucap Risa

"Apa kabarmu Yon?" sapa Hensa sambil menepuk bahu Rion pelan

"Baik. By the way selamat ya Hen" ucap Rion

"Thanks bro"

"Anak lo-"

"Hmmm.." sebuah deheman dari Risa karena cara bicara Rion yang masih layaknya anak remaja. "Anakmu dimana?" Tanya Rion

"Anak aku belum lahir Yon. Operasinya baru mau mulai sebentar lagi" jawab Hensa

Rion yang mendengar perkataan Hensa, langsung memasang muka masam. Mamanyalah yang tadi mengatakan kalau anaknya Hensa udah lahir.

"Kayaknya aku udah harus temenin istriku di ruang operasi dulu, aku ke sana dulu ya Yon" ucap Hensa

Rion memasang senyuman seraya menganggukan kepalanya kepada Hensa.

"Nggak pengen apa kamu kaya Hensa. Udah punya istri sama anak" sembur Risa

"Rionkan udah mau tu-" buru-buru Rion menghentikan kalimatnya.

"Udah mau apa Rion? udah mau tua maksudnya? justru karena memang kamu udah mau tua makanya mama suruh kamu buat cari istri"

"Bukan Itu Ma.. Rion mau bilang tadi kalau Rion udah mau cari pasangan maksudnya" jelas Rion untuk menyakinkan mamanya

"Tapi tadi kayanya kamu nggak mau bilang itu deh" ucap Risa

"Rion tadi salah ngomong, mungkin karena kecapean Ma"

"Ohh, yaudah bagus kalau kamu mau cari"

Untung saja dia tidak ketahuan oleh mamanya. Sebab sejak dia dan Irene berpacaran hubungan mereka tidak pernah diberitahu kepada kedua orang tuan Rion, sedangkan orang tua Irene sudah tau sejak lama. Alasan Rion belum memberi tahu kedua orangtuanya karena Irene masih belum siap menghadap calon mertuanya, takut hubungan mereka tidak direstui.

Rion merasakan ponselnya bergetar di sakunya. Rion izin ke mamanya keluar sebentar untuk mengangkat paggilan masuk.

"Kakak kenapa lama banget ?" Tanya orang yang tak lain tak bukan ialah Irene

"Maafin kakak Ren. Kakak nggak bisa datang malam ini karena ada keluarga kakak yang baru punya anak, jadi mama maksa kakak untuk datang." jelas Rion

"Ohh gitu... nggak usah merasa bersalah kak, Irene ngerti kok.. Irene cuma mau tanya aja kakak dimana sekarang. Lagian aku bisa jumpa kamu besok kak"

"Maafin kakak sayang...." Ini yang Rion suka tentang Irene, selain parasnya yang cantik (itu menurut Rion), sikapnya sangat penyabar dan pengertian (menurut Rion). Memikirkan Irene membuat Rion tak sabar untuk mempersuntingnya menjadi istrinya.

Bukkk....

Rion tidak sengaja menabrak seorang dokter.

"Maafkan sa-"

____________________________
_______________

Tbc......

Terimakasih sudah membaca cerita ini!

Hostium (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang