10. Tidak Perlu Lagi

28.8K 1.6K 14
                                    


"..Gue nggak.. maksud" ucap Rion

Tunggu, untuk apa Rion harus minta maaf ke Rea. Lagipula Rion dan kelompoknya memang sengaja mengerjai gadis itu sebagai pelajaran. Rion termenung sejenak dan langsung mengubah ekspresinya dari gugup menjadi angkuh kembali.

"Lo marah?" lalu melanjutkan kalimatnya dengan membisikkan ke telinga Rea "Silahkan marah, tapi lihat akibatnya nanti." timpal Rion

"Ohh.. dan satu lagi nggak usah datang ke rumah gue lagi setiap sore, ngerti lo.." ucap Rion sebelum dia pindah ke bangku belakang.

Daritadi Rea hanya memasang muka datarnya. Dia sudah biasa diperlakukan seperti itu. Hampir semua murid sering mengerjai atau membullynya, entah itu mengatainya, menuduh, bahkan dulu kakak kelasnya mendorongnya dari lantai paling atas sekolah hingga ia jatuh, hal itu membuatnya koma dan dirawat selama 2 bulan di rumah sakit. Namun hal mengerikannya, saat dia koma, sesekali dia mengalami henti jantung.

"Rea aku boleh duduk di sebelah kamu?" Tanya Maria

Rean membalasnya dengan anggukan.

"Mmm.. Darion di mana? Bukannya tadi dia yang gendong kamu naik ke bus ya." tanya Maria penasaran

Rea melihat ke belakang kemudian mendongakkan kepalanya ke arah Rion. Maria mengikuti pandangan Rea ke belakang untuk melihat Rion. Dia mendapati Rion yang duduk disamping seorang cewek.

"Dia lagi duduk sama siapa Rey?" tanya Maria

"Rey..?" ucap Rean bingung

"Oh aku panggil kamu Rey aja ya. Bolehkan?" ucap Maria yang dibalas anggukan oleh Rea. "Btw dari tadi Rion perhatikan kamu terus loh, mukanya seram banget lagi."

Rea melihat kebelakang lagi dan mendapati Rion yang sedang menatapnya tajam. Rea hanya mengedikkan bahunya.

"Biarin aja." lalu memejamkan matanya, menyandarkan kepalanya ke jendela.

•••••••••


Mereka sampai di sekolah ketika hari sudah malam. Seluruh siswa pulang menggunakan kendaraan mereka masing-masing.

"Rey bangun udah nyampe" seru Maria

"Oh... makasih." balas Rea setelah itu mereka tutun dari bus

"Kamu udah dijemput?" tanya Maria

Sebelum Rea menjawab pertanyaan Maria, dia memastikan terlebih dahulu kalau supirnya sudah datang atau belum.

"Udah" jawab Rea

"Ohh yaudah, aku juga udah dijemput sama papa aku, byeee." Maria melambaikan tangannya ke Rea sambil berjalan ke mobilnya.

"Aduh lupa" gumam Maria, dia langsung berlari ke arah Rea yang agak jauh dari mobilnya.

Hufff..huff

"Aku.. bo..leh minta nomor kamu?" tanya Maria

"Buat apa?"

"Reaaa sekarang kamu itu udah jadi teman aku, makanya aku minta nomor kamu." jelas Maria dengan wajah cemberut karena Rea yang tidak peka-peka.

"Nih" ucap Rea menyodorkan sebuah kertas yang tertulis nomor miliknya.

"Makasih Rea." teriak Maria senang dan spontan memeluk Rea sanking senangnya mendapat sahabat baru.

"Sorry..." ucap Maria sambil terkekeh kecil.

"Maria" seru Papa Maria

"Aku udah dipanggil sama papaku, aku pulang ya Rea."

"Non Rea, ini... ibu lagi marah-marah Non." seru supirnya yang baru saja datang. Rea masuk ke mobil dengan pikiran yang penuh dengan kecemasan.

Saat membuka pintu rumahnya matanya langsung melihat bundanya menangis terduduk dilantai.

"Bunda kenapa?"

Melihat Rea pulang, bundanya segera berdiri dan menghapus air matanya dengan cepat agar Rea tidak curiga.

"Nggak bunda gakpapa, kamu udah makan belum?" tanya bundanya mencoba mengalihkan perhatian Rea. Nama Bunda Rea adalah Alana.

"Bunda kenapa?" tanya Rea kembali

"Itu bukan urusan kamu, mendingan kamu sana aja!" bentak Alana tiba-tiba

"Yaudah kalau itu mau bunda" lalu pergi meninggalkan bundanya

Melihat kepergian anaknya, tangis Alana pecah kembali. Ia tidak bermaksud untuk membentak anaknya, tapi dia hanya tidak ingin memberitahu masalahnya dan menambahkan pikiran Rea lagi, sudah cukup anaknya menahan kepedihan selama ini.

"Maafin bunda nak" gumam Alana

Di kamar, Rea hanya duduk sambil berdiam diri berjam-jam. Tapi dia tidak lupa untuk mengganti perban di kakinya yang luka. Setelah itu dia langsung beristirahat.

••••••••

Di pagi hari Rea bersiap-siap menggunakan seragam sekolah. Di bawah tidak ada siapa-siapa, pasti bunda pergi lagi.

Rea mengunci pintu rumahnya lalu berjalan ke garasi untuk mengambil mobilnya. Hari ini dia bawa mobil sendiri ke sekolah karena supirnya dan bibi lagi pulang kampung. Mau tidak mau Rea harus bawa mobil.

Sebenarnya Rea malas naik mobil apalagi diantar oleh supir ke sekolah. Namun itu paksaan dari orangtuanya. Menurutnya lebih baik ia naik angkutan umum saja, sehingga dia tidak perlu repot-repot menyembunyikan.

Rean memarkirkan mobilnya di tempat yang sama seperti biasanya.

Sebelum masuk, dia berdiam di depan gerbang beberapa detik lalu kembali melanjutkan langkahnya.

"Si cupu datang"

"Mata gue sakit lihat lo"

"Ewww gue nggak mau dekat-dekat si cupu"

Masih banyak lagi cemoohan-cemoohan dari mereka. Padahal Rea mencoba untuk datang sepagi mungkin agar terhindar dari itu, tapi tetap saja ada yang mengejeknya

"Woii... cupu"

••••••••••••

Tbc....

Hostium (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang