Rion membawa Rea pulang. "Rea kenapa Yon?" tanya Risa saat melihat Rea berada di gendongan Rion.
"Ini Ma, tadi Rea pingsan di rumah sakit." jawab Rion
"Loh.. jadi kenapa pulang? Kenapa nggak sekalian aja dirawat di rumah sakit?" tanya Risa
"Lebih nyaman di rumah Ma. Lagian tadi kata dokter dia cuma kecapean aja." jelas Rion
"Ohh gitu. Yaudah buruan bawa Rea ke kamar. Kasihan dia." tutur Risa
"Iya Ma." Rion melanjutkan langkahnya ke kamar.
Rion meletakkan Rea dengan perlahan di tempat tidur agar tidak terusik. Setelah itu ia mengganti pakaiannya.
Rion baru ingat kalau besok ia harus pergi ke Jerman karena ada peresmian usaha barunya di sana. Dan juga ia berencana untuk bertemu dengan Irene di sana. Ia harus segera menyiapkan barang-barangnya.
Semenjak menikah, yang biasa menyiapkan semua keperluannya adalah Rea, tapi karena dia lagi sakit, Rion harus melakukannya sendiri.
Ia mulai memasukkan pakaiannya sambil bergelut dengan pikirannya. Ia merasa belakangan ini sifatnya berubah. Ia menjadi orang yang tidak tegaan kepada siapapun mungkin? Termasuk kepada Rea.
Dari dua hari yang lalu Rion memang sudah memikirkan mengenai sifatnya yang dulu pemarah dan sedikit kekanakan. Dia telah memutuskan akan membuang semua sifat buruknya itu. Walaupun terkadang Rion melanggarnya, ia tetap akan berusaha.
Jika diingat-ingat, Rion malah heran melihat dirinya dahulu. Dimana ia pernah berencana untuk membunuh Reanka.
Alasan Rion melakukannya adalah karena rasa bencinya pada perempuan itu. Reanka membuat Rion dihukum oleh kedua orang tuanya.
Rion mengaku, kalau itu bukanlah salah Rea, melainkan salah dirinya sendiri. Dia yang meminta Rea untuk berhenti membantunya belajar. Makanya Rion wajar saja dihukum.
Jika ditanya saat ini dia merasa apa, saat ini Rion merasa malu. Malu karena sifatnya yang dulu sangat kekanakan, pemarah dan juga egois.
"Rion" panggil Rea tiba-tiba
Rion tersadar akan lamunannya, "Re.. kamu udah bangun?" tanya Rion masih dengan wajah kagetnya.
"Kamu lagi siap-siap? Sini aku aja." Rea mengambil alih kegiatan Rion dan mulai menyusun pakaian-pakaian Rion dengan rapi di koper.
Mungkin ini saatnya Rion meminta maaf pada Rea. "Re.."
"Hmm??" balas Rea yang masih sibuk dengan kegiatannya.
"Maaf.." ucap Rion pelan
Rea menghentikan kegiatannya. Ia menoleh ke samping "Minta maaf?? Buat apa?? Kayanya tadi kamu gak ada buat salah." ucap Rea
"Aku minta maaf." ucap Rion sekali lagi sambil menunduk
"Gak biasanya.." gumam Rea pelan.
Rea baru mengingat satu hal. Tadi Rion datang ke ruangannya tanpa mengetuk pintu dulu. Ah iya mungkin karena itu. "Gak perlu minta maaf. Kamukan udah biasa kaya gitu. Gak ketuk pintu dulu juga gakpapa." ucap Rea
Rion menarik tangan Rean pelan lalu menggenggamnya. "Aku minta maaf sama semua sikapku dulu Re." tutur Rion
Rea terdiam, kenapa tidak terpikir olehnya. Ia menghela napasnya malas, lalu membuang tatapannya ke arah lain. Benar-benar membuat moodnya hancur "Ohh.. kalau itu udah aku maafin dari lama." jawab Rea datar. Rea menduga kalau Rion pasti ingin meminta sesuatu darinya.
"Udah... aku mau siapin ini dulu. Kamu tidur aja sana. Besokkan kamu mau berangkat." ucap Rea mencoba mengakhiri percakapan.
Dari sikap Rea saat ini, Rion tahu kalau istrinya belum benar-benar memaafkannya "Re.." Rion memegang kedua bahu Rea agar menghadapnya. "Aku nggak ada niat lain. Aku beneran mau minta maaf"
Rea mengamati Rion lama. Memang benar tidak ada tampang licik seperti biasanya. Namun Rea tetap tidak langsung percaya.
"Aku merasa bersalah Re. Aku sadar kalau sikapku sangat kekanak-kanakan. Aku gak mau nanti kalau kita udah cerai, kita masih musuhan."
"Memang kapan aku anggap kamu musuh? Kamunya aja yang anggap begitu dan benci sama aku." terang Rea
Rea tertawa sinis "Dulu kamu bahkan sampai bisa ngelakuin hal gila dengan alasan yang gak jelas." gumam Rea
Rion tidak bergeming.
Tekad Rea untuk selalu bersabar jika menghadapi Rion, kini hilang begitu saja. Kali ini Rea benar-benar kelepasan.
Seperti tidak terjadi ada apa-apa, Rea kembali melanjutkan kegiatannya tadi yang hampir selesai. Sedangkan Rion masih terdiam di sebelahnya.
Setelah selesai, Rea langsung berlalu pergi melewati Rion. Tujuannya sekarang adalah rumah orangtuanya.
Sebelum pergi Rea izin dulu pada mama mertuanya. Dan saat ini Rea hanya ingin sendiri.
••••••••••••••
Melihat kepergian Rea, Rion menjadi semakin gelisah dan merasa bersalah. Ia mengacak rambutnya kasar.
Rion tidak akan memarahi Rea balik seperti dulu. Ia sangat-sangat tahu dimana letak kesalahannya. Jadi Rion memberikan Rea waktu sendiri.
Tok..tok..
"Mama masuk ya.." seru mamanya dari luar
Rion segera beranjak ke depan pintu dan membukakannya.
"Kamu ada masalah ya sama Rea?" tanya Risa yang dibalas anggukan oleh Rion.
Risa mengelus kepala anaknya. "Rion yang salah Ma. Rion nggak tahu harus ngapain.." ucapnya putus asa. Rion meletakkan kepalanya dibahu mamanya.
"Kamu udah minta maaf sama Rea??"
"Udah Ma" jawab Rion pelan
"Itu artinya kamu harus lebih berusaha lagi minta maafnya. Yakinin Rea kalau kamu memang tulus. Mama yakin lama-kelamaan Rea pasti maafin kamu."
"Makasih Ma"
"Cepetan gih.. susulin istrinya."
Rion menuruti perkataan mamanya. Tanpa berlama-lama ia langsung melajukan mobilnya mencari Rea
Risa sengaja tidak memberi Rion tahu kalau Rea pergi ke rumah orang tuanya. Biarin saja, biar anaknya itu lebih berusaha.
_______________
________
Tbc..
KAMU SEDANG MEMBACA
Hostium (END)
General FictionReanka adalah gadis pendiam dengan sejuta rahasia, yang hidup di keluarga broken home. Di sekolahnya ia sering ditindas oleh Darion Xaverius. Reanka tidak mengetahui alasan mengapa pria itu sangat membecinya. Bertahun-tahun ia menjauh, namun hal it...