"Aku tau, waktu itu, ada yang nggak kamu ceritain. Tapi aku pikir, semua orang butuh ruang untuk dirinya sendiri."
ㅡLevian Danu Gundharma
Garut, hari ketujuh.
Gelap, derik jangkrik, teko kopi yang sudah mendingin, dan helaan napas gusar Kenzo adalah kawan setia Danu selagi ia bertugas menjaga keamanan desa malam ini.
"Tapi lo suka kan sama Nina?" Sakali lagi, sekali lagi Kenzo menjabani perbincangan yang sudah diungkit Danu sejak dua jam yang lalu.
Sejenak, Danu diam. Angannya terbang membawa bayangan Kanina Mila Jihantara yang tak pernah pudar dari kepalanya.
Jangan pikir, jarak akan menjadi alasan bagi Danu terus bisa menghubungi Kanina. Tidak sama sekali. Danu belum menghubungi gadis itu sejak ia meninggalkan ibukota. Pun Kanina tidak mengirimkan tanda rindu.
Segalanya berjalan sebagaimana mestinya. Sebagaimana jarak sudah dipasang Danu sejak awalnya.
"To be honest, Zo." Ada jeda dalam kalimat Danu. Laki-laki itu menimang, agaknya akan terlalu kekanakan bila seorang Danu mengatakannya. Seorang Danu yang terlihat kokoh, terlebih bagi Ghiska.
Tapi, itu hanya kelihatannya.
Karena sesungguhnya, "Gue takut ditinggalin, Zo."
Kenzo tau, ini bukan saatnya bersuara. Karena raut karibnya itu tengah sendu. Membiru gelap bersamaan dengan pekatnya langit malam itu. "Kayak Bapak ninggalin gue sama Ibu," lanjutnya. Laki-laki itu lalu mengusap wajahnya. Gusar merajai hatinya.
Kalau boleh jujur, Danu rindu Kanina. Hanya saja, jarak ini membuatnya merasa aman. Karena ia tahu, jarak yang ia buat akan menjaga Kaninaㅡtidak, jarak yang ia buat itu sesungguhnya untuk menjaga dirinya sendiri. Menjaga, kalau-kalau Kanina meninggalkannya, Danu jadi cukup tahu diri. Danu jadi tidak terlalu terluka.
"Lo nyamain Kanina kayak Bapak lo? Kanina sama ya kayak Pak Dharma?" Lalu, kalimat sederhana Kenzo seolah menamparnya.
"Ya, nggak gitu juga, Zo."
"Nah terus kenapa lo mikir Kanina bakal ninggalin lo kayak Bapak lo?"
"Manusia kan mesti siap untuk kemungkinan terburuk, Zo."
Kenzo lantas tertawa hambar. Laki-laki ini menggeleng heran dengan pola jangka pendek kawannya ini. "Lo kayak orang bisa liat masa depan aja, Dan. Begaya siap-siap buat kemungkinan terburuk biar nggak sakit-sakit banget. Padahal, mau sakit sekarang, atau sakit besok, mau sakit banyak, atau sakit sedikit. Rasanya tetep sama. Sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
(in)complete [COMPLETE][✓]
General FictionKadang, sebuah cerita sengaja ditulis tanpa memiliki akhir. Cerita yang sengaja dibiarkan menggantung, terbang, melayang, dan hinggap, lalu kembali menggelayut di tepian hati. Seperti kisah kita. Kisah tentang aku dan kamu. Kisah yang belum berakhir...