"Pertemuan kita tidak baik. Tapi aku mulai suka mengingat-ingatnya."
ㅡLevian Danu Gunadharma
Masih pagi. Masih pagi sekali. Surya bahkan masih baru saja bangun dari tidurnya. Tapi, agaknya Danu bangun lebih cepat dari pada sang surya. Tubuh letihnya sudah dipaksa berdiri di pinggir lapangan Fakultas Ekonomi sejak gulita masih merajai angkasa.
Netranya mengedar, memeriksa kelengkapan seragam dan peralatan ospek yang dibawa para peserta kegiatan PKKMB Fakultas.
Ini sudah tahun kedua sejak ia bertahan menjabat pada posisi Koordinator Komisi Disiplin pada tiap kepanitian acara fakultas. Tatapannya yang tajam serta perangainya yang dingin membuat Levian Danu Gunadharma tersohor dengan sebutan KomDis Setan.
"Cepetan! Ayo lari! Lari!" Danu menyentak pada jajaran mahasiswa baru yang berlarian dari arah parkiran yang bahkan baru datang tidak lebih dari 5 menit sebelum upacara pembukaan dimulai.
Danu menghela kala para mahasiswa baru sudah masuk dan berjajar di lapangan. "Dan, udah mulai. Yang baru dateng ditahan ya!" Danu hanya mengangguk atas instruksi yang diberikan Juned, sie acara.
Biar bagaimana pun juga, Danu tahu, adalah penting untuk membangun sikap disiplin sejak awal. Untuk itu, ia dan kepanitiaan tahun ini sepakat untuk memperketat aturan berlangsungnya acara PKKMB Fakultas Ekonomi tanpa dispensasi di hari pertama.
Dan seperti apa yang sudah diduga, kaum-kaum gemar ngaret itu pasti ada. Beberapa jajaran mahasiswa pun juga mahasiswi yang terlambat kini dikumpulkan beberapa meter dari lapangan. Berbaris dengan kepala tertunduk selagi Danu dan Kenzo mulai memeriksa kelengkapan peserta.
Bersamaan dengan itu, derap langkah tak beraturan mulai mendekat pada barisan yang terlambat. Seorang gadis kemudian tampak tergopoh selagi beberapa kali ia membetulkan sepatu pantofel yang tidak enak dipakainya.
Gadis itu kemudian terengah, juntaian anak rambutnya tampak basah oleh peluh di pagi hari. Ranselnya terjatuh begitu saja pada jajaran paving.
"Dek! Sini!" teriak Danu, si gadis mendesis kesal namun enggan membalas. Ia kemudian segera beranjak mendekat usai menyambar ranselnya.
Detik berikutnya, si gadis tercenung. Mati aku, setidaknya begitu yang sejenak bergema dalam kepalanya.
Di sana, di lapangan, ia hanya melihat jajaran mahasiswa dan mahasiswi baru mengenakan setelah bawahan hitam dan kemeja abu-abu. Sementara ia sendiri mengenakan setelan putih-putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
(in)complete [COMPLETE][✓]
General FictionKadang, sebuah cerita sengaja ditulis tanpa memiliki akhir. Cerita yang sengaja dibiarkan menggantung, terbang, melayang, dan hinggap, lalu kembali menggelayut di tepian hati. Seperti kisah kita. Kisah tentang aku dan kamu. Kisah yang belum berakhir...