53 ; Isn't it?

117 14 3
                                    

"Kira-kira, kalo aku nekat, gimana?"

ㅡLevian Danu Gunadharma

ㅡLevian Danu Gunadharma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



































Semarang.

Teriknya sang surya adalah hal yang sedari pagi menjadi kawan untuk Danu bercakap perihal gelisahnya. Sorotnya terpaku pada deretan pohon maupun tiang-tiang listrik di sepanjang jalan yang seolah bergerak meninggalkannya, meninggalkan asanya.

Ia menghela panjang kala kakinya berjejak pada Halte Banyumanik. Lucu sekali rasanya, baru kemarin ia sampai ke tanah air, hari ini ia sudah nekat terbang rendah ke Jawa Tengah dengan bekal kesadaran yang hanya setengah dan kepala yang masih berdenyut hebat.

Danu masih ingat betul, semalam, Ghiska merajuk hebat. Inginnya mengawal Danu ke Semarang sampai kembali ke Ibukota. Begitu juga Kenzo dan Yudha yang membujuknya habis-habisan. Tapi tekadnya bulat, Danu ingin berangkat sendiri.

Danu pikir, menempuh perjalanan seperempat hari sendirian akan membantunya meredakan cemas. Danu pikir, ia bisa berpikir jernih. Tapi pun sampai ia sudah terdiam beberapa menit di halte, ia tak kunjung menemukan jawab untuk pertanyaan Kenzo semalam.

Kalo ternyata gosip itu bener, lo mau gimana sama Kanina?

Sekali lagi, Danu menghela. Ada perih dalam setiap tarikan napasnya. Ada begitu banyak pertanyaan yang sejak semalam hanya berdesakan dalam kerongkongannya. Rasanya mengganjal sekali.

Kalau dipikir-pikir lagi, bagaimana nanti harus memulai pertanyaanya?

Entahlah.

Laki-laki ini lantas menggeleng keras. Cepat tungkainya melangkah menyusur jalanan perkampungan yang tidak asing namun terasa begitu dingin di tengah sengatan terik. Tidak sehangat kala itu.

Hingga ia sampai di depan pagar, bayangan laki-laki jangkung yang baru saja keluar dari pintu adalah hal yang menyambutnya. Laki-laki itu sibuk sendiri, mengenakan jaket, mengenakan sepatu, hingga ia berdiri dan hendak pergi, saat itulah sorotnya bertemu dengan Danu, "Lev?" Lalu, Danu hanya tersenyum. Samar sekali.

Pada akhirnya, laki-laki itu mempersilahkan Danu untuk masuk. Sementara laki-laki yang dikenalnya sebagai Mas Surya itu menyibukkan diri di dapur dengan dalih membuatkan teh, Danu jadi sibuk mengamati seisi rumah ini.

Sungguh, tidak ada yang berubah. Semua perabot dan tata letaknya masih sama walau satu tahun sudah ia tak bersambang ke tempat ini. Semua kesamaan yang menghidupkan kembali semua kenangan perihal Kanina. Kanina yang memperkenalkannya dengan keluarganya, Kanina yang menganggetkannya kala malam dengan mengenakan daster, Kanina yang sering menemaninya di teras sembari mengerjakan laporan magang.

(in)complete [COMPLETE][✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang