58 ; Echoed

108 8 2
                                    

"Aku tau, aku salah."

ㅡLevian Danu Gunadharma


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.































Danu meraup wajahnya kasar usai beberapa jam bergulat di depan gawainya. Harusnya Danu sudah sangat professional untuk ditugaskan kesana-kemari, tapi entah, kali ini ia merasa lebih tegang dari biasanya. Bagaimana tidak? Ia saja belum menginjakkan kakinya di kantor yang ada di tanah air, tiba-tiba langsung memimpin proyek pembukaan cabang yang baru saja. Banyak hal yang harus dipersiapkan, kepalanya jadi pecah.

Ia menghela selagi melirik jam dinding yang ada di kamarnya, pukul dua lewat lima belas menit. Laki-laki ini lantas beranjak. Tungkainya lunglai melangkah ke arah dapur, sekadar untuk menenggak mineral pikirnya.

Lo cinta sama Alexa kan, Dan?

Lucu sekali, ucapan Kenzo rasanya seperti rapalan mantra yang terus-menerus bergema dalam rungunya.

Danu lalu meletakkan gelas kosongnya di meja pantry. Ia kemudian beringsut ke kamar putri semata wayangnya. Kamarnya gelap, hanya ada cahaya redup kekuningan dari sisi kasur.

Laki-laki yang sudah berkepala tiga ini lantas duduk di sisi kasur anaknya. Ia hanya diam, menatap wajah tenang putrinya yang terlelap selagi membelai surainya lembut.

Kalau dipikir lagi, rasa bersalahnya tidak hanya pada Alexa. Tapi juga putrinya. Kala itu, Danu bahkan tidak tahu kalau ada kehidupan yang berusaha mempersatukan kembali orang tuanya. Kala itu, Danu menyibukkan diri, dalihnya bekerja, ia bahkan dengan sengaja menerima banyak tawaran proyek luar kota dan lebih sering menghabiskan waktunya di luar rumah. Padahal, ia hanya sibuk dengan hatinya sendiri.

Sampai sekarang Danu masih tidak mengerti. Yang Danu ingat, bebepa yang akan terjadi seandainya ia tidak menikahi Alexa? Atau apa yang akan terjadi jika seandainya ia tidak merespon itikad Alexa? Atau jika ditarik lebih jauh, apa yang akan terjadi jika ia tidak pergi dari ibukota? Apa ia bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari ini?

Entahlah, yang Danu tahu saat ini, ada putrinya. Dan ia harus hidup yang mengusahakan yang terbaik untuknya.

Sialan, kala kepalanya penuh begini Danu ingin sekali pergi menghirup udara segar, atau berlari menghabiskan tenaga sampai kelelahan dan terlelap, atau juga menghabiskan waktu dengan karibnya.

Tapi, mana mungkin ia meninggalkan putrinya sendirian di apartment?

Jadi, mungkin menganggu waktu subuh karibnya via telpon adalah pilihan terbaik, "Sakit jiwa lo telpon gue jam tiga pagi?" suara serak dari seberang sana membuat Danu tersenyum samar.

(in)complete [COMPLETE][✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang