"Aku lupa, semuanya emang berawal dari temen, tapi nggak semuanya bisa lebih dari temen."ㅡLevian Danu Gunadharma
Semarang jelas berbeda dengan Jakarta. Dinding yang berbeda, langit-langit yang tidak pernah dilihatnya, pun juga hening yang begitu tenang. Aneh, biasanya kalau Danu menginap di rumah Juned, biarpun laki-laki itu mendengkur sudah seperti kuda nil, Danu bisa dengan mudah terlelap. Tapi untuk kali ini, walaupun Nino begitu tenang, Danu susah sekali terlelap.
Seberapa keras ia berusaha memejamkan matanya, isi kepalanya tetap saja tidak bisa tenang. Entah sibuk memikirkan posisi tidur yang tenang agar tidak membangunkan Nino, atau sibuk gelisah karena Kanina ada di sebelah kamar yang ditempatinya.
Aduh, sialan! Kalau begini kan Danu jadi sulit tidur, mau tenang juga tetap saja gusar. Laki-laki itu hanya berguling-guling saja, hadap kanan, hadap kiri, telentang, hadap kiri lagi.
Sudah-sudah, ayo coba ambil minum dulu. Siapa tahu, usai menenggak mineral nanti batinnya bisa tenang. Jiwanya bisa kembali sehat.
Laki-laki itu lantas beranjak, mengisi gelas dengan air dingin dari lemari pendingin. Satu teguk, dua teguk, tiga teguk, laki-laki itu menghela.
"Oke, kalem, Dan," ucapnya sendiri.
Sungguh, Danu tidak tahu kalau diam di kediaman Pak Galih bisa membuat batinnya gila begini. Tapi Danu harus terbiasa kan? Biar bagaimanapun, Danu akan berada di bawah atap ini dua bulan ke depan.
Laki-laki itu menutup lemari pendingin dan lantas berbalik. Namun, jantungnya terhenyak menatap perempuan berdaster peach di depan toilet tak jauh dari tempatnya berdiri. Lampu-lampu yang sudah dimatikan hampir saja membuat bulu kuduknya berdiri kalau saja ia tidak segera mengenali perempuan itu.
"Astaga Kanina!" eluhnya lirih.
Gadis yang baru saja keluar dari toilet itu lantas menoleh, "Loh Kak Levi belum tidur?"
Laki-laki itu menggeleng, "Kaget sumpah! Gue pikir demit lo!"
Si gadis mendelik, "Heh! Orang baru pipis juga dibilang demit!"
"Ya lo ngapain pake daster panjang gitu gelap-gelap gini?"
Kanina mengeryit dan lantas menghampiri Danu, "Kak, iki wes malem, iki baju buat tidur."
Danu pun heran, kenapa ia mempermasalahkan hal itu. Sejujurnya, apa yang membuat jantungnya bermasalah begini? Terkejut kah? Atau debar tak beralasan yang selalu datang tiap kali ia menatap gadis itu? Debar yang membuat Danu suka salah tingkahㅡkadang-kadang.
"Nggak bisa tidur di tempat baru, Kak?"
Danu mengedikkan bahunya, "Kayaknya."
"Mau ngobrol? Tak kancani sampe ngantuk piye?"
KAMU SEDANG MEMBACA
(in)complete [COMPLETE][✓]
General FictionKadang, sebuah cerita sengaja ditulis tanpa memiliki akhir. Cerita yang sengaja dibiarkan menggantung, terbang, melayang, dan hinggap, lalu kembali menggelayut di tepian hati. Seperti kisah kita. Kisah tentang aku dan kamu. Kisah yang belum berakhir...