55 ; Escape

88 13 2
                                    




"Gimana misal aku nggak kabur waktu itu?"

ㅡLevian Danu Gunadharma

ㅡLevian Danu Gunadharma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.







































Pernah tau mayat hidup? Iya, yang biasa disebut zombie itu, manusia yang mati tidak, hidup pun tidak. Matanya penuh lingkar hitam dan memerah, langkahnya kuyu, diajak bicara susah menyahut. Sama persis seperti Danu.

Ini sudah beberapa pekan Danu jadi punya gangguan tidur. Beberapa kali Danu akan terlihat begitu dingin dengan netra tajam dan raut tegangnya, namun pada satu titik juga, laki-laki itu terlihat diam tercenung menerawang jauh pada kolong langit hingga tetiba netranya berderai.

Jika sudah begini, Ghiska yang kesal, "Lo mau sampe kapan kayak gini, Mas?" tukas Ghiska yang berdiri di ambang pintu kamar laki-laki itu.

Jangan berpikir kamar Danu akan terlihat suram dengan barang yang berantakan disana-sini. Masih bersih kok, masih tertata rapi. Tapi justru itu yang mengerikan!

Hatinya yang membeku membuat Danu jadi tidak bisa mengeluarkan emosinya. Laki-laki itu hanya membisu, seturut dengan asanya yang dibungkam rapat-rapat di sudut otaknya. Takut kalau-kalau ia bersuara, ia akan meracau, merengek, dan menggila meminta Kanina urungkan niat.

"Besok wisuda masa lo mau kayak gini? Apa nggak malu pas dipanggil jadi mahasiswa terbaik?" cecar Ghiska yang kini duduk di sisi laki-laki itu.

Namun, Danu hanya diam. Membisu di sudut kamarnya selagi menatap gelap tanpa bintang malam itu. Segelap jalan hidupnya.

"Atau lo mending ngopi-ngopi kek, jadi jarang pulang. Mabar sampe subuh aja kayak dulu gitu." Tak ada jawab, kakak laki-lakinya itu masih membatu selagi Ghiska menghela panjang kemudian.

"Gue telpon Mas Juned sama Mas Kenzo buat nemenin lo, ya?" Lagi tawar Ghiska yang tentunya hanya dibalas embusan napas, pertanda batu di hadapannya itu masih hidup, bukan benda mati ataupun patung pajangan.

Ghiska menghela panjang sekali. "Gue kayak ngomong sama tembok." Gadis itu kian kehilangan akal. Pasalnya, ini sudah berminggu-minggu Danu begini. Tak hanya Ghiska, Juned dan Kenzo yang setiap hari datang ke rumah pun tak digubris, ujungnya Juned dan Kenzo yang malah ribut sendiri, berusaha memberi hibur yang tak menghibur.

"Tapi anyway, makasih ya, Mas. Belakangan gue jadi banyak interaksi sama Bapak. Ya meskipun awalnya Bapak cuma nanyain lo udah makan belum, tapi terus nanyain gue juga, kita juga ngobrol beberapa kali," lalu, Ghiska tersenyum sendiri.

Dan entah bagaimana, laki-laki itu menoleh menatap Ghiska. Dan untuk pertama kalinya setelah sekian malam, sorot keduanya lantas bertemu.

Melihat Danu merespon, Ghiska tersenyum lebar, "Lo tau nilai baik dari rasa sakit nggak, Mas? Mungkin ini salah satunya, meskipun nilai baiknya nggak ngasih efek ke lo secara langsung. Tapi gue harap, lo bisa lihat nilai baiknya."

(in)complete [COMPLETE][✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang