23 ; The Corner

208 23 15
                                    


"Yang aku tahu, kamu keliatan nggak bahagia."

ㅡLevian Danu Gundharma

ㅡLevian Danu Gundharma

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.































"Abis Ghiska, mau pake alasan apalagi lo buat ketemu Kanina?"

"Ngaco!"

Pertanyaan Juned kali ini ditangkal habis oleh Danu. Danu tahu, kawannya itu hanya menggodanya. Tapi, jawaban Danu tidak sepenuhnya salah, untuk urusan apalagi ia bertemu? Lagipula, tidak seharusnya Danu menemui Kanina lagi kan?

"Hallah, lo kemaren bilang demen, sekarang nggak mau lagi. Malu-malu kucing banget, gue tikung juga lo!"

"Ned, nggak baik nikung cewek yang udah punya cowok." Suara Danu diatur setenang mungkin sambil lalu menyesap kopinya.

Di hadapannya, Juned mengerjap, namun satu detik kemudian suara tawa yang lebih mirip deruan klakson pemadam kebakaran itu pecah. "Oh! Lo udah jadian sama Kanina? Makanya nggak perlu alasan lagi buat ketemu ya. Ya ampun baru ngeh gue! Selamat kawan seperjombloan gue, laku juga lo akhirnya!"

"Loh, udah jadian sama Kanina?" Kenzo yang kelewat bodoh pun jadi mengikuti arus kapal yang dikemudikan Juned.

"Juned! Mulut ya!" Danu kesal sekali.

Sorot mata seisi kantin kini mengarah pada meja di ujung. Sial, seharusnya Danu tidak menjawab pertanyaan gila Juned. Seharusnya Danu bisa memperkirakan ini akan terjadi. Kenapa Danu lengah?

"Aduh, pake malu-malu mengakui lagi!" Demi apapun, Danu ingin memplaster mulut Juned sekarang.

"Mulut lo tuh yang bikin malu gue anjir!"

"Gimana? Gimana? Gimana nembaknya?"

"Boro-boro nembak."

"Wah asik nih! Nggak pake nembak. Terus gimana ceritanya?"

"Ya gitu."

"Sumpah kebiasaan nih bocah! Kalo ditanya jawabnya nggak jelas. Lo kira gue dukun? Bisa nerawang cerita lo?" Juned yang biasanya terlalu banyak energi kini kesal juga dengan Danu.

Sementara subyek kekesalan Juned malah sibuk menenggak kopinya. Kenzo hanya menyumbang tawa melihat dua karibnya bergelut seperti kucing dan tikus.

"Yang bilang naksir duluan siapa? Lo apa Kanina?" Bukan Juned namanya kalau usaha keponya hanya setinggi dengkul. Ia tentu melakukan segala hal untuk mengorek kisah kawannya itu sampai ke akarnya.

"Nggak ada yang bilang, Ned."

Kini, alis Juned mulai terkait, "Nah terus?"

Danu diam. Sejujurnya ia enggan menerangkan, tapi mungkin saja Juned bisa meringankan isi kepalanya. Juned yang terbiasa menguraikan rasa dan bertindak terus terang mungkin bisa membantu Danu membuat keputusan.

(in)complete [COMPLETE][✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang