"Aku masih penasaran, tentang bagaimana cara kamu melihat kita."
ㅡLevian Danu Gunadharma
Dulu, Danu pernah mendengar banyak keluhan kakak tingkatnya. Katanya, kalau sudah semester akhir begini, sibuk sekali, tidak punya banyak waktu untuk main, banyak revisi, kejar tenggat waktu sidang, dan hanya sibuk berputar pada drama klasik berjudul mahasiswa semester akhir.
Kalau dipikir-pikir, yang Danu alami jauh lebih sibuk dari apa kata mereka.
Ya namanya juga double degree, ada mata kuliah tambahan yang harus ditempu yang tidak didapatkannya di tanah air.
Belum lagi harus menempuh skripsi di kandang orang. Sialan, membuat skripsi berbahasa inggris ternyata membuat kepalanya mudah pening. Bukannya tidak bisa, hanya saja, otaknya perlu bekerja dua kali lipat lebih keras hanya untuk mengumpulkan kosa katanya saja. Rasanya kepala sudah seperti bom waktu yang menunggu waktu meledak saja.
Jadi ya tidak heran kalau laki-laki bertampang garang yang dulunya suka disebut Komdis Setan ini jadi kuyu. Sudah sibuknya bukan main, ditambah menumpuk rindu setinggi bukit.
Danu baru tahu, ternyata jarak itu memang sudah seperti final boss, musuh bebuyutan. Apalagi ditambah waktu yang ikut-ikutan memupuk rindu. Rasanya seperti dicekik di dalam lautan, napas saja sudah sulit, dicekik pula.
"Masih demam, Mas?" sayup suara ayu dari seberang sana membuat Danu tersenyum samar.
Tak ada jawab. Laki-laki itu hanya membiarkan ponselnya tergeletak di atas kasur, membiarkan wanita nun jauh di sana hanya memandang langit-langit kasur tingkat pada sambungan video itu sementara yang laki-laki melangkah lemah ke meja di sudut ruangan dan mengambil termometer yang teronggok di atasnya.
Setelah mengukur suhu tubuhnya sendiri, laki-laki ini menghela sambil lalu kembali ke kasurnya. "Masih tiga delapan tujuh," tukasnya dan kemudian kembali meringkuk.
"Lah tadi sudah minum obat belum, toh? Kok masih tinggi demamnya?"
"Udah kok. Tadi sempet turun, tapi demam lagi ini."
"Mas nggak makan lagi? Ini udah siang loh, terus ndang minum obatnya lagi."
"Bentar, nunggu Juned keluar beli makan."
Di seberang sana, Kanina mengangguk samar. "Lah lo nggak tidur, Nin? Bukannya ini udah jam dua malem di sana?" sambung Danu.
Dengan netra sayu yang mulai memerah itu Kanina hanya tersenyum, "Ya mana bisa tidur kepikiran yang di situ demam tinggi dari kemaren."
KAMU SEDANG MEMBACA
(in)complete [COMPLETE][✓]
General FictionKadang, sebuah cerita sengaja ditulis tanpa memiliki akhir. Cerita yang sengaja dibiarkan menggantung, terbang, melayang, dan hinggap, lalu kembali menggelayut di tepian hati. Seperti kisah kita. Kisah tentang aku dan kamu. Kisah yang belum berakhir...