"Aku nggak tau, pilihanku tepat atau tidak."
ㅡLevian Danu Gundharma
Sorry, Kak. Aku salah kirim.
Sesederhana itu penjelasan dari Kanina yang hanya disetujui Danu tanpa menuntut. Dan agaknya, tidak ada niat dari Kanina untuk menerangkan. Pun juga tidak ada niat dari Danu untuk menanyakan akarnya.
Selepas itu, mentari tidak lagi terasa hangat. Embun dingin memakan suamnya. Dan Danu hanya bisa pasrah.
Baru kemarin malam ia kembali menginjak ibukota. Minggu pagi ini, Ia bertekad memboyong Ghiska pulang. Danu tidak mau merepotkan Kanina lebih jauh lagi. Atau lebih cocok kalau disebut, Danu tidak mau jadi dalang keretakan hubungan Kanina dengan Dan yang di sana.
Sudahlah, Danu tidak mau pura-pura bodoh. Danu tahu betul, pesan Kanina beberapa waktu yang lalu jelas sekali untuk kekasihnya. Pesan penangkal cemburu yang entah berhasil atau tidak.
Kalau boleh jujur, Danu jadi retak. Ia tidak tahu apa dirinya harus sedih atau biasa saja. Nurani dan egonya jadi sering berperang sendiri. Kepalanya penuh dengan riuh tuntutan rebut Kanina atau lepaskan saja. Atau baiknya, mari mencintai tanpa berharap apa-apa?
"Gue udah di depan, Ghis. Buruan turun."
"Oh, iya, Mas. Sebentar." Lalu, sambungan ponselnya tertutup. Alih-alih menghubungi Kanina, Danu lebih memilih menghubungi Ghiska saja.
Sengaja Danu tidak menghubungi Kanina sejak sepekan yang lalu. Danu canggung. Lagipula, kolom pesan itu jadi beku sejak hari itu. Entah Danu yang canggung sendiri, atau Kanina juga?
Tak berapa lama, Danu melihat bayangan Ghiska keluar dari pintu depan dihantar oleh Bu Anis. Sejujurnya, Danu enggan turun dari mobilㅡtidak, Danu hanya enggan bertemu dengan gadis yang kini berdiri di sisi Bu Anis.
Bukan karena benci atau juga sakit hati, sungguh bukan. Danu hanya tidak tahu, apa yang harus dikatakannya kala bertatap muka dengan gadis itu.
Tapi, Danu harus tata krama. Setidaknya, Bu Anis dan Kanina adalah orang-orang yang menjaga Ghiska selagi Ia tak mampu.
"Bu Anis." Danu menyapa dan lantas mencium punggung tangan wanita paruh baya itu, "Makasih ya, Bu. Sudah bantu saya jagain Ghiska satu bulan ini."
"Oh, iya santai aja, Nak Danu. Ghiska juga rajin bantu Ibu masak kok. Kalau besok-besok mau main ke sini lagi nggak apa-apa loh ya. Rumah Ibu selalu terbuka buat Nak Ghiska."
"Iya. Makasih banyak ya, Bu. Oh iya Bu, ini Danu bawain cemilan kecil dari Garut." Danu menyodorkan kantung kresek kecil yang disambut ramah oleh Bu Anis.
KAMU SEDANG MEMBACA
(in)complete [COMPLETE][✓]
General FictionKadang, sebuah cerita sengaja ditulis tanpa memiliki akhir. Cerita yang sengaja dibiarkan menggantung, terbang, melayang, dan hinggap, lalu kembali menggelayut di tepian hati. Seperti kisah kita. Kisah tentang aku dan kamu. Kisah yang belum berakhir...